Woks
Pondok Pesantren Himmatus Salamah Srigading Plosokandang Kedungwaru Tulungagung mengadakan acara peringatan Isra Mi'raj dan Haflah Akhirussanah. Walaupun masih dalam pandemi Omicron acara ini alhamdulillah berjalan lancar. Acara yang bersifat internal tersebut diisi oleh santri dan pengasuh sendiri serta mengundang beberapa pondok sekitar Plosokandang di antaranya: PP. Al Hidayah, PP. Subulussalam, PP. Mbah Dul, MHM Sumberdadi, dan PP. Al Bidayah.
Pak Ali Imron sebagai Kamituo atau Kepala Dusun memberikan sambutannya bahwa keberadaan pondok sangat penting sekali bagi keberlangsungan pendidikan ilmu agama Islam. Beliau sangat berterimakasih atas segala i'tikad baik pengasuh dan santri untuk terus guyub rukun dalam mengaji dan menyukseskan acara. Beliau memberi pesan kepada santri, generasi muda untuk terus semangat dalam menimba ilmu. Kata beliau jika masa muda tidak digunakan secara maksimal proporsional maka nanti akan kecewa, "getun lek wes tuo, lek wes getun yo ra iso dibaleni neh".
Setelah itu acara Mauidhoh Hasanah langsung disampaikan Pengasuh PPHS, Panjenengan ipun Bapak Kiai Sholeh. Beliau mengaji sambil membacakan pasal dalam satu kitab mengenai pentingnya bersyukur. Kata beliau jika kita dapat makan atau memakai pakaian harus disyukuri seberapa pun sederhananya. Rasa syukur tentu tidak hanya ketika mendapat nikmat baik, saat datang nikmat buruk pun sebisa mungkin disyukuri. Karena semua hal datangnya dari Allah dan kita hamba diperintah untuk selalu taqorrub.
Beliau juga menambahkan bahwa tatakrama itu berkaitan dengan thariqoh. Termasuj orang yang paham tasawuf pasti mengerti thariqoh. Jangan sampai orang yang masuk thariqoh tidak memahami ajaran di dalamnya. Persoalan tasawuf dan thariqoh memang berkaitan dengan "rasa". Percis dalam syair Tampo Wathan yang dipopulerkan Gus Dur, "laku torekot lan makrifate... ugo hakekot manjing rasane".
Beliau juga memberi rambu-rambu kepada kita semua betapa bahayanya riya. Karena riya itu racun dan mampu merusak amal. Oleh karenanya pentingnya ilmu adalah dalam rangka mengikis riya serta penyakit hati lainya. Dengan ilmu seseorang akan paham untuk membedakan mana riya dan mana yang ikhlas.
Acara terakhir yaitu ditutup do'a oleh Pak Haji Toha (Ketua Takmir Masjid Riyadul Jannah). Beliau sebelum berdo'a berpesan kepada kita agar serius dalam menimba ilmu "ojo koyok ulo". Artinya hanya bolak-balik, mondar-mandir saja tanpa ada upaya belajar. Karena pondok merupakan miniatur masyarakat maka santri harus sebisa mungkin dapat mengamalkan ilmunya misalnya tahlil. Amalan tahlil atau sholawat Berjanzen akan sangat bermanfaat di masyarakat kelak. Demikianlah amalan masyarakat jika santri tidak mampu nanti masyarakat mau diberi apa, nge-game, ndak mungkin.
Acara ini berakhir pada pukul 22:15 malam. Acara yang diisi dengan Majelis Maulid Simtuduror tersebut berakhir dan langsung disambung dengan makan bersama dalam talaman. Semoga esok kita bersua kembali dalam keadaan paling bahagia. Amiinn
the woks institute l rumah peradaban 25/2/22
Komentar
Posting Komentar