Langsung ke konten utama

Dunia Dalam Tulisan

Woko Utoro 

Saya sering digoda oleh teman mengapa hingga kini masih sering menulis. Katanya penulis itu lucu dan lebih lucu lagi yang mencetak buku. Baginya orang masih menulis di era serba kelimpahan adalah hal aneh. Lebih aneh lagi para pengarang buku, mereka masih setia dengan sesuatu yang mulai ditinggalkan. Seperti kita tahu buku makin ditinggalkan pembacanya.

Apa yang dikatakan teman saya tersebut tentu ada benarnya. Tapi bagi saya tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam hati. Kita hanya perlu menyadarkan bahwa setiap orang memiliki pilihan untuk berproses. Salah satu dari proses itu adalah dengan terus menulis. Teman saya mungkin lupa bahwa setelah kalam lisan maka proses selanjutnya adalah tulisan. Bukankah dunia tercipta dari kata-kata "kun fayakun" dan setelah itu menjadi tulisan (baca: teks kitab suci).

Teman saya mungkin juga tidak ingat bahwa menulis tidak semudah bicara. Sebab menulis itu kecerdasan keempat setelah mendengar, bicara dan membaca. Setiap orang bisa dengan mudah bicara tiap hari. Tapi hal itu tidak berlaku pada menulis. Bahkan orator sekalipun belum tentu bisa menulis. Menumpahkan keluh kesah dengan curhat, bicara lebih mudah daripada melalui tulisan. Dalam tulisan ada serangkaian prosedural yang harus dilalui setiap orang dan hal itu tidak ditemukan dalam tradisi oral.

Kata AS Laksana, menulis itu kerja-kerja habituasi alias pembiasaan. Orang yang terbiasa mengasah keterampilan motorik, dengan latihan menulis tiap hari bisa sangat mungkin jadi mahir. Menulis juga perlu adanya proses mekanik di mana seseorang harus terbiasa bergumul dengan buku, kata, kalimat dsb. Karena bagaimanapun juga bicara bisa apa saja tanpa perlu memperhatikan tanda baca. Orang bisa bicara ngalor ngidul dan selama ada gestur, intonasi mungkin bisa dipahami. 

Berbeda dengan menulis di mana kita harus pandai menempatkan tanda baca. Kita juga harus rajin membaca, evaluasi, editing serta latihan terus menerus. Belum lagi menulis itu memainkan emosi, perasaan serta penempaan daya pikir. Bagaimanapun juga menulis lebih kompleks dan ada upaya latihan baik secara teknis, mekanik maupun olah rohani. Melalui tulisan yang dipahami maka dunia mudah dikenali.

the woks institute l rumah peradaban 15/9/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...