Langsung ke konten utama

Tradisi Berjuang

Woks

"Kalau bisa cari istri itu yang mampu menopang perjuangan suami. Jangan sampai istri itu hanya bisa gondelan (berpegang) sama suami saja. Maka ini alasan mengapa Kyai banyak beristri Ning, karena Ning itu satu level walhasil mereka akan mengerti apa tugas suaminya. Jangan sampai istri menjadi penghalang dalam perjuanganmu".

Begitulah salah satu kutipan pernyataan dalam pengajian Gus Baha. Beliau juga meneruskan bahwa KH Hasyim Muzadi pernah ngendikan (berkata) bahwa dosa besar seorang istri adalah membuat bodoh suaminya. Secara realitas perempuan benar-benar harus mengerti keadaan suaminya, jangan sampai ia mengikuti nafsunya. Sehingga jika suami belum mampu dalam mencukupi kehidupanya maka sang istri jangan terlalu banyak menuntut. Entah hal itu merupakan legitimasi atau apa, yang jelas pernyataan itu berdasar pada contoh ulama terdahulu dalam perkara ilmu.

Para ulama dahulu saking cintannya dengan ilmu mereka tidak memperdulikan hal lain kecuali ilmu itu sendiri. Sehingga tidak aneh jika ada ulama yang mudah bercerai. Imam Sibawaih adalah salah satu ulama besar, pengarang kitab produktif, alim tampan dan masih muda. Di tambah lagi harumnya seperti apel sehingga menambah mempesonanya beliau. Suatu saat ketika beliau mengarang kitab al Kitab, yaitu sebuah kitab yang tidak ada namanya. Beliau sampai jarang menyentuh istrinya padahal istrinya sangat cantik. Lantas sang istri pun menaruh curiga bahwa selama ini kitab itulah yang menjadi penyebab mengapa ia dinomorduakan sang imam. Suatu hari istrinya memiliki akal untuk menyingkirkan al kitab itu dan akhirnya kitab itu ia bakar. Singkatnya Imam Sibawaih pun bertanya "di mana kitab ku?" istrinya menjawab "sudah aku bakar, sebab karena kitab itu aku selalu tak kau perdulikan". Mendengar pernyataan itu Imam Sibawaih bukanya simpati, beliau justru malah menceraikan istrinya.

Imam Syafi'i penulis kitab ar Risalah yang madzhabnya mashur juga sama, pada saat akan menikah beliau mengumumkan kepada warga di sana bahwa ia ingin menikah. Siapa yang tak kenal imam Syafi'i ulama besar, alim dan juga tampan, pasti banyak perempuan yang antri ingin dijadikan istri. Beliau pun mengumumkan bahwa kriteria calon istrinya adalah yang siap tidak digauli, karena ia pasti akan disibukan dengan menulis dan mengaji. Lantas urusan istri akan menjadi hal yang sekunder di atas sebuah ruh perjuangan dan mengajar. Hingga akhirnya ada perempuan yang mau dinikah imam Syafi'i.

Dari cerita tersebut tentu kita paham bahwa mencari perempuan harus sesuai dengan kebutuhan. Jika bisa yang mampu dan pengertian dalam perjuangan dan dakwah. Jangan sampai orang lain bodoh karena memperturutkan keinginan perempuan. Banyak orang alim yang bodoh karena bujuk rayu perempuan. Maka dari itu perempuan juga harus mengerti kebutuhan suaminya. Syukur-syukur ia mau berjuang bersama.

*Disarikan dari ceramah Gus Baha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...