Langsung ke konten utama

Mencegah Nafsu ala Qasidah Burdah Imam al Bushri




Woks

Manusia sebagai mahluk biologis tentu dibekali nafsu oleh Tuhan sebagai kendaraan mereka berproses dalam kehidupan. Nafsu tidak selamanya dimaknai negatif justru lewat nafsu lah manusia bisa menjadi pembeda dengan mahluk lainya dengan satu syarat yaitu dapat mengontrolnya.

Dalam beberapa riwayat rerata nafsu memiliki pembagianya contoh ada tingkatan nafsu yaitu amarah, lawamah dan mutmainah. Ketiga macam nafsu tersebut dapat menjadi pembeda sejauh mana manusia mampu mengontrol keinginanya. Nafsu sejak dulu selalu mengajak kepada kesenangan utamanya yang bersifat duniawi, percis seperti dawuh Nabi Muhammad SAW:
حُجِبَتِ الجنَّةُ بالمكَارِهِ و حُجِبتِ النَّارُ بالشَّهواتِ
''Surga dipagari oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan. 

Tapi tanpa adanya nafsu kehidupan manusia akan mandek. Maka dalam Islam nafsu itu harus dikontrol bukan malah dikebiri atau dimatikan seperti dalam konsep kerahiban atau biksu. Berbicara tentang nafsu bolehlah kita simak dan resapi penggalan syair Burdah yang selain mahabbah isinya juga tentang bagaimana menghadapi nafsu jika sudah menguasai tubuh.

فانّ امّارتي بالسّوء مااتّعظت
Sesungguhnya nafsu amarah yang bertapak di lubuk hatiku masih belum mau menerima nasihat

من جهلها بنذير الشّيب و الهرم
Karena jahilnya dari peranan peringatan yang dibawa oleh uban dan hari tua

من لى بردّجماح من غوايتها
Siapakah kiranya yang dapat menolongku untuk mengawal keganasan nafsu 

فلاترم بالمعاصى كسرشهوتها
Seperti kuda yang garang itu dapat dikawal dengan tali hidungnya
Maka janganlah sekali-kali mengharapkan nafsu itu dapat dikalahkan dengan memperturutkan kehendaknya

انّ الطّعام يقوّى شهوةالنّهم
Bagaimana makanan tidak akan dapat memuaskan nafsu makan bahkan ia akan ketagihan bila diberi makan

والنّفس كالطّفل ان تهمله شبّ على
Dan nafsu itu seperti kanak-kanak jika engkau biarkan ia terus akan menyusu sampai ke tua

حبّ الرّضاع وان تفطمه ينفطم
Suka menyusu tetapi jika engkau hentikan ia akan berhenti

فاصرف هواهاوحاذران تولّيه
Maka kendalikanlah hawa nafsumu dan jangan diberikan kesempatan kepadanya untuk menguasai engkau

انّ الهوى ما تولّى يصم اويصم
Karena jika ia berkuasa sudah pasti ia akan membuta dan mentulikanmu

وراعهاوهى فى الاعمال ساءمة
Jagalah nafsumu baik-baik walaupun ia telah bergelar dalam ruang ketaatan
 
وان هى استحلت المرعى فلا تسم
Karena bila ia sudah menguasai maka akan memesonakan ketaatan

كم حسّنت لذّة للمرء قا تلة
Berapa banyak ia telah menipu orang ia menyajikan makanan yang kelihatanya segar padahal di dalamnya ada racun yang membunuh

من حيث لم يدرانّ السّمّ فى الدّسم
Bukankah racun selalu diletakan pada makanan yang lemak-lemak (sedap-sedap)

Demikianlah beberapa penggalan syair Burdah karya Imam Al Bushri yang memberi tips kepada kita agar tidak mengikuti nafsu. Alih-alih jika kita turuti nafsu lalu ia akan bosan ternyata dugaan itu salah justru nafsu akan semakin menyusu (dalam bahasa syair). Maka dari itu agar nafsu tersebut tidak terus menyusu kita harus menyapihnya (berhenti). Hal itu senada seperti dawuh KH. Syahidin Sladi Kejayan Pasuruan bahwa nafsu jika terus dituturi akan gemuk jadi buatlah ia kurus. Salah satu nafsu terdapat pada makanan, maka dari itu jika ingin sehat dan terhindar dari penyakit kita juga harus menjaga pola makanan jangan sampai apa saja dimakan.

the woks institute l rumah peradaban 28/6/21

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...