Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

Mengongan Terakhir

Woko Utoro Di penghujung bulan Juni saya resmi ditinggal para meong. Jumlah mereka 5 ekor dan di antaranya saya beri nama Uthuk. Kucing-kucing itu sangat lucu dan menggemaskan. Apalagi ketika mereka berebut disusui suara meongnya begitu nyaring. Lebih lagi di saat mereka saling berlarian dan bermain bersama imut dan lucunya menghilangkan penat.  Soal ini pantas saja banyak orang tua yang sayang anaknya. Memang benar kerja keras dan lelah sekalipun langsung hilang ketika mendengar suara anak. Termasuk juga kucing kami yang menggemaskan. Membuat kami beraktivitas begitu semangat. Apalagi ketika kami membawa pulang susu dan makanan tentu membuat mereka kegirangan.  Tapi semua itu tinggal kenangan. Lima ekor kucing menggemaskan itu harus mati satu persatu dengan nasib yang sama. Awalnya bermula ketika mereka ditinggal mati induknya. Mulai saat itu kami para santri merawat semampunya. Perawatan itu meliputi memberikan susu kucing, pakan dan kandang dari kardus. Hingga kami merasa senang ket...

Kesan Mengikuti Pelatihan Jurnalistik NU Online

Woko Utoro Kemarin adalah penutupan acara pelatihan jurnalistik NU Online. Saya kebetulan hadir di momen pamungkas tersebut. Walaupun pada saat itu saya sedang bertugas mendokumentasikan acara Ngaji Rutinan Muslimat Wathonah Jatman Tulungagung di Masjid Al Ma'ruf Kauman. Tapi semua berjalan dengan lancar.  Di pertemuan terakhir tersebut beberapa mentor seperti Pak Fatoni dan Mas Syakir juga turut memberikan masukan. Termasuk Pak Ivan A. A juga turut mengabsen para peserta satu persatu. Di bagian inilah salah satu hal yang bisa saya ingat sebagai momen silaturahmi. Momen yang tentunya hanya ditemui di kelas-kelas bimbingan bukan secara umum.  Di momen penutupan tersebut tentu saya memiliki kesan tersendiri. Karena bagaimanapun proses ini harus diberi apresiasi. Dari awal hingga akhir tentu bukan hal mudah. Terlebih kita komitmen akan ruang, waktu dan pikiran. Tapi saya mungkin satu dari 60 peserta yang beruntung bisa kenal dengan redaktur NU Online. Selain itu energi semangat para p...

Usep Romli H.M Editor Buku Surat-surat Dari Jepang Ajip Rosidi

Woko Utoro Mungkin tidak banyak orang tahu siapa Usep Romli termasuk saya juga baru kali ini. Ternyata Usep Romli adalah salah satu sastrawan Sunda yang produktif menulis. Ia juga seorang jurnalis di Harian Umum Pikiran Rakyat. Memang Usep Romli tidak bisa dipisahkan dari dunia tulis menulis khususnya dengan latar belakang Nahdliyyin Tatar Sunda. Usep Romli lahir di Limbangan Garut Jawa Barat pada 16 April 1949. Seperti halnya Ajip Rosidi ia juga senang menulis sejak muda. Bahkan kegemaran, produktivitas, dan konsistensinya dalam menulis banyak institusi yang memberikan penghargaan kepadanya, misalnya Asrul Sani Award, Rancage sebano2 kali.  Karya-karya dalam bentuk cerpen, puisi, esai, dongeng juga banyak dihasilkan. Di antaranya yang mendapat penghargaan adalah dalam bahasa Sunda kumpulan cerpen Sanggeus Umur Tunggang Gunung . Dalam bahasa Indonesia yaitu Si Ujang Anak Peladang, Pahlawan-pahlawan Hutan Jati, Percikan Hikmah (Anekdot Kaum Sufi) dll.  Usep Romli juga merupakan tokoh ...

Pangkal Rezeki Adalah Bersyukur

Woko Utoro Salah satu hal menarik menjadi pembahasan selain jodoh adalah rezeki. Walaupun jodoh juga merupakan bagian dari rezeki yang patut disyukuri. Tapi dalam tulisan ini kita akan membincang rezeki. Di mana istilah rezeki begitu sulit dipahami dalam makna praktis. Bahkan lebih seringnya disalaharti. Soal rezeki memang unik. Saking uniknya kita hanya menduga-duga. Terkadang apa yang dipikirkan justru tidak sesuai dengan realita. Hal menarik soal rezeki salah satunya seperti rumus paradoks atau tidak ada yang pasti. Akan tetapi rumus dasar awalnya sesuai kehendak Allah bahwa rezeki itu sudah pasti. Bahwa rezeki itu sesuai takarannya.  Ada prinsip yang mengatakan bahwa orang banyak rezeki adalah karena harta melimpah. Padahal tidak sedikit orang kaya harta justru tidak mendapat ketenangan dari hartanya. Jika kekayaan pangkalnya jabatan tentu orang terkaya adalah presiden. Faktanya gaji presiden tidak lebih banyak dari pengusaha.  Jika kekayaan harus menduduki posisi tertentu faktanya...

