Woks
Sore itu aku bertolak ke gedung MWC NU Sumbergempol. Di sana sudah ada panitia Milad TP menunggu peserta berdatangan. Sebelum ke sana aku sempatkan mencari ATM untuk mencairkan dana dari seseorang untuk acara tersebut. Setelah mendapatkan ATM aku langsung menuju acara. Di sana masih nampak sepi kecuali beberapa peserta dan seorang alumni.
Di sana para peserta sudah melingkar dengan hidangan khas berupa jajan yang diwadahi kertas streples. Kopi hangat dan es sirup juga tersaji sebagai minuman pelepas dahaga. Singkatnya aku langsung masuk ke dalam aula dan membaur bersama para peserta. Kepul asap rokok dan rangkaian pertanyaan tersaji satu persatu dari para Maba, mengupas apa itu TP, apa yang sudah didapatkan dalam bangku perkuliahan dan akan ke mana setelah lulus nanti? Pertanyaan klasik itu terus terulang sepanjang tahun.
Waktu semakin malam acara masih datar-datar saja. Hingga akhirnya angkatan ku berdatangan terdiri dari Hammam Defa, Anwar Isbani dan Ubaidillah Hakim. Ada juga senior kami Pak Tri Abdul Rohman dan Mas Virgo Nandang serta Mas Rizki R. Syuhada. Mereka adalah alumni pelopor, mendobrak sekaligus pangemong. Di tengah kesibukan masih menyempatkan hadir untuk sarasehan, sebuah acara melingkar nan sederhana tapi gayeng dan hangat.
Suasana sudah mulai mencair. Kami pun bergerak maju, lingkaran semakin mengerucut ke depan. Hingga akhirnya ragam cerita pun dikupas dengan padat. Aku yang bertindak sebagai moderator berkisah tentang menariknya jurusan ini dan mantap memilih yang pertama. Aku juga berkisah betapa uniknya jurusan ini sehingga tidak semua orang dapat memahaminya. Setelah itu Hammam Defa menjelaskan tentang arti pentingnya organisasi dan menikmati proses. Ia menegaskan bahwa di jurusan TP itu bukan soal menjadi apa tapi soal proses apa yang dilakukan. Aku pun menambahkan bahwa hidup di TP bukan tentang apa yang dicari tapi tentang apa yang dinikmati (berproses).
Setelah itu Ubaidillah berkisah betapa asyiknya saat masih menjadi mahasiswa TP. Karena kesejarahan misalnya suasana di kelas, diskusi publik, tradisi tahlil, forling, berdebat, sayembara logo, organisasi dan lainya menjadi bumbu utama. Anwar Isbani pun menambahkan bahwa alumni TP bisa menjadi apa saja. Asalkan ada minat dan kemauan semua hal bisa dicapai. Yang terpenting meningkatkan keilmuan, relasi dan pengalaman. Acara ini pun semakin seru ketika Mas Virgo seperti biasanya dengan gaya tengilnya membuat peserta berpikir.
Ia menjelaskan tentang arti penting berpikir klinis, hendak apa dan seperti apa. Membahas keilmuan dan output pada jurusan pun ia tak pernah risau karena setiap orang memiliki bagian tersendiri. Kita tinggal hanya banyak membaca khususnya keilmuan filsafat agar pikiran terbuka. Bila perlu kita mempertahankan status sebagai mahasiswa. Apakah kuliah sebagai tujuan atau justru pelarian. Apakah kuliah itu keilmuan atau kerja. Banyak hal yang perlu dijawab dan menarik epistemologi sesuai dengan kapasitas. Selanjutnya Pak Tri menyuguhkan tanya apakah setiap orang ingin jadi PNS, jika ia jalanya sudah jelas. Tapi jika jurusan TP hanya berorientasi untuk itu siapkan saja mereka menjadi guru Aqidah Akhlak. Mas Rizky juga menambahkan pokok jadi apapun yang semangat kuliahnya. Jangan sampai kecewa menjadi saudara kita, eman-eman.
Setelah acara usai dengan diskusi dan tanya jawab. Akhirnya kami pun menutupnya dengan tradisi berdiri melingkar serta saling melempar kata mutiara. Sebelum itu kita juga menghadiahkan fatihah untuk para guru yang telah berpulang salah satunya Ibu Khalimatus Sa'diyah, Kajur kami kala itu, sosok yang murah hati. Dan kami memberikan amanah dari seorang alumni angkatan tahun 2014 yang bermurah hati mendonasikan hartanya untuk kegiatan milad tersebut. Ketika semua saling melempar quote akhirnya aku menutupnya dengan sebuah sajak singkat sebagai ungkapan rasa syukur di 12 tahun jurusan Tasawuf Psikoterapi :
12 tahun waktu yang masih kanak-kanak
waktu yang masih merapal jalan
jalan yang entah sampai mana muaranya
Kita hanya perlu menguatkan akar, menumbuhkan bunga dan buah
12 seperti Hawariyyun, sahabat Nabi Isa yang rela berjalan menempuh lelahnya menuju cahaya
mereka setia dan tanpa resah gelisah
hidup memang perlu keyakinan
seperti kata Rumi tak usah berlelah menunjukkan kemampuan cukup buktikan lewat perbuatan
12 tahun tempat menempa diri
mengikis kebodohan dan menikmati kerinduan
waktu yang tak boleh lewat dengan hampa
nikmati prosesnya dan tuai hasilnya
the woks institute l rumah peradaban 31/10/22
Komentar
Posting Komentar