Langsung ke konten utama

Menghadapi Masalah III

Woko Utoro 

Orang sudah hidup saja bermasalah. Akan tetapi selama kita tidak berbuat masalah maka aman saya begitu kata bapak. Yang jelas manusia itu tempatnya salah, lupa dan dosa. Sehingga dari itu kita hanya perlu mengerti dan mempelajari. Bahwa terkadang di setiap masalah selalu terselip hikmah.

Kata bapak selama masih hidup di dunia masalah itu selalu ada. Bahkan jika sudah di hadapkan urusan dunia maka masalah tak ada habisnya. Masalah itu seperti rezeki dan akan berakhir ketika pemiliknya pergi. Pemilik tersebut adalah kita yaitu hamba yang diberi. Maka dari itu sebelum semua berlalu hadapi dan nikmati saja masalah apapun. Bahwa masalah hadir agar kita tahu hidup tidak sendirian. Hidup adalah ladang perkawanan yang hadir untuk memberi ruang pendewasaan.

Kata bapak perlombaan yang tak ada garis finisnya adalah lomba mencari dunia. Dunia itu semakin dikejar justru melelahkan dan tak berujung. Maka dari itu cari dunia sewajarnya saja. Tapi walaupun demikian dunia dan masalah itu tetap indah. Bahwa masalah itu tetap ada seninya. Ibarat mendaki gunung mengapa masih ada orang berlelah-lelah naik ke sana. Padahal jika dilogika naik gunung itu menguras tenaga. Ternyata di balik gunung tinggi Allah memperlihatkan kuasanya.

Mungkin benar kita lelah fisik dan lainnya. Bahkan saat orang lain lelap tidur kita berjuang menaiki gunung dengan medan curamnya. Tapi ketika sampai di puncak kita tak henti menyebut namaNya. Karena di sana terdapat pemandangan indah dll. Itulah gambaran masalah sungguh jika usai dilewati kita akan merasa plong. Faktanya setiap orang mampu melewati masalah sesuai versinya. Yang jelas jangan jadikan masalah sebagai masalah tapi bisa jadi ia adalah malaikat yang mengajak kita selalu ingat kepadaNya.[]

the woks institute l rumah peradaban 17/9/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...