Langsung ke konten utama

Sang Al Masih




Woks

Sang Al Masih adalah pejalan sejati. Ia terus menyusuri setiap lorong-lorong, dari perkampungan menuju perkampungan lain guna mencari orang fasik. Lantas di tengah jalan Yahya Alaihissalam memergoki seraya bertanya, "Wahai Isa putra Maryam binti Imran apakah gerangan yang kau cari sehingga berjalan sejauh ini?" Isa pun menjawab, "Aku mencari orang-orang fasik di perkampungan ini". Yahya pun terdiam sejenak. Lalu tak lama Isa Alaihissalam bertanya juga pada Yahya, "lantas apa pula yang kau perbuat wahai Yahya saudara ku?" Yahya bin Zakariya pun menjawab, "Aku mencari orang-orang baik di desa ini".

Akhirnya kedua Nabiyullah itu saling melempar argumen. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Kitab Thobaqotul Asyfiya karangan Syeikh Abu Nu'aim Al Asyfihani riwayat Sufyan bin Uyainah. Alasan Nabi Isa mencari orang fasik tak lain adalah beliau mengibaratkan seorang tabib bagi orang-orang sakit. Sampai kapanpun tabib akan mencari orang sakit untuk diobati. Lantas Nabi Yahya pun berpendapat jika berkawan dengan orang baik itu tenang dan tidak merepotkan. Dari dua argumen ini kata Gus Baha justru menjadi manhaj besar bagi pendakwah.

Berkawan dengan orang baik maka berpotensi baik pun membina orang fasik juga baik. Asalkan tidak ikut terbawa oleh orang fasik tersebut maka tidak menjadi masalah. Di sinilah yang menjadi syarat dakwah di mana orang harus saling bertemu termasuk kepada mereka yang fasik. Jika mereka tidak dibina lantas siapa lagi yang peduli dengan kaum pinggiran tersebut.

Dari sinilah kita belajar pada sang Al Masih itu. Beliau mengajak untuk teruslah berjalan. Di setiap tempat banyak hikmah yang tercecer, pungutlah lalu tanamkan dalam hati. Kata Gus Ulil Abshar, hikmah itu tidak berumah di bumi melainkan di langit. Dengan mencari hikmah berarti engkau selalu ingin melambungkan gelombang ruhani ke langit. Begitulah barangkali awal sekaligus akhir dari jiwa yang tak tinggal diam.

Berjalan tidak hanya sekadar melangkah melainkan ada sesuatu yang ingin dituju. Sekalipun batuan terjal menghadang, jalanan berliku semua harus dilewati. Semua demi kontribusi bahwa seharusnya setiap orang berkesadaran memberi bukan memperoleh apalagi meminta. Di sinilah kita akan menuju tempat yang tak pernah terpikirkan sebelumnya yaitu medan tantangan. Selamat menempuh perjalanan menuju keabadian.

the woks institute l rumah peradaban 16/4/22

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...