Woko Utoro
Kopdar kali ini barangkali sangat berbeda dengan acara sebelum. Di mana setiap kopdar SPK selalu berhadapan dengan mahasiswa. Atau seringnya kalangan akademisi dan praktisi. Akan tetapi kali ini SPK menjangkau anak-anak pesantren.
Dalam acara Pelatihan Literasi Nasional tersebut Bu Dr. Amie menjelaskan bahwa sepertinya mulai saat ini SPK sudah waktunya memberdayakan SDM nya sendiri. Selain karena dana faktanya SPK itu memiliki banyak amunisi yang luar biasa. Bu Hitta selaku ketua SPK pun menjelaskan bahwa mengapa anak-anak pesantren? Karena memang kita sudah saatnya berpikir bukan tentang apa yang kita dapatkan melainkan apa yang kita berikan. Dari itulah akhirnya SPK mencoba pola baru di mana membumikan literasi dari yang paling dasar.
Kata KH Masruri Abdul Muhit bukankah ilmu itu memiliki keberkahan ketika di amalkan. Setelah diamalkan barulah terlihat manfaatnya. Maka dari itu sebelum terlambat SPK bergerak ke ranah paling dasar. Karena mau tidak mau kita akan menjadi tua. Sebab menjadi tua itu niscaya dan menjadi dewasa itu pilihan. Jadi kita memilih kapan untuk segera bermanfaat apakah harus menunggu nanti tua?
Dalam hal menulis Bu Amie memberikan tips agar tulisan itu enak di mata, mudah dibaca, mampu dicerna akal, dan meresap ke dalam hati. Kata beliau tulis saja misalnya jejak keseharian. Karena dengan menulis hal-hal di sekitar kita justru lebih familiar. Tidak usah peduli kualitas. Yang terpenting habitus terlebih dahulu. Setelah menjadi kebiasaan lambat laun banyaknya proses akan melahirkan kualitas.
Termasuk setiap orang pasti bisa menulis. Bahkan anak-anak santri justru dalam hal imajinasi lebih kaya dari orang dewasa. Dari imajinasi itulah salah satunya bisa menjadi topik tulisan. Maka inilah tugas para guru untuk mengarahkan santri bahwa tradisi menulis itu penting. Dengan menulis kita akan dikenal setidaknya dalam bentuk ide dan gagasan. Saya sendiri tentu membuktikan jika lebih mengenal terlebih dahulu tulisannya daripada orangnya.
Terakhir program arus utama literasi menjangkau para santri tentu perlu untuk terus digemakan. Karena hal itu bagian dari membangun jiwa pembelajar mulai dari dasar. Jika hal itu sudah mentradisi maka segala macam perubahan tidak dimaknai sebagai hal menakutkan melainkan persahabatan. Sama halnya dengan SPM yaitu Sahabat Pena kita. []
Kerennn....
BalasHapus