Langsung ke konten utama

Ketika Penulis Tidak Menulis




Woks

Membaca judul di atas sekilas terdengar satir. Nampaknya judul sersebut seperti terkesan ironi apakah ada penulis yang tidak menulis. Kesan paradoks juga sangat kental di sana yaitu di satu sisi ia seorang writer tapi di satu sisi ia tidak melakukan aktivitas menulis. Lantas adakah yang salah dalam realitas judul tersebut.

Nampaknya tidak bisa dipukul rata mengapa penulis menghentikan aktivitas menulisnya. Mungkin saja banyak faktor yang menyebabkan mereka tidak menulis. Atau justru sebaliknya ada orang menulis di tengah keterbatasannya. Atau ada orang tidak menulis setelah ia mengalami kejadian yang memilukan dan lainya.

Sebenarnya ketika penulis berhenti menulis maka ia tengah menutup arus dunia. Termasuk menghentikan laju pengetahuan dan informasi. Menulis adalah aktivitas yang tidak boleh berhenti. Jika seseorang pembelajar mengentikan aktivitas satu ini maka ia tak akan sampai tujuan. Karena menulis itu pekerjaan berkesinambungan. Sekalinya penulis berhenti maka akan sangat berat untuk memulainya kembali.

Sejak dulu dunia dikenal lewat tulisan termasuk bahan bacaannya. Jika para penulis menghentikan tulisannya lantas apa yang mau dibaca. Menulis itu pekerjaan yang berkaitan dengan sejarah oleh karena itu kegiatan ini terus dinamis. Sejarah tak boleh berhenti maka pantas jika menulis adalah untuk dikenal dan dikenang. Para penulis memproduksi pengetahuan lewat kerja-kerja intelektual yang terdiri atas penguasaan terhadap bahan bacaan, diskusi, riset, analisis, observasi dan seminasi. Bahkan cara ulama dulu dalam menulis yaitu adanya riyadhoh, perenungan dalam, uji coba, hingga proses tahkiq.

Jadi menulis itu tidak sekadar kata-kata yang dirangkai melainkan ada banyak proses terlibat di dalamnya. Maka dari itu setiap penulis memiliki waktu khusus untuk menulis. Mereka akan berupaya bagaimana menulis bisa menjadi sahabat ketika dunia bungkam. Lewat tulisan dunia yang bisa dapat bersuara dengan lantang. Tulisan juga terdapat tanggungjawab moralitas di dalamnya. Jadi menulis itu tidak sembarang harus ada kejujuran yang dipertaruhkan.

Tapi bagaimanapun juga menulis bergantung dengan niat yang dibawanya. Jika niat penulis demi keuntungan tentu kegiatan tersebut tak akan berhenti. Jika menulis bertujuan memakmurkan pengetahuan maka kegiatan tersebut juga harus terus dijalani. Bahkan menulis dengan tujuan negatif pun akan terus diproduksi selama maksud dan tujuan belum tergapai. Jadi intinya tidak ada penulis yang menghentikan aktivitas menulisnya. Jika bertanya pada hati kecil niscaya tidak menulis merupakan hal yang selalu dihindari. Maka menulislah selagi bisa, selagi mampu seketika mati barulah penulis mati. Tapi walau begitu tulisanya akan selalu hidup. Karena tulisan akan lebih abadi ketimbang jasad penulisnya.

the woks institute l rumah peradaban 24/5/22

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...