Langsung ke konten utama

Ngaji bersama Gus Iqdam di Ngantru




Woks

Pada malam Senin saya beserta rombongan mengikuti pengajian di daerah Ngadirejo Pojok Ngantru Tulungagung. Kami bersama rombongan naik mobil pick up menembus malam dan gerimis. Sesampainya di sana luar biasa ternyata jamaah sudah sangat banyak memadati halaman masjid dan sebagian jalanan.

Di antara mereka berjejer sambil mengibarkan bendera tanda identitas sebuah pecinta shalawat. Mereka dengan riang gembira terus mengibaskan benderanya padahal suasana hujan makin deras. Animo masyarakat memang luar biasa entah apa motivasinya mereka bertahan di tengah guyuran hujan. Barangkali sosok Gus Iqdam memang menjadi faktor yang ditunggu.

Dalam perjalanan kali ini sebenarnya saya dan teman-teman berniat ngaji sekaligus menunggu untuk meminjam tikar. Kebetulan tikar tersebut masih dipakai dan kami harus menunggu hingga usai. Usut punya usut akhirnya kami sekaligus mengikuti pengajian Gus Iqdam dan mencari kopi. Kami dan jama'ah lain menunggu lama sambil menikmati secangkir kopi di tengah guyuran hujan.




Hujan memang tak membuat jamaah goyah sedikitpun. Termasuk alunan hadrah bergema merdu. Jamaah yang umumnya para pemuda memang datang dari jauh hanya demi ngaji Gus Iqdam. Gus Iqdam memang sosok yang luar biasa sehingga dapat melahirkan jamaah plural. Nah dalam kesempatan ngaji tersebut beliau menjelaskan mengenai isra mi'raj. Gus Iqdam menjelaskan isra mi'raj dengan makna dari Syeikh Abdurrahman Al Furi. Isra mi'raj yaitu berasal dari 5 huruf شعبان.

ش شرف kemuliaan
ع علوي kedudukan yang tinggi
ب برٌ penuh kebaikan
ا العاطفة kasih sayang
نور cahaya

Di bagian akhir seperti biasa beliau menutup dengan metode dakwahnya yaitu membagikan uang pada jamaah anak kecil dan dialog bersama para pemuda. Harapannya dengan metode seperti itu masyarakat akan memahami betapa asyiknya mengaji. Terakhir di tengah malam sayup-sayup beliau menutup dengan sayir itiraf, istigfar, dan shalawat burdah. Acara pun usai kami pun langsung bergegas membereskan tikar dan mengangkat ke mobil. Tak lupa pula kami makan sajian dari tuan rumah padahal kami bukan panitia. Tapi demikianlah rezeki tak bisa diprediksi apalagi ditolak.[]

the woks institute l rumah peradaban 4/3/23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...