Woko Utoro
Alhamdulillah agenda SPK Writing Tour (18/8/24) terlaksana dengan baik. Di antara rombongan tentu saya berkesempatan mengikutinya. Sebuah acara yang digagas sekitar dua minggu lalu dan tepat sehari setelah momen kemerdekaan. Tujuan acara tersebut adalah Sekolah Alam Ramadhani Mojoroto Kediri. Kebetulan dalam satu tempat tersebut juga terdapat taman baca Mahanani, rumah yatim dan taman pendidikan Al Qur'an.
Perjalanan awal menuju ke Ramadhani yaitu dengan motoran. Akan tetapi karena pertimbangan jarak dan peserta akhirnya kami memilih sewa jasa elf. Peserta yang awalnya 12 orang ternyata menyisakan 7 orang saja. Alasan beberapa peserta tidak bisa hadir yaitu kerena sakit. Tapi akhirnya kami pun bertolak ke Kediri berangkat pukul 08:00 tiba di sana sekitar 09:25.
Perjalanan sedikit mengalami kemacetan di sekitar Semen Kediri. Karena di sepanjang jalan terdapat pertunjukan karnaval dalam rangka peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Walaupun begitu kami menikmati perjalanan yang sederhana ini. Hingga tiba di Ramadhani, Pak Narno selaku tuan rumah menyambut kami dengan hangat. Tanpa berpanjang kalam akhirnya acara pun langsung dimulai.
Rombongan dari SPK yaitu, Saya, Mas Roni, Bu Rodiah, Mba Inama, Mba Zidna, Mas Irsyad dan Mba Alvi. Sedangkan teman-teman di Ramadhani yaitu, Pak Narno & Bu Ulya (Tuan Rumah) , Mas Fahmi (Prambon Nganjuk) , Mba Sania (Ngasem Kalimantan), Mba Wilda (Babat Lamongan), Mba Addin (Gayatri Boyolangu) dan Mas Ricky (Gurah). Kami semua terlibat diskusi hangat ketika acara dimulai. Di sesi itulah sajian teh hangat, dan beberapa jajan tersuguh di atas meja tentunya menambah asyik perdiskusian kami.
Ada beberapa poin yang saya dapatkan dari sana. Pertama, bahwa marwah pergerakan selalu lahir dari akar rumput. Kata Pak Narno memang kadang demikian bahwa para pegiat sosial maupun literasi selalu berawal dari keresahan yang sama. Dalam arti keinginan untuk bermanfaat bagi sesama. Kedua, beberapa orang meyakini bahwa kita akan dipertemukan dengan gelombang atau frekuensi yang sama dalam hal kebaikan. Baik itu di bidang literasi, berkesenian atau pergerakan. Karena energi kebaikan selalu mengikuti arah aliran di mana kebaikan itu bermuara.
Ketiga, bahwa literasi itu tidak disempitkan perkara baca tulis atau dunia perbukuan. Melainkan banyak hal utamakan soal kecakapan hidup. Sebuah upaya yang tidak sekadar kecakapan mengolah informasi melainkan kemampuan berdaya dan memberdayakan. Dengan demikian kita tidak puas dengan kebaikan hari ini melainkan mewarisi kebaikan untuk hari esok. Kata Bung Karno, warisi apinya bukan abunya.
Keempat, mulailah segala sesuatu berdasarkan tekad. Walaupun mungkin segala sesuatu itu terdapat banyak pola. Yang jelas jangan berpikir tentang problem tapi berproses tentang hasil. Karena problem itu pasti ada maka pola-pola hanyalah pilihan. Kata Pak Narno, "Kami hanyalah satu dari sekian pola. Maka pola tersebut belum tentu cocok diterapkan di tempat lain. Oleh karenanya buatlah penyesuaian terhadap pola-pola yang ada". Saya membaca bagian ini seperti pola ATM atau amati tiru dan modifikasi.
Kelima, uang, dana atau materi tidak dijadikan problem utama. Walaupun mungkin segala sesuatu memerlukan dana berupa uang. Yang jelas uang bukan satu-satunya penghambat untuk komunitas melangkah. Sebenarnya kita bisa memulai dengan hal-hal kecil di sekitar. Sebab kita tidak tahu jika suatu hari hal kecil itu dapat membesar. Semua tinggal menunggu waktu saja. Ada rumus bahwa jika sesuatu harus diukur dengan uang maka hal tersebut menjadi tak bernilai. Padahal pergerakan yang didasari kesadaran untuk berbagi tak akan bisa ternilai.
Barangkali demikian yang dapat saya catat dari pertemuan singkat itu. Setelah acara usai kami bersantap siang, foto bersama, sholat dzuhur dan langsung bertolak kembali menuju Tulungagung. Walaupun pertemuan begitu singkat nampaknya gairah untuk bergerak di dunia literasi terasa bergejolak. Entah cepat atau lambat kita akan dipertemukan kembali dalam angan-angan yang sama. []
The Woks Institute rumah peradaban 20/8/24
Dokumentasi :
Komentar
Posting Komentar