Berkhidmah Tapi Dibayar?

Woko Utoro  Sejak dulu khidmah adalah bagian tak terpisahkan dari pengajaran di pondok pesantren. Khidmah secara makna dasar berarti pelayan atau melayani. Bagi santri khidmah merupakan kewajiban tak terbantahkan. Tanpa khidmah santri dianggap belum sempurna ilmunya. Karena ilmu bermanfaat salah satu indikator nya adalah seberapa banyak khidmahnya.  Khidmah memang dipersiapkan untuk mencetak santri agar tetap rendah hati. Khidmah sendiri terletak selama berproses hingga menjelang boyongan. Tapi rumusnya sederhana bahwa sampai kapanpun santri akan tetap santri. Sekalipun mereka sudah tidak mondok lagi. Bahkan mereka masih akan terus berkhidmah walaupun mungkin di lapangan berbeda. Akhir-akhir ini ada yang unik perihal khidmah. Sejak dulu khidmah bertujuan untuk ngalap berkah kiai. Tapi akhir-akhir ini khidmah menjadi profesi alias mencari keuntungan. Sederhananya bahwa khidmah berorientasi pada uang atau terjadi komersialisasi. Lantas apakah perkhidmatan tersebut dinilai baik atau buruk...

Membaca Buku Tak Tergantikan

  Woko Utoro  Berapa orang yang berjuang mengkampanyekan pentingnya membaca. Tentu jumlahnya sangat banyak. Mereka berada di tengah kota hingga pelosok desa. Pentingnya membaca selalu tidak diimbangi dengan kesadaran aplikatif. Sehingga tidak aneh jika aktivis literasi selalu hadir di setiap tempat. Mereka seperti diturunkan Tuhan untuk memberi pencerahan. Kampanye pentingnya membaca tentu tidak mudah. Walaupun perkembangan media seharusnya mempermudah. Faktanya mengajak orang cinta membaca memiliki tantangan tersendiri. Terlebih ketika membaca buku secara lebih spesifik tidak diminati. Bagi kalangan muda misalnya membaca buku dianggap buang-buang waktu. Ditambah orientasi profit mencengkram motivasi dalam membaca. Orang berminat membaca saja sudah keuntungan. Terlebih jika bacaan bertransformasi menjadi gerakan sosial. Tentunya bacaan itulah yang menjadi ciri kemajuan masyarakat. Di era medsos apakah membaca buku menjadi tumpuan. Jawabannya jelas masih jauh dari harapan. Padahal memba...

Melatih Jiwa Terampil di Pesantren

  Woko Utoro  Menarik apa yang disampaikan Abah Zainal pada acara penutupan ta'lim Pesantren Subulussalam kemarin (8/6/24). Pesan beliau tentu tidak kali ini saja melainkan selalu disinggung di setiap acara. Saya tentu salah satu orang yang mencatat betapa beliau sering menyampaikan hal tersebut. Penyampaian beliau untuk santri yaitu tentang berproses di pesantren. Kata Abah Zainal selama masih berada di pesantren santri harus sering berlatih. Latihan tersebut tentu tentang banyak hal. Salah satunya mengenai kemampuan skill individu. Jika santri kuat akan hafalan maka menghafal Qur'an dengan serius. Jika santri berbakat soal tarik suara maka asah terus kemampuannyakemampuannya menyanyi. Jika santri pandai membaca kitab maka perkuat terus bacaannya dan sebagainya. Abah Zainal sering berpesan demikian dalam rangka upaya preventif santri agar tidak menyesal di kemudian hari. Kata beliau santri harus sering bertaubat. Taubat tersebut memiliki ciri menyesal, tidak ingin mengulangi p...

