Langsung ke konten utama

Pendidikan dan Dunia Karier




Woks

Kita sudah pasrah bahwa lembaga pendidikan saat ini yang diwakili oleh sekolah hanya melahirkan pelayan industri. Akibatnya