Woks
Sejak magrib orang-orang sudah berjubel di tempat acara haul. Memang sejak awal animo jamaah tak berkurang baik peziarah maupun yang hadir haul. Kami pun tak mau kalah dan segera memasuki acara di masjid ndalem termasuk juga shalat isya di sana.
Setelah itu acara dimulai dengan pembukaan, pembacaan yasin, tahlil, qira, sambutan, tausiah dan doa. Sebelumnya kami juga sudah mendapat sajian kue dalam box serta satu buah stiker Gus Dur dan beberapa permen. Setelah itu barulah kami mengikuti acara dengan khidmat. Walaupun Gus Mus, Habib Luthfi dan Kiai Miftahul Akhyar tidak hadir tapi tidak mengurangi kami untuk terus mengikuti acara sampai akhir.
Singkatnya dalam sambutan keluarga diwakili Ning Zanuba Arifah Hafsoh atau Mba Yeni Wahid termasuk juga pengasuh PP. Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz. Dalam sambutannya Mba Yeni mengatakan bahwa untuk memahami Gus Dur sangatlah mudah. Karena Gus Dur itu jika dirumuskan dalam satu kata adalah "seimbang". Ya Gus Dur itu seimbang dalam segala hal termasuk pada hal material dan spiritual. Dan pastinya dalam hal pembelaannya terhadap minoritas tak ada bandingannya.
Gus Dur itu sosok manusia ikhlas dan cuma karena Allah. Beliau sering menyetir dawuh Ibnu Athaillah Syakandary bahwa benamkan dirimu ke bawah lalu injaklah, biarkan hati mu naik ke atas. Begitulah Gus Dur jadi ia tidak berpikir apa-apa lebih lagi berkepentingan. Semua adalah untuk Allah bagi beliau. Dalam hal kemanusiaan Gus Dur berpegang pada filsafat Jawa yaitu, "hamemayu hayuning sasama lan bawono" atau mengajarkan hidup damai dengan sesama serta terus memperbaiki kehidupan. Gus Dur lebih tertarik membela minoritas daripada mayoritas. Karena bagi Gus Dur mereka yang mustadafinlah hang perlu dibela.
Singkatnya langsung ke tausiah yaitu disampaikan oleh KH. Agus Ali Mashuri Sidoarjo. Dalam tausiyahnya beliau menyampaikan bahwa Imam Sufyan bin Uyainah berkata agar kita menjadi bagian orang sholeh maka harus pula mencintai orang sholeh. Hal itu ditegaskan pula oleh Ibnu Sirrin bahwa lihatlah darimana kamu mengambil agamamu. Jika kita mengambil asal saja maka wajar jika cara beragama kita salah. Tapi jika orang shaleh menjadi rujukan seperti Mbah Hasyim maka amanlah cara beragama kita. Itulah pentingnya sanad keilmuan dalam mempelajari agama.
Lanjut beliau bahwa kita jangan takut mati tapi menghargailah kehidupan. Salah satu cara menghargai kehidupan adalah dengan memanfaatkan waktu. Setelah itu jika ingin dipanjangkan umurnya maka gemarlah bersilaturahmi. Hidup itu harus terus bahagia karena happy itu menyebabkan hormon menaikan dopamin dan agar terus sehat. Catatan khusus bagi santri Tebuireng adalah agar rajin mencatat termasuk sejarah resolusi jihad itu harus ditulis. Jangan sampai ditulis oleh orang lain dan menyebabkan distorsi. Beliau juga berpesan untuk sangu yaitu membuka kembali al Qur'an surah Al Maidah ayat 2 dan Al Anfal ayat 33. Kata Gus Ali kekuatan terbesar dunia pesantren dan jangan takut dengan bom nuklir atau senjata laras adalah sholawat, istighfar. Sholawat kita terus berwasilah pada kekasih junjungan alam Nabi Muhammad SAW dan istighfar mohon ampun kepada Allah SWT.[]
the woks institute l rumah peradaban 23/12/22
Komentar
Posting Komentar