Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2025

Membuat Pola Ruhani

Woko Utoro  Suatu sore hujan turun awalnya hanya gerimis. Lambat laun hujan makin deras. Padahal kondisi langit tidak begitu mendung. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan jama'ah untuk hadir dalam acara talqin dzikir. Syeikh KH Kharisuddin Aqib memulai pembaiatan dzikir thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah dengan penjelasan yang mudah difahami. Kata beliau dzikir itu tidak sembarangan. Berbeda dengan dzikir ba'da shalat fardhu. Dzikir thariqah harus ada gurunya dan paling penting adalah bersambung kepada Rasulullah SAW. Dzikir itu ada cara, metode dan kegunaannya. Maka dari itu dzikir tidak boleh asal-asalan apalagi hanya bermodal tahu dari medsos. Dzikir itu seperti dosis pada obat jadi yang tahu adalah dokter dalam hal ini adalah guru mursyid. Kata beliau awal seseorang menerima sanad dzikir adalah dengan niat yang baik. Jika dzikir khusus maka diniatkan mendekat kepada Allah SWT lewat jalur guru. Sedangkan dzikir amm yaitu pengamal yang sekadar ingin tabarruq bias...

Kembali Ke Rumah

Woko Utoro Saya selalu bahagia ketika bertemu teman-teman yang ingin belajar menulis. Walaupun niat mereka mungkin formalitas tapi setidaknya minimal sudah berupaya. Dalam bahasa sederhana mau saja sudah syukur lebih lagi mampu mengaplikasikan. Saya selalu bilang pada teman-teman bahwa menulis itu mudah asal mau saja pasti bisa. Hanya saja pertanyaan berkembang apa yang ditulis dan untuk apa tulisan tersebut. Saya menjelaskan bahwa tulisan ilmiah sulit diakses oleh orang awam. Bukan karena mereka tidak memiliki akses lebih tepatnya soal butuh. Butuh atau tidaknya itulah yang jadi faktor mengapa tulisan ilmiah hanya berada di menara gading. Maka dari itu jika ingin dekat dengan masyarakat menulislah versi populer. Tulisan populer memungkinkan kita lebih dekat dengan masyarakat karena praktisnya. Itu sebabnya kita harus belajar mengubah tulisan ilmiah ke populer atau sebaliknya. Pertanyaan teman-teman sejak dulu sama. Pengalaman saya mengisi acara pertanyaan yang muncul itu-i...

Perahu Keselamatan

Woko Utoro  Suatu waktu Ustadz Wijayanto berceramah di Masjid Agung Magelang. Beliau berpesan kepada jama'ah jika berdo'a setidaknya meminta 4 hal. Jika 4 hal itu terus kita dengungkan insyaallah akan selamat. Pertama, minta keselamatan dalam beragama. Kata beliau di era modern ini jangan sampai agama dan keimanan kita tergadai. Oleh apapun itu bahwa keimanan lebih mahal dari isi dunia. Kedua, minta sehat dan afiyat nya jasad. Bahwa banyak orang sehat secara lahir tapi sakit batinnya. Banyak orang yang bertubuh kekar, gempal dan kuat fisiknya ternyata mereka sakit. Misalnya orang meninggalkan shalat walaupun jasadnya sehat sebenarnya batinnya sakit. Jadi harus utuh ya sehat jasmani ya sehat rohani. Ketiga, minta ditambahkan ilmu. Bahwa ilmu adalah petunjuk jalan kita menuju Allah. Dalam Ta'lim Muta'alim dijelaskan bahwa orang bodoh mengaku pintar itu bahaya. Tapi orang pintar yang melakukan sesuatu tidak berdasarkan petunjuk agama lebih merusak daripada oran...

Menempuh Jalan Baru

Woko Utoro Kabar Epy Kusnandar meninggal saya tidak kaget. Pemeran Kang Mus dalam serial Preman Pensiun tersebut memang sudah lama mengidap tumor otak stadium IV. Sebuah penyakit mematikan dan belum ditemukan obatnya. Bahkan dokter sebenarnya sudah wanti-wanti jika usianya di masa injury time. Hanya saja siapa yang tahu semua karena kehendak Allah SWT. Epy masih bertahan dan terus berkarya. Bahkan di sisa hidupnya Epy masih berjuang dengan Jukut Goreng Samali nya. Walaupun demikian saya merasa kehilangan. Pasalnya Epy Kusnandar adalah pesohor yang keren. Salah satunya populer lewat peran Kang Muslihat sang tangan kanan Kang Bahar. Jika anda penikmat sinetron Preman Pensiun tentu Epy lah salah satu yang ditunggu. Epy memang bukan talenta biasa. Ia bahkan sempat kuliah di Institut Kesenian Jakarta (1989) dan mengikuti panggung pantomim. Seperti dalam banyak keterangan Epy melewati banyak peran dengan baik. Bahkan ia terlibat dalam peran di sinetron maupun layar lebar. Tapi ya...

Pembaca Sejati

Woko Utoro Sebenarnya menulis itu diawali dari membaca. Siapa yang banyak bacaannya biasanya akan tergugah untuk menulis. Ibarat mesin bacaan adalah motor penggerak utama untuk menulis. Jadi sebenarnya menulis itu mudah tinggal kapan kita mau memulainya. Salah satu hal mendasar dari menulis kembali ke awal yaitu mau membaca. Jika seseorang sudah berhenti membaca di sanalah petaka akan tiba. Ciri orang membaca biasanya dua yaitu mendengarkan dan mengaplikasikan. Pembaca aktif biasanya tak bosan untuk terus mendengarkan. Karena mendengar adalah kecerdasan yang hanya dimiliki orang bijak. Sebab bagi manusia arogan mendengar adalah musibah. Selanjutnya bacaan membuat orang tergerak untuk melakukan sesuatu. Contoh banyak ilmuan Muslim seperti AlKindi, AlFarabi, Alkhawarizmi hingga Ibnu Batutah melakukan penelitian bukan kehendak pribadi melainkan verifikasi atas segala yang dibaca. Semakin banyak membaca semakin banyak hal yang tak diketahui. Hal yang menyedihkan adalah sebalikn...

Sepotong Kisah dari Buku Harian

Woko Utoro  Kira-kira jika iseng-iseng kita survei masih adakah orang menggunakan buku harian dalam tiap aktivitasnya. Mungkin jawaban kita sama hampir dipastikan sedikit sekali bahkan bisa jadi punah. Dulu sebelum orang-orang memiliki gadget buku harian adalah pemandangan biasa. Tapi saat ini orang lebih memilih memakai fasilitas noted di hp atau bahkan memfoto. Makin hari orang makin malas untuk mencatat. Bisa dilihat pergeseran dari buku harian, noted hp hingga hanya sekadar difoto. Hidup seperti tak punya waktu untuk sekadar menulis dan hal itu sudah masif di kalangan kita. Untung saja saya masih konsisten dengan buku harian. Sekalipun ada smartphone tapi jika soal menulis saya langsung memindahkan ke buku harian. Bagi saya buku harian itu penting. Bahkan kata Rocky Gerung tak ada yang bisa menggantikan aroma khas seperti dari buku cetak. Di sana kita dapat menghirup betapa uniknya hidup. Aroma yang selalu menciptakan rasa kangen. Yang terpenting buku harian dan buk...