Woko Utoro
Suatu sore hujan turun awalnya hanya gerimis. Lambat laun hujan makin deras. Padahal kondisi langit tidak begitu mendung. Tapi hal tersebut tidak menyurutkan jama'ah untuk hadir dalam acara talqin dzikir. Syeikh KH Kharisuddin Aqib memulai pembaiatan dzikir thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah dengan penjelasan yang mudah difahami.
Kata beliau dzikir itu tidak sembarangan. Berbeda dengan dzikir ba'da shalat fardhu. Dzikir thariqah harus ada gurunya dan paling penting adalah bersambung kepada Rasulullah SAW. Dzikir itu ada cara, metode dan kegunaannya. Maka dari itu dzikir tidak boleh asal-asalan apalagi hanya bermodal tahu dari medsos. Dzikir itu seperti dosis pada obat jadi yang tahu adalah dokter dalam hal ini adalah guru mursyid.
Kata beliau awal seseorang menerima sanad dzikir adalah dengan niat yang baik. Jika dzikir khusus maka diniatkan mendekat kepada Allah SWT lewat jalur guru. Sedangkan dzikir amm yaitu pengamal yang sekadar ingin tabarruq biasa. Sehingga dzikir khusus akan melahirkan amal dan akhlak hingga hikmah. Sedangkan dzikir amm hanya melahirkan amal biasa. Setelah itu melihat wajah guru yaitu dalam rangka membuat pasword. Guru tidak bisa diduakan. Maka dari itu pasword atau sandi di smartphone bersifat rahasia. Hanya guru dan murid yang mengetahui. Tentu kita tahu bimbingan guru adalah pola yang sengaja diciptakan untuk membuka pasword tersebut.
Dzikir di sini yaitu dzikir sirr dan dzikir jahr. Sebuah perpaduan dzikir yang digagas oleh Syeikh Ahmad Khatib As Sambasi dari miks antara dzikir Syeikh Abdul Qadir Jaelani dan Syeikh Bahauddin an Naqsabandi. Dzikir jahr yaitu dengan cara menarik lafadz laa ila ke atas ubun-ubun lalu ha ke dada kiri dan ila allah ke dada kanan. Lalu terakhir dipungkasi muhammadur rasulullah dari dada kanan ke kiri dengan suara lantang. Sedangkan dzikir sirr atau khofi dilakukan perlahan di dalam hati dengan melafazkan Allah.
Semua dzikir tersebut dalam rangka agar kita tidak mudah ghaflah. Kita dianjurkan untuk terus mengingat Allah dalam tiap tarikan nafas. Dzikir itulah metode sekaligus kunci agar manusia dapat hidup bermakna. Hidup yang melahirkan ihsan dan mawas diri. Dalam istilah Syeikh Bahauddin, mengukir atau membatik hatimu dengan lafadz Allah maka hidup akan selamat.[]
the woks institute l rumah peradaban 10/12/25
Komentar
Posting Komentar