Langsung ke konten utama

Pesan Santri Sepuh Untuk Kemajuan (2)




Woks

Kemajuan setiap orang memang tidak bisa disamakan. Terlebih lagi segala macam proses yang dilalui pasti terdapat perbedaan. Oleh karena itu ada kemajuan versi terbaik dari diri seseorang. Walaupun begitu kemajuan juga memiliki standar tersendiri. Berikut ini pesan santri sepuh tentang kemajuan khususnya bagi diri kita sebagai modal melangkah menuju masa depan.

Tradisi mencatat lagi-lagi sangat diperlukan di era kekinian. Mencatat tentu bagian dari proses mengawal perkembangan zaman. Mencatat tidak sekadar menulis isi kitab atau hal penting dalam buku melainkan dimensi luas yang ada di masyarakat. Mencatat sangat penting karena dewasa ini teknologi hanya mengajari seseorang untuk pandai berkomentar. Sedangkan jika memahami arti mencatat maka ada pola kesadaran yang dibangun. Jika menulis harus hati-hati, jika bicara by data, jika berkawan dengan bijaksana dan sebagainya. Dimensi luas dalam mencatat ini tanda bahwa kita haus akan ilmu. Maka setiap detik, setiap waktu adalah catatan tentang ilmu. Tentang hal yang tidak pernah kita ketahui dan inilah modal besar untuk para santri.

Pesan kebersihan menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia santri. Kebersihan di sini bermakna ganda yaitu bersih diri mewakili fisik dan bersih hati mewakili rohani. Tidak hanya itu bersih lingkungan juga bagian tak terpisahkan. Maka tidak salah jika di pesantren kita dibiasakan untuk piket roan. Roan adalah tradisi yang diwarisi di pesantren sebagai bekal bermasyarakat. Jika santri mampu bersih diri maka orang akan menaruh rasa hormat tanpa kita memintanya. Di sinilah dimensi kebersihan yang harus dibangun oleh seorang santri. Dimensi yang menuntut kita untuk menyeimbangkan sisi duniawi dan ukhrawi.

Ngalap berkah adalah istilah pesantren yang tidak boleh mati. Di sinilah perbedaan antara santri dan non santri. Santri sampai kapanpun akan yakin dengan keberkahan terlebih yang terdapat pada guru. Dewasa ini zaman modern justru mengikis keberkahan. Santri-santri justru terpukau karena kecanggihan seolah peran guru tidak penting lagi. Maka mengingatkan akan arti penting keberkahan adalah hal utama. Santri tidak boleh lupa bahwa apa yang didapat hingga hari ini tak lain karena keberkahan gurunya. Bagaimanapun juga keberkahan akan berkaitan dengan etika. Orang yang ingin baca kitab saja harus kulo nuwun dengan cara menghadiahkan fatihah kepada mushonifnya. Hal demikian tak lain agar bashirah keberkahan tetap memancar. Guru mungkin boleh saja wafat tapi berkahnya akan selalu hidup.

Menjaga ikatan dengan guru adalah sebuah keharusan. Seperti yang sudah diulas bahwa rabithah dengan guru murid menjadi hal utama. Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah bahkan terang-terangan bahwa yang dihormati pertama adalah guru setelah itu baru orang tua. Mengapa demikian? karena orang tua hanya memahat hal badaniyah sedangkan guru melukis jasadi wa ruuhi. Ikatan antara guru murid harus kuat karena dewasa ini banyak murid yang jauh dari gurunya. Dan jika kita tahu fungsi guru tidak sekadar menunjukkan jalan di dunia tapi hingga ke akhirat.

Luwes dan peka sosial merupakan sikap yang harus dimiliki santri. Jika tiba waktunya pulang dan hidup di tengah masyarakat maka sikap elastis alias lentur tersebut harus diterapkan. Dalam hal menempa diri sendiri, santri harus menggunakan kaidah fikih yang ketat sedangkan untuk orang lain gunakan kaca mata tasawuf yang fleksibel. Artinya santri harus peka dengan keadaan sekelilingnya. Santri tidak boleh kaku apalagi arogan terhadap orang lain. Santri harus bersikap luwes dalam menyampaikan agamanya Allah. Dengan begitu masyarakat merasa nyaman dan pastinya akan mudah untuk menerima segala pengetahuan baru.

the woks institute l rumah peradaban 8/5/23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...