Langsung ke konten utama

Menjadi Blogger Menjadi Kaya




Woko Utoro

Walau kadang baik di pondok maupun di kost kami selalu guyonan tentang ke-kere-an. Hidup kere memang kadang perlu ditertawakan. Akan tetapi secara hakikat saya selalu merasa paling kaya. Mengapa bisa se-pede itu? jawabannya sederhana karena saya menulis. Ya dengan menulis saya merasa paling kaya dan jauh dari kata miskin. Mungkin faktanya miskin harta tapi soal pengetahuan saya selalu membaginya lewat tulisan.

Salah satu cara untuk membagi tulisan adalah dengan mempostingnya di medsos atau blog. Kebetulan saya memiliki akun blog sejak 2015 dan baru diisi kisaran 4 tahun terakhir. Apakah dengan waktu tersebut saya sudah kaya. Mungkin lagi-lagi harus diakui jika soal harta berupa uang saya belum mengenggamnya. Tapi lagi-lagi soal pengetahuan bolehlah sedikit sudah saya dapatkan. Soal menulis di blog saya ingin berkisah tentang salah satu orang yang kini menjadi kaya. Semua karena wasilah menulis dan nge-blog. Dia adalah Omjay atau Dr. Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd.

Jika kita selancar di internet ketik saja guru bloger Indonesia pasti nama Omjay akan muncul. Nama beliau tentu tidak asing di jagat literasi Nasional. Beliau adalah pendidik sekaligus penulis produktif. Tulisannya terpampang di mana-mana dan bukunya sudah banyak diterbitkan. Dengan begitu beliau juga aktif diundang sebagai narasumber ataupun praktisi. Intinya Omjay sudah mendapatkan apa yang menjadi doa kecilnya.

Lantas bagaimana Omjay bisa mendapatkan segala kenikmatan tersebut. Tentu hal itu tidak dibangun dengan mudah. Omjay telah melewati serangkaian proses dalam hidupnya. Termasuk yang menarik adalah menulis tiap hari tanpa henti. Dari banyak karya beliau satu yang membuat saya terkesan sekaligus mengilhami tulisan ini adalah Buku 50 tahun Omjay Menjadi Manusia (2022). Buku tersebut berisi kisah Omjay menjadi penulis menjadi manusia kaya. Selain kaya akan materi Omjay juga berkisah kaya akan pengalaman. Bagi Omjay menulis adalah bentuk berbagi ilmu, pengalaman dan pengetahuan.

Omjay dalam tulisannya berkisah tentang hidup penuh berkah lewat menulis. Selain mendapat gelar doktoral dari UNJ, Omjay juga selalu mendapatkan uang saku serta keliling dunia lewat menulis. Omjay juga tidak menyangka dari tradisi menulisnya dapat membuat derajatnya diangkat oleh Allah. Dalam hal ini sama seperti Omjay yang memberi tips untuk terus menulis tiap hari. Kata Prof Ngainun Naim, menulislah terus jangan khawatir tidak ada yang membaca. Karena setiap tulisan membawa takdirnya tersendiri. Takdir-takdir tersebut salah satunya telah dibuktikan oleh Omjay.

Dari kisah Omjay yang inspiratif tersebut tentu saya pun ingin membangun jalan lewat menulis. Jika pun saya tidak berkesempatan kaya secara materi setidaknya sudah mencoba untuk berkontribusi kaya akan pikiran. Di beberapa kesempatan saya menyebut bahwa menulis adalah sarana menzakati pikiran. Karena buah pikiran itu tidak dibeli di toko atau apotek melainkan lewat menanam, merawat dari tradisi membaca, berdiskusi, berjejaring dan pastinya menulis. Bukankah orang yang kaya itu berorientasi memberi bukan meminta. Ahh lewat tulisan ini pun saya sudah merasa kaya. Terlebih jika benar-benar kaya haha.

the woks institute l rumah peradaban 19/9/23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...