Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2025

Do'a Orang Kepepet

Woko Utoro  Mbah Nun pernah berkisah apa faktor kejatuhan rezim Soeharto? demo besar-besaran mahasiswa, atau gedung kura-kura dikuasai mahasiswa. Bukan itu. Kata Mbah Nun, Pak Harto tak bisa digulingkan sekalipun misalnya jutaan orang mengepungnya. Satu-satunya alasan Pak Harto mundur alias berhenti jadi presiden adalah karena rakyat sudah ada yang menjarah. Bagi Pak Harto jika rakyat sudah di level menjarah ini bahaya. Orang jika sudah sampai menjarah berarti berada di posisi kepepet. Mbah Moen juga punya kisah tentang orang yang menipu atas nama beliau. Kata Mbah Moen, orang mencuri atau sampai menipu atas nama orang lain itu sudah ditahap kepepet. Orang seperti itu memang masuk kategori sangat bodoh. Karena tidak didasari ilmu maka sudah tak ada pikiran lain selain melakukan kriminal tersebut. Maka dari itu ilmu adalah petunjuk jalan. Ilmu adalah cahaya di saat orang gelap gulita. Ilmu adalah kompas ketika orang kehilangan arah. Ilmu adalah jembatan yang menyeberangi...

Dari Esais ke Cerpenis

Woko Utoro  Dua bulan terakhir saya gandrung dengan bacaan sastra. Baik itu novel maupun cerpen saya lahap habis. Entah saya kerasukan apa yang jelas bacaan itu berpengaruh terhadap dunia kepenulisan yang saya geluti. Hingga akhirnya saya berpikir ingin mengubah haluan dari genre esai ke sastra terutama cerpen. Saya terlalu percaya diri padahal siapa juga yang menyebut saya ini esais. Padahal untuk menyebut diri itu syaratnya harus ada kesaksian dari orang lain. Misalnya Ebiet G Ade tidak hanya musisi kata Eyang Sapardi tapi juga penyair. Atau dunia tahu bahwa Pramoedya Ananta Toer adalah satu dari sekian novelis terbaik milik Indonesia.  Walaupun tidak ada yang mengatakan saya esais tapi saya jalan saja, toh apalah arti pengakuan jika mudah puas. Bukankah titik temu seorang penulis adalah tetap menulis. Karya adalah jawaban atas segala ragam pengakuan. Sebab dewasa ini banyak orang justru stug setelah banyak pujian. Karena pujian itu sebenarnya racun maka kita har...

Hati dan Lidah

Woko Utoro  Dalam sesi khutbah Jum'at, KH Fakhruddin Al Bantani menjelaskan sebuah kisah di Kitab Dalilus Sailin karangan Syeikh Muhammad Anas. Di kitab tersebut dikisahkan tentang riwayat Lukman Al Hakim. Seperti kita tahu Lukman Al Hakim adalah salah satu dari 114 surah yang namanya diabadikan dalam Al Qur'an. Menurut jumhur ulama tafsir Lukman Al Hakim adalah orang biasa bukan dari kalangan anbiya. Tapi karena wisdomnya ia menjadi teladan dan melegenda dalam Al Qur'an. Lukman diketahui hanya orang biasa, budak dan penggembala kambing tapi ia seorang yang shaleh. Salah satu dari banyak kisahnya yaitu tentang hati dan lidah. Suatu hari tuanya memerintahkan kepada Lukman untuk memotong kambing dan membawanya bagian terenak dari kambing tersebut. Singkat kisah Lukman membawakan hati dan lidah kambing untuk majikanya. Beberapa hari kemudian Lukman diminta lagi oleh sang tuan untuk memotong kambing. Kali ini sang tua menyuruh Lukman membawakan bagian paling tidak e...

Ikutilah Jalan Kekasih

Woko Utoro  Kawan inilah risalah kecil tentang kekasih. Mari kita hayati dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun terasa berat akan tetapi kita diperintahkan mengikutinya sesuai kemampuan. Sungguh mengikuti jalan kekasih adalah obat mujarab tiada tara. Kawan jangan merasa sendiri. Sebab kekasih pernah sendiri saat awal-awal dakwah di Mekah. Jangan merasa paling menderita. Karena kekasih pernah lebih dari itu. Beliau pernah diludahi, dipukul hingga dihujani batu. Jangan pernah merasa takut sebab kekasih pernah diintimidasi, diancam hingga akan dibunuh ketika memproklamirkan Islam. Kata beliau jalan dakwah memang selalu terjal, bergelombang, keras cadas dan penuh tantangan. Kawan jangan merasa paling mulia. Sebab kekasih selalu menjadi teladan tentang kesederhanaan. Jangan merasa paling tinggi. Padahal kekasih selalu mencontohkan tentang rendah hati. Jangan merasa berat ibadah. Padahal kekasih sudah dijamin masuk surga tapi tetap saja beribadah dengan banyaknya. ...