Memoar Tentang Sakit (4)

Woko Utoro Menuliskan tentang sakit tentu subjektif. Tapi bukannya tidak bisa melainkan sangat bisa. Setiap orang pasti pernah merasakan sakit. Walaupun pengalaman setiap orang sangat berbeda. Yang jelas bisa saja perasaan sakit itu sama. Hanya saja dalam penanganan nya yang berbeda.  Saya ingat ketika malam hari kepala begitu pening. Badan masih panas tinggi dan batuk tak kunjung reda. Belum lagi hidung tersumbat membuat nafas tersengal. Rasanya tidak karuan. Belum lagi rasa dingin sulit terbendung padahal saya sudah memakai dobelan baju. Di sinilah kadang pikiran berputar-putar ke mana-mana. Kata orang tua di posisi inilah kadang setan menebar was-was.  Setan datang seolah membawa kabar agar orang sakit terputus dari rahmat Allah. Termasuk putus asa dan merasa sudah tidak ada yang bisa membantu dari sakit. Dari fenomena itulah makanya orang tua memberi nasihat untuk lebih banyak nyebut alias istighfar. Kadang memang ketika sakit perasaan kematian lebih mudah datang. Terlebih di saat ...

Memoar Tentang Sakit (3)

Woko Utoro Saya sebenarnya sangat memperhatikan kondisi tubuh. Terlebih ketika gejala sakit sudah nampak saya sudah bersiap dengan beberapa obat. Sejak kecil saya terbiasa mengkonsumsi obat warung dan obat tradisional. Sehingga pilihan ngamar alias ke rumah sakit adalah tindakan terakhir. Selama ada yang murah dan cocok itu akan saya pilih.  Sejak awal sakit sudah seperti tradisi. Saya hanya minum beberapa obat penurun panas dan masuk angin. Setelah itu dibawa tidur dengan mengenakan jaket dan selimut. Insyaallah badan langsung berkeringat dan esoknya sudah mendingan. Tapi sakit kali ini berbeda. Di mana panas tinggi, batuk tak berhenti serta flu menyumbat hidung membuat perasaan menjadi cemas.  Saya hanya mengkhawatirkan jika sampai masuk rumah sakit. Bukan karena takut jarum suntik tapi lebih tepatnya tiada biaya. Maka selama masih tertangani oleh air degan dan jamu-jamuan saya tidak akan mau ke rumah sakit. Tapi lagi-lagi panas tak kunjung reda. Yang membuat saya bingung harus berbu...

Memoar Tentang Sakit (2)

Woko Utoro  Sejak kecil saya sudah diajari mandiri. Entah apa manfaat dari kemandirian itu. Yang jelas terlalu mandiri membuat saya sungkan untuk meminta bantuan. Prinsipnya sederhana selama masih bisa dikerjakan sendiri maka pantang meminta bantuan. Walaupun ternyata prinsip itu tidak selalu menguntungkan. Misalnya saya rela menuntun motor dengan jarak jauh daripada menelpon teman karena alasan tidak ingin merepotkan dll. Termasuk saat sakit pun begitu. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika sakit di kosan dengan anggota kos yang anonim. Tapi kadangkala sakit di pondok pesantren pun saya kira nampak berbeda dari kos ternyata sama. Mungkin di pondok besar dengan fasilitas klinik kesehatan lengkap akan berbeda. Akan tetapi pondok seperti yang saya tempati ternyata sama. Mungkin terdengar subjektif tapi faktanya demikian. Ternyata sakit di pondok sama anonimnya. Salah satu hal yang tidak ditemukan adalah kehangatan. Kehangatan tersebut bisa juga kepekaan penghuninya. Pengalaman saya...

Memoar Tentang Sakit (1)

Woko Utoro  Alhamdulillah saya masih diberi nikmat sakit. Kenikmatan yang setiap orang harus merasakannya. Sakit adalah nikmat bagi mereka yang mengetahui ilmunya. Tapi bagi yang tidak mengetahui sakit adalah cobaan bahkan siksaan. Dalam sakit ada keistimewaan salah satunya mengurangi dosa. Tapi berbeda dengan medis bahwa sakit adalah terjadinya gangguan pada sistem metabolisme sehingga tidak berjalan baik. Saya sudah prediksi saat transisi perubahan suhu maka badan lebin rentan sakit. Terlebih ketika peralihan musim antara penghujan ke kemarau istilah pancaroba menjadi hal tak terhindarkan. Sejak kecil soal urusan tubuh sebenarnya saya mudah untuk mendeteksi apakah badan sehat atau sakit. Terutama saat aktivitas padat serta tidak diimbangi dengan istirahat dan pola makan yang baik. Bersiap-siap saja setelah itu akan sakit. Maklum darah muda kadang sulit diatur. Bahkan di usia saya menginjak (berapa ya haha) soal urusan kesehatan kadang sedikit abai. Maka jika saya di rumah pasti ibula...

