Langsung ke konten utama

Pidato Isra Mi'raj di SDN Ringinpitu 1 Tulungagung




Woks


اسلام عليكم ورحمه الله وبركاته

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

بسم الله الرحمن الرحيم 
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ (الإسراء: ١)

Hadirin-hadirat yang berbahagia, bapak ibu dewan guru dan anak-anak ku yang kami banggakan.

Pada kesempatan kali ini izinkanlah bapak menyampaikan pidato tentang spirit shalat untuk kehidupan, spesial di momen peringatan isra mi'raj Nabi Muhammad SAW 1444 Hijriah. 

Alhamdulillahirabbil alamiin, puja puji syukur senantiasa kita persembahkan untuk Allah swt Tuhan semesta alam yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada kita semua tanpa kurang suatu apapun.

Shalawat teriring salam semoga Allah swt senantiasa melimpahkan kepada junjungan nabi kita, imam kita, idola kita, Nabi Muhammad saw, para keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya senantiasa setia terhadap ajaranya hingga akhir zaman. Amiin ya rabbal alamiin.

Bapak, ibu, serta anak-anak ku yang berbahagia. Alhamdulillah kita berjumpa lagi di salah satu bulan mulia di sisi Allah SWT. yaitu rajab. Allah memang sengaja memuliakan bulan ramadhan, muharram, dzulqadah, dzulhijah dan pastinya rajab. Maka dari itu kesempatan tersebut harus kita syukuri. Tak salah pula untuk menyongsong ramadhan kita dianjurkan selalu berdoa اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ dengan tujuan dapat dipanjangkan umurnya hingga bulan ramadhan.

Riwayat dari Syeikh Abu Bakar Al Waraq Al Balkhi menyebutkan bahwa rajab adalah bulan menanam, syaban bulan menyiram atau merawat dan ramadhan bulan memanen. Maka dari itu sejak dini kita harus banyak menanam amal untuk terus dirawat dan memanennya di saat ramadhan. Salah satu amalan utama yang harus dijaga adalah shalat.

Ya, shalat adalah ibadah atau perintah yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa dimi'rajkan Nabi Muhammad SAW itulah Allah menyampaikan perintah shalat sebanyak 50 waktu. Akan tetapi dalam perjalanan pulang salah satu di antara 7 nabi yang ditemui nabi Musa AS lah yang menyarankan agar Nabi Muhammad SAW meminta keringanan. Akhirnya dalam sejarah shalat dari 50 waktu menjadi 5 waktu. Walaupun demikian shalat adalah istirahatnya umat Muslim. Maka kata nabi shalat menjadi wasilah keterhubungan Tuhan dan hambanya.

Anak-anak ku jangan sampai kita meninggalkan shalat dalam keadaan apapun. Bahkan dulu nabi dan para sahabat menjaga shalat walaupun dalam keadaan berperang. Betapa pentingnya shalat tentu sangat penting sekali karena shalat adalah wadah dari seluruh amal kita. Shalat juga merupakan penyempurna agama yang terdiri dari ISLAM yaitu Isya, Shubuh, Lohor, Asyar, Magrib. Maka pantaslah shalat memiliki kedudukan teristimewa di dalam agama Islam. Shalat juga sebagai pembeda agama Islam dengan agama lainnya.

Lalu bagaimana spirit shalat tertanam di era kekinian? Yang jelas shalat adalah pendulum berfungsi sebagai indikator kebaikan. Jika shalatnya baik maka hidup kita pun baik dan sebaliknya. Shalat juga merupakan kompas yang menunjukkan arah. Spirit shalat tentu bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Maka dari itu teruslah tegakan shalat agar kita selamat. Jangan lupa perbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Hadirin wal hadirot rahimakumullah.
Demikianlah pidato yang dapat bapak sampaikan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Bapak akhiri....

Jalan-jalan ke Taiwan
Pulangnya ke Sindangkasih
Cukup sekian
dan terima kasih.

وسلام عليكم ورحمه الله وبركاته

the woks institute l rumah peradaban 4/2/23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...