Belajar Mendengarkan

Woko Utoro  Ning Inayah Wahid memberi pesan sederhana tapi mengena tentang warisan Gus Dur. Pesan tersebut beliau sampaikan dalam acara Majelis Nyala Purnama Makara Art UI. Kata Ning Inayah, sekian banyak yang kita pelajari dari Gus Dur ada satu pesan menarik dan relevan hingga hari ini yaitu belajar mendengar. Ning Inayah tersadar dengan pesan tersebut mengapa dulu Gus Dur berpesan agar sering mendengarkan lagu dangdut. Kata Ning Inayah lagu dangdut adalah simbol suara rakyat. Lirik dan musiknya begitu lahir dari keresahan dan kesederhanaan. Di era ini orang yang seharusnya mendengar justru pura-pura tuli. Orang yang dianggap mewakili rakyat justru paling abai dan membisu. Dari itulah maka kita perlu belajar dari Gus Dur tentang hal yang sederhana yaitu mendengar. Semakin banyak mendengar maka semakin banyak pula kita melihat. Itulah yang dilakukan Gus Dur sejak lama yaitu mendengarkan mereka suara-suara rakyat cilik. Suara yang harusnya dibela tanpa melihat latar bela...

Menghadapi Masalah III

Woko Utoro  Orang sudah hidup saja bermasalah. Akan tetapi selama kita tidak berbuat masalah maka aman saya begitu kata bapak. Yang jelas manusia itu tempatnya salah, lupa dan dosa. Sehingga dari itu kita hanya perlu mengerti dan mempelajari. Bahwa terkadang di setiap masalah selalu terselip hikmah. Kata bapak selama masih hidup di dunia masalah itu selalu ada. Bahkan jika sudah di hadapkan urusan dunia maka masalah tak ada habisnya. Masalah itu seperti rezeki dan akan berakhir ketika pemiliknya pergi. Pemilik tersebut adalah kita yaitu hamba yang diberi. Maka dari itu sebelum semua berlalu hadapi dan nikmati saja masalah apapun. Bahwa masalah hadir agar kita tahu hidup tidak sendirian. Hidup adalah ladang perkawanan yang hadir untuk memberi ruang pendewasaan. Kata bapak perlombaan yang tak ada garis finisnya adalah lomba mencari dunia. Dunia itu semakin dikejar justru melelahkan dan tak berujung. Maka dari itu cari dunia sewajarnya saja. Tapi walaupun demikian dunia da...

Dunia Dalam Tulisan

Woko Utoro  Saya sering digoda oleh teman mengapa hingga kini masih sering menulis. Katanya penulis itu lucu dan lebih lucu lagi yang mencetak buku. Baginya orang masih menulis di era serba kelimpahan adalah hal aneh. Lebih aneh lagi para pengarang buku, mereka masih setia dengan sesuatu yang mulai ditinggalkan. Seperti kita tahu buku makin ditinggalkan pembacanya. Apa yang dikatakan teman saya tersebut tentu ada benarnya. Tapi bagi saya tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam hati. Kita hanya perlu menyadarkan bahwa setiap orang memiliki pilihan untuk berproses. Salah satu dari proses itu adalah dengan terus menulis. Teman saya mungkin lupa bahwa setelah kalam lisan maka proses selanjutnya adalah tulisan. Bukankah dunia tercipta dari kata-kata "kun fayakun" dan setelah itu menjadi tulisan (baca: teks kitab suci). Teman saya mungkin juga tidak ingat bahwa menulis tidak semudah bicara. Sebab menulis itu kecerdasan keempat setelah mendengar, bicara dan membaca. Setiap...

Menghadapi Masalah II

Woko Utoro  Hidup itu memiliki dinamika. Perjalanan menemukan problem menjadi hal biasa. Kata bijak bestari orang hidup itu akan bertemu masalah. Jika tidak ingin berhadapan dengan masalah maka jangan hidup. Semua hal dalam hidup adalah dalam rangka mendewasakan diri termasuk adanya masalah. KH Anwar Zahid sering pidato terhadap masalah orang terbagi atas yang menghadapi, menghindari dan menikmati masalah. Semua hanya soal sudut pandang atau cara kita membaca problem tersebut. Bagi orang buta gajah itu kecil saat mereka memegang ekor. Gajah itu lebar ketika mereka meraba kuping. Dan gajah itu seperti ular meliuk-liuk saat mereka memegang belalai. Jadi intinya masalah apapun itu pertama yang harus kita siapkan adalah mental dan kedua mindset. Dalam hidup kata KH Ahmad Asrori Al Ishaqi selalu menemukan masalah atau tantangan. Tapi pointnya pada pikiran dan hati. Kata beliau masalah itu tidak ada istilah besar kecil, semua sama. Atau bahkan yang dianggap kecil nampak besar...

