Langsung ke konten utama

Kisah-kisah Perjodohan




Woko Utoro


Beberapa waktu lalu saya mengantarkan tamu yang sowan ke Abah (Pengasuh PPHS). Dari beberapa tamu tersebut mayoritas ingin berkonsultasi seputar asmara alias perjodohan. Kata Abah, Alhamdulillah bersyukur ternyata kiai masih berfungsi sebagai juru tanya masyarakat dalam beragam topik termasuk momen pemilu seperti saat ini. Coba saja jika yang ditanya dukun pasti lain lagi ceritanya.


Di antara beragam kisah perjodohan tersebut yaitu ada orang Bali, dia pengusaha ingin mencari jodoh. Lantas orang tuanya sowan ke Abah untuk dicarikan jodoh. Singkat kisah jodoh sudah di depan mata. Di antara mereka berdua berbincang lalu dapatlah kesepakatan. Entah satu waktu perjodohan itu batal karena dari pihak perempuan tidak berkenan. Karena ada alasan lain maka mereka pun memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan tersebut.


Kisah selanjutnya ada teman yang bertanya tanggal yang pas untuk menikah. Kata Abah semua tanggal baik hanya saja kita dipaksa menghormati adat. Misalnya tidak boleh walimah di bulan mulud atau sasi suro dll. Termasuk kita harus melihat tanggal geblak e (meninggal) orang tua khususnya bapak. Selanjutnya ada teman yang tidak kunjung mendapat jodoh. Akhirnya Abah memberikan amalan agar dari wasilah tersebut jodohnya dimudahkan. Memang demikian jodoh itu susah-susah gampang. Jika sudah tiba waktunya tak ada yang bisa menghalangi.


Kisah terakhir yaitu ada seorang teman yang bertanya apakah nama gadis pilihan sesuai dengan dirinya. Ia bertanya pada Abah untuk mendapatkan jawaban kemantapan hati. Ternyata singkat kisah jawaban itu langsung didapatkan bahwa gadis pilihan sesuai. Terakhir bagaimana mendapatkan rezeki yang melimpah ketika kondisi rumah tangga di awal masih belum tertata. Abah pun lalu memberi amalan untuk mengistiqmahkan membaca surah al Waqiah setelah shalat ashar. Termasuk bahwa rezeki kadang dibawa oleh kehadiran seorang anak. Jika kita sudah punya anak insyaallah rezeki akan menata secara alamiah, itu janji Allah.


Demikianlah kisah-kisah berkaitan dengan perjodohan. Kita hanya bisa berharap dari kisah tersebut semoga diberikan yang terbaik. Bahwa kita harus yakin jika jodoh itu seperti kematian, yang sama-sama pasti. Selama terus berusaha dan berdoa jodoh akan tiba waktunya.[]


the woks institute l rumah peradaban 19/1/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...