Woko Utoro
Ketika perjalanan pulang sesampainya di kampus UIN SATU saya iseng bertanya pada Pak Supri, apa hal paling berkesan dari Kopdar 11 Bondowoso. Pak Supri menjawab, bertemu dengan kyai pengasuh pondok. Jawaban Pak Supri tentu sama dengan apa yang saya rasakan. Sebagai anak pondok bertemu sosok seperti KH Masruri Abdul Muhit adalah sebuah momentum langka. Maka pertemuan tersebut merupakan hal spesial terkhusus untuk saya pribadi. Terlebih ketika Ndan Agus mendorong saya untuk minta ijazah pada kyai seputar ilmu dan jodoh. Ini yang membuat kami tertawa haha.
Nama KH Masruri Abdul Muhit bukan kali pertama tapi saya sudah mendengar sejak lama. Akan tetapi baru kali ini kami bisa bersua sedekat itu bersama beliau. Perihal pengasuh Ponpes Darul Istiqomah Bondowoso itu saya sering mendengar cerita dari Prof Ngainun Naim bahwa ada kyai yang suka menulis. Beliau membahasakan, "Kyai ne nulis dewe, nerbitne dewe, mungkin ya diwoco dewe". Mendengar hal itu saya sering tertawa terpingkal-pingkal. Kyai tersebut tak lain adalah KH Masruri Abdul Muhit.
Di tengah sorak sorai kelucuan justru ada dua kalimat yang menggetarkan. Pertama dawuh KH Masruri yaitu, "SPK harus ada, harus tetap jalan". Kedua kata-kata dari Pak Febry, "Saya sedih beberapa orang yang mengajak bergabung dan bahkan guru saya sendiri, sosok inspirator menulis jjustru keluar satu persatu dari SPK".
Kata-kata itulah yang sampai hari ini membuat saya berpikir keras apakah soal rasa nyaman, alur pemikiran atau bahkan kebutuhan. Saya tentu tidak tahu. Yang jelas pesa menyentuh KH Masruri dan Pak Febry menjadi pekerjaan kita bersama agar SPK tetap eksis dan berjalan. Salah satu pelajaran itu diambil dari nama pondok yaitu Darul Istiqomah.
Bagi saya inilah tempat atau pintu gerbang di mana SPK harus kembali ke rahim awalnya yaitu mentradisikan menulis dan merajut persaudaraan. Dengan begitu suara-suara sumbang dari luar bisa diredam. Kita hanya perlu fokus, madep mantep istiqomah. Jika menulis ya menulis. Jika soal berdagang ya berdagang. Artinya kita mengisi pos masing-masing sesuai dengan kemampuan.
Yang jelas pesan menyentuh KH Masruri dan Pak Febry tentang SPK yaitu bahwa membangun itu sama sulitnya dengan mempertahankan. Sehingga hal yang sudah dibangun lebih dari 7 setengah tahun ini perlu dipupuk dengan baik. Meruntuhkan itu paling mudah sedangkan kita perlu kekuatan dan keikhlasan dalam hal mempertahankan. []
Komentar
Posting Komentar