Sangu Lulus: Pesan Abah Untuk Santri PPHS

Woko Utoro  Pada 2 September 2025 kemarin tepatnya malam Rabu santri PPHS mengadakan acara rutinan Shalawat Al Barzanji. Akan tetapi ada yang beda di rutinan kali ini yaitu berbarengan dengan acara tasyakuran. Acara tersebut diinisiasi oleh angkatan Idris dkk yang sudah lulus. Para santri yang sudah lulus tersebut mengemas paket acara dengan sowan dzuriyah, shalawat dan mendengarkan petuah Abah. Acara sowan dilaksanakan pagi hari dan malamnya untuk shalawatan. Adapun setelah petuah Abah selesai para santri langsung ramah tamah dan makan bersama. Sedangkan dalam petuahnya Abah menyampaikan beberapa hal. Abah berpesan kepada para santri agar jangan melupakan shalat terutama dengan berjamaah. Kata Abah hari esok tantangan jaman makin nyata. Sedangkan mereka yang masih melaksanakan shalat adalah orang waras. Seperti kita tahu shalat adalah wadah segala amal dan bentuk rasa syukur kepada Allah. Terlebih jika shalat dilaksanakan dengan berjamaah. Abah menekankan bahwa jamaah ...

Nepo Kids

Woko Utoro  Chaos terjadi bukan karena sesuatu yang besar. Justru chaos sering terjadi hanya karena masalah sepele misalnya flexing. Sejak dulu pamer memang penyakit akut yang pelakunya tidak sadar. Bahwa pamer bisa menghancurkan masa depan. Sudah berapa orang menjadi korban dari sikap culas tersebut. Bahkan korbannya tidak hanya personal tapi justru menyebar ke sebuah negara. Terbaru chaos terjadi di Nepal yang salah satu penyebabnya karena banyak pejabat dan anaknya suka flexing. Akibat adanya media sosial fenomena flexing justru memicu amuk massa. Di tengah kemiskinan serta sulitnya mencari kerja para anak pejabat justru sibuk pamer harta. Barang mewah dan branded justru ditonjolkan dalam keadaan derita. Akibatnya tidak heran jika di negara Nepal tersebut unjuk rasa besar terjadi. Di Indonesia beberapa waktu lalu juga kita dengar ada ayah pejabat yang dicopot dari jabatannya. Alasannya hanya karena istri atau anak pejabat tersebut flexing barang mewah. Di Nepal anak ...

Larilah Kepada Allah

Woko Utoro  Salah satu kata menarik dalam Al Qur'an surah Az Zariyat ayat 50 yaitu fafirru ilallah yang berarti larilah kepada Allah. Mengapa harus berlari dan atas alasan apa kita harus berlari. Sederhana saja bahwa lari di sana bermakna bergegas. Atau juga ada gerakan lebih yang membedakan dari berjalan. Kita tentu tahu ada hal-hal dalam hidup yang harus dilakukan dengan cara lebih bergegas. Dalam ayat tersebut tentu kita diperintahkan untuk segera bertaubat dari dosa, segera melakukan kebaikan, jangan menunda suatu kebaikan dan teruslah mendekat kepada Allah. Bergegas di sanalah seolah ada dorongan kuat yang tidak sama dengan jalan santai. Maka dari itu ayat tersebut juga mengisyaratkan agar kita seimbang bahkan lebih. Misalnya dalam hal konser dihadiri oleh banyak orang maka kegiatan sholawatan pun tak mau kalah. Ketika orang rela berdesakan demi kebutuhan makan maka soal ibadah pun harusnya tak perlu risau apalagi takut. Karena urusan menghadap kepada Allah justru ...