Rezeki Yang Tak Terduga-duga

Woko Utoro Ketika mendapat rezeki yang tak terduga ingatan langsung tertuju pada term dalam al Qur'an Min Haitsu La Yahtasib [At Thalaq 2-3]. Term tersebut sangat populer bahkan orang awam pun meyakini tanpa harus bersusah payah mengartikannya. Rezeki tak disangka-sangka atau tak terduga memang sudah masuk ranah keyakinan. Orang mudah menemukan peristiwa rezeki tak terduga tersebut daripada sekadar teori. Misalnya seperti yang saya alami pagi ini. Ingat bahwa rezeki tidak harus berupa uang. Pertama, ketika motor saya rusak seorang teman dengan baik hati rela meminjamkan motornya untuk dipakai. Saya kadang membatin untung saja masih ada teman yang dengan ringannya meminjamkan motornya kepada saya. Bisa saja motor tersebut akan dipakai atau bisa jadi tidak boleh dipinjamkan. Ini barangkali disebut rezeki kepercayaan. Kedua, ketika di Ngantru saya menemui 2 orang untuk mengantarkan sesuatu. Kebetulan di sana pas ada acara wisuda SMP yang jelas suasana begitu padat. Tanpa saya sadari, ...

Obituari: Ustadz Sama' Sang Penyabar

Woko Utoro Beberapa hari badan saya memang begitu kurang fit. Maklum saja transisi musim selalu tidak bisa ditebak. Terlebih soal kesehatan kita perlu protektif ekstra. Tapi kadangkala kondisi tubuh sekaligus membawa pesan sesuatu tentang perasaan. Benar saja saya dikabari bapak jika Ustadz Sama' meninggal sekitar seminggu lalu. Ustadz Sama' atau saya sering memanggil beliau A Sama' adalah guru ngaji di kampung halaman. Beliau meninggal tepat seminggu setelah ibunya yaitu Mimi Tulus juga berpulang. Kata bapak saya A Sama' meninggal di Bekasi setelah beberapa waktu juga tak sadarkan diri. Jika saya lihat di laman Facebook beliau, A Sama' seperti mengidap penyakit di bagian kepala. Selebihnya Wallahu Alam, saya tidak tahu banyak hal. Yang jelas sependek pengetahuan saya. A Sama' meninggalkan satu istri dan 3 anak. Istrinya sholihah, penyebar dan anak-anaknya luar biasa terutama yang saya tahu anak pertama yaitu Mba Nissa. Di Bekasi A Sama' berniaga sambil bete...

Pendidikan Kesadaran (4)

Woko Utoro Ada ungkapan kematian adalah ketika kehilangan kesadaran. Ungkapan tersebut menandakan peran penting kesadaran. Jika orang tidak sadar maka tidak akan mengetahui siapa dirinya. Ungkapan lain dari para sufi yang lebih tinggi dan mendalam yaitu tidak mengerti dirinya takan mengerti tuhannya. Kesadaran memang luar biasa. Ibarat ide, kesadaran adalah alat utama manusia berproses. Salah satu fungsi kesadaran adalah mampu membaca mana hal prioritas dan sampingan. Paling sederhana saya contohkan di sini yaitu kisah mahasiswa yang kehilangan orientasi kuliah. Awalnya saya tidak tahu mengapa bisa seseorang mengalami disorientasi utamanya dalam menyelesaikan tugas akhir. Dulu orang-orang molor kuliah karena faktor menjadi aktivis. Mereka aktif di organisasi, rapat sana-sini, diskusi hingga melakukan aksi. Mahasiswa tipe ini jelas visi misi hidupnya terutama ketika menjadi aktivis kampus era tahun 90an. Sedangkan contoh awal yaitu mahasiswa yang datang dari pulau seberang dengan niat k...

Pendidikan Kesadaran (3)

Woko Utoro Salah satu hal yang sangat sulit dibangkitkan adalah membangun kesadaran membaca. Di daerah saya atau lebih luas lagi Indonesia pertumbuhan sadar membaca masih minim. Ini baru persoalan kesadaran belum lagi perihal minat baca hingga memahami dan mengaktualisasi bacaan. Intinya gerakan kampanye membaca itu penting sudah tidak kepalang banyaknya bahkan dari tengah kota sampai pelosok desa. Beberapa hal di antara gerakan riil membuka kesadaran membaca adalah dengan nglapak buku. Sebelum jauh tentu kita tahu bahwa ada yang lebih luas dari sekadar membaca buku yaitu membaca lingkungan. Akan tetapi membaca luas berawal dari membaca dasar yaitu dari sebuah buku. Saya tentu tidak usah menjelaskan panjang lebar apa manfaat membaca. Yang jelas sudah banyak contoh orang-orang sukses karena ditopang dengan bacaan. Lebih luas lagi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah rakyatnya pembaca. Ketika wacana sastra masuk kurikulum pendidikan tentu kita senang mendengarnya. Seolah-ola...