Woks
Dosen adalah pejabat struktural maupun fungsional di sebuah perguruan tinggi. Kedudukannya sama dengan ustadz kiai di pesantren atau dewan guru di sekolah formal. Bedanya mereka mengabdi pada jenjang tertinggi dalam sistem pendidikan formal. Sedangkan ustadz kiai sebenarnya bukan jabatan baik dalam struktur non formal. Jadi baik dosen maupun ustadz kiai atau sebutan lainnya mereka adalah guru-pendidik.
Urusan penghormatan baik dosen maupun kiai adalah sama, tiada beda. Dosen hanya sebuah jabatan dan hakikatnya sama. Tapi tentu berbeda dengan kiai, ia adalah jabatan sekaligus sebutan kultural yang diakui oleh masyarakat. Jika bicara tentang khidmah tentu pada dosen pun tak ada bedanya. Dosen juga memiliki porsi yang sama dalam mengajarkan ilmu walaupun mungkin tidak 24 jam. Akan tetapi siapa yang berani membedakan pada sosok pembimbing ilmu. Rasanya tidak ada.
Bagi saya sekali lagi berkhidmah pada dosen sama berkahnya. Kadang saya justru mendapat banyak teladan dari dosen terutama yang hatinya ikhlas, teladannya pantas dan sikapnya yang welas. Tentu kita tahu bahwa bagaimanapun juga dosen adalah manusia biasa. Sehingga dari kekurangan dan kelebihannya kita diajak untuk terus belajar. Pembelajaran tersebut bisa dari mana saja misalnya ketika disuruh membelikan rokok, atau membantu dalam penelitian lapangan.
Hal yang sangat saya sukai ketika khidmah di salah seorang dosen adalah saat mendapatkan pengalaman hidup. Biasanya beliau berkisah tentang kehidupannya dulu di kampung halaman. Selain itu cara mendidik anak-anak juga tak kalah pentingnya untuk saya amati. Setidaknya dari dua hal itu saya mendapat ilmu berharga akan kesederhanaan, perjuangan dan cita-cita pengabdian. Selanjutnya betapapun sibuknya dalam urusan akademik kampus dosen juga menjelma sosok bapak yang peduli dan atau sosok ibu yang penuh kasih.
Saya meyakini perkhidmatan ini tak akan sia-sia dan pastinya terdapat keberkahan. Walaupun mungkin keberkahan memiliki kadarnya tersendiri. Yang terpenting bahwa berkah adalah bertambahnya kebaikan. Jika kita sering berkumpul dengan orang berilmu maka bertambahnya kebaikan sangat mungkin. Satu hal yang selalu saya ingat ketika main ke rumah dosen di sana pasti terdapat buku.
Buku berjajar di antara rak-rak, lemari kaca hingga dinding jendela. Itu tanda bahwa masyarakat pembelajar memang selalu dekat dengan buku. Buku menjadi hal paling identik. Maka dari itu saya paling senang jika disuruh bersih-bersih, membereskan buku. Sesekali membersihkan sekaligus membacanya. Lalu menghafal poin-poin penting di sana. Sungguh perkhidmatan ini janganlah cepat berlalu. Buku, dosen dan ilmu satu paket komplit yang jangan segera berlalu.
the woks institute l rumah peradaban 26/4/23
Komentar
Posting Komentar