Rendahkanlah Dirimu

Woko Utoro  Rendah hati sikap mulia yang harus dimiliki tiap orang. Sikap inilah yang membawa keselamatan bagi pemiliknya. Di era di mana orang merasa tinggi, gila hormat dan pangkat sikap rendah hati sangat diperlukan. Bahkan sikap ini sudah tertera dalam Al Qur'an. Setidaknya ada dalam Surah Asy Syua'ra 215 dan Al Isra 24. Asy Syua'ra 215 mengisyaratkan terkhusus bagi pendakwah agar tetap rendah hati dan lemah lembut. Karena dengan sikap tersebut orang tidak kabur. Objek dakwah memang demikian yaitu melihat siapa yang membawa ajakan tersebut. Maka dari itu Islam dilihat bukan dari ritual ibadah atau konsep lain soal ubudiyah muamalah tapi pada keluhuran akhlak. Terutama orang yang belum mengerti Islam, agama ini dipandang dari akhlak, budi pekerti penganutnya salah satunya yaitu sikap rendah hati. Al Isra 24 menjelaskan perintah untuk rendah hati dan penuh kasih sayang penghormatan kepada kedua orang tua. Atas pengorbanan serta segala hal yang diberikan nampak...

Meneladani Sang Zahid

Woko Utoro  Jika nama Bung Hatta disebut apa hal pertama yang melekat padanya selain kata "sederhana". Kesederhanaan pada diri Bung Hatta sudah melegenda. Bahkan hingga hari ini kita rindu dan ingin terus mengenangnya. Tidak salah jika Iwan Fals menghormati sosoknya lewat lagu. Di era kekinian yang hampir tiap orang hidup glamor rasanya merindukan Bung Hatta adalah hal tepat. Terlebih bagi pejabat nama Bung Hatta harusnya tak bisa dipisahkan. Bagaimana tidak beliau adalah sosok panutan seorang birokrat yang hidupnya berintegritas. Bahkan hingga wafatnya Bung Hatta tidak sempat memiliki sepatu Bally yang diidamkan sejak kecilnya. Untuk ukuran seorang wakil presiden harusnya Bung Hatta bisa mendapatkan segalanya, rumah mewah, kendaraan, tunjangan dan aset lainnya. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Bung Hatta. Jika ditanya tentang Bung Hatta selain kesederhanaan pada tiga putrinya (Meutia, Gemala dan Halida) ada lagi yaitu "cukup". Bagi Bung Hatta hidup hanya...

Mencintai Kanjeng Nabi Jalur Ilmu

Woko Utoro  Jika kita mengikuti ngaji Gus Baha pasti satu kata yang melekat pada beliau yaitu "ilmu". Gus Baha selalu berkampanye bahwa ilmu adalah hal utama. Bahkan dalam hal apapun kita butuh ilmu misalnya untuk tidak setuju saja kita tetap butuh ilmu. Lebih lagi soal mencintai dan meneladani Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Rerata orang mencintai Kanjeng Nabi itu disempitkan hanya dengan shalawat. Padahal mencintai Kanjeng Nabi itu sangat luas dan bisa dari segala sisi. Gus Baha sering berkata bahwa mencintai Kanjeng Nabi lewat jalur ilmu tidak populer. Gus Baha sendiri sadar bahwa mencintai lewat belajar itu sangat melelahkan. Poin pentingnya sebenarnya mencintai itu bisa dengan cara apapun. Tapi jangan sampai terjadi monopoli dalam mencintai. Jangan sampai karena shalawat adalah anjuran tapi kita mengabaikan jalur lain seperti spirit keilmuan. Bahkan justru shalawat itu pun perlu diilmui. Bahwa mencintai itu butuh sanad, butuh jalur yang terang benderang. Maka dar...

Jangan Berhenti Bertanya

Woko Utoro  Einstein menyebut bahwa bertanya itu suci. Dengan bertanya orang mendayagunakan pikirannya. Ketika orang berhenti bertanya justru patut dipertanyakan. Bertanya itu tidak dosa dan merupakan tanda bahwa kita masih hidup. Entah sejak kapan kita dibungkam untuk takut bertanya. Di kelas seorang anak dianggap mengusik gurunya karena rajin bertanya. Bagi teman yang lain pertanyaan adalah buang-buang waktu. Sebab bertanya dianggap bodoh dan tidak tahu. Sejak saat itu pula guru mematikan pendidikan dengan tidak pernah menanyakan kepada siswa perihal tanya. Padahal orang bertanya belum tentu tidak tahu. Sedangkan tanya itu juga tidak melulu soal jawaban. Tanya adalah tanda bahwa kita ingin mengoreksi atau memastikan. Bukan sebaliknya tanya malah dibungkam. Jika sejak kecil kita tidak boleh bertanya lantas apa arti mari bicara. Apa guna bacaan serta ragam pengetahuan jika dibiarkan diam. Mungkin inilah kenyataan pendidikan kita hari ini. Anak-anak dipaksa diam supaya d...