Langsung ke konten utama

Meneladani Sang Zahid

Woko Utoro 

Jika nama Bung Hatta disebut apa hal pertama yang melekat padanya selain kata "sederhana". Kesederhanaan pada diri Bung Hatta sudah melegenda. Bahkan hingga hari ini kita rindu dan ingin terus mengenangnya. Tidak salah jika Iwan Fals menghormati sosoknya lewat lagu.

Di era kekinian yang hampir tiap orang hidup glamor rasanya merindukan Bung Hatta adalah hal tepat. Terlebih bagi pejabat nama Bung Hatta harusnya tak bisa dipisahkan. Bagaimana tidak beliau adalah sosok panutan seorang birokrat yang hidupnya berintegritas. Bahkan hingga wafatnya Bung Hatta tidak sempat memiliki sepatu Bally yang diidamkan sejak kecilnya.

Untuk ukuran seorang wakil presiden harusnya Bung Hatta bisa mendapatkan segalanya, rumah mewah, kendaraan, tunjangan dan aset lainnya. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Bung Hatta. Jika ditanya tentang Bung Hatta selain kesederhanaan pada tiga putrinya (Meutia, Gemala dan Halida) ada lagi yaitu "cukup". Bagi Bung Hatta hidup hanya meminjam dan kita tidak boleh memiliki. Maka dari itu apa yang diberikan negara ya sekadar saja dan bahkan lebih dari cukup.

Soal keteladanan Bung Hatta serupa Abu Bakar. Beliau mencontohkan dan membantu apapun sekuat tenaga. Soal ketegasan Bung Hatta mirip Umar, jika urusan negara ya negara. Jika soal pribadi ya pribadi dan jangan mencampur adukkan. Bung Hatta pernah marah karena pernah ada orang menggunakan kertas milik negara untuk kepentingan pribadi. Logikanya hanya kertas tapi tidak bagi beliau. Bung Hatta tahu bahwa kertas itu juga dibeli dari rakyat. Maka dari itu beliau harus mengabdi untuk rakyat bukan malah aji mumpung.

Hingga wafatnya kita terus mengenang seorang Bung yang ingin dimakamkan bersama rakyat. Bagi Bung Hatta taman makan pahlawan terlalu mahal. Sedangkan dedikasi beliau murni hanya karena mengharap ridho dari Tuhan. Bung Hatta paham bahwa jalan kemerdekaan adalah jembatan emas untuk kita berserah kepadaNya. Kata Bung Hatta jika kekuasaan dimaknai menguasai aset bendawi maka selamanya tak akan menemukan kebahagiaan.[]

the woks institute l rumah peradaban 7/9/225

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...