Langsung ke konten utama

Review Kitab Al Fiqhu Wadhih 1




Woko Utoro

Kitab fiqih dalam khazanah keilmuan Islam tak terbatas banyaknya. Kitab fiqih dari tingkat dasar hingga kelas tinggi bisa kita jumpai. Terlebih di pesantren kitab fiqih menjadi hal wajib dikaji selain kitab akhlak dan tauhid. Salah satu kitab fiqih dasar yang dijadikan rekomendasi untuk anak Madrasah Ibtidaiyah adalah Al Fiqhu Wadhih karya Syeikh Mahmud Yunus.

Kitab fiqih dasar dan tergolong tipis tersebut sangat cocok dipelajari oleh santri di tingkat dasar. Selain ringkas dan mudah dipahami kitab tersebut juga dilengkapi dengan pertanyaan di akhir dan hikmahnya. Kitab karangan Syeikh Mahmud Yunus tersebut terdiri dari 3 jilid dan kebetulan jilid pertama ada di tangan saya.

Kitab Al Fiqhu Wadhih jilid 1 ini berisi topik-topik harian yang lengkap. Pembahasan dari mulai bersuci sampai mengurusi jenazah dijelaskan di kitab ini. Walaupun tipis kitab ini hampir serupa dengan kitab Mabadi Fiqih karya Syeikh Abdul Jabbar atau Safinah An Najah karangan Syeikh Sumair Al Hadrami dll.

Yang menarik dari kitab ini adalah catatan hikmah yang terdapat di belakang bab. Misalnya dalam pasal shalat berjamaah dan Jum'at terdapat hikmah. Hikmah tersebut di antaranya mengajarkan pada kita untuk taat kepada imam. Jika imam rukuk maka makmum juga ikut rukuk tidak malah sebaliknya. Selanjutnya shalat berjamaah maupun shalat Jum'at mendidik kita untuk bersatu dan persamaan. Bahwa semua orang yang shalat sujudnya sama tidak peduli status atau pangkat jabatannya. Karena semua sujud selalu lebih rendah dari pantat.

Barangkali demikian catatan singkat mengenai kitab Al Fiqhu Wadhih 1 tersebut. Semoga atas apa yang kita kaji dapat bermanfaat. Intinya terus mengaji karena ngaji adalah cara kita berjalan menuju Allah.[]

the woks institute l rumah peradaban 27/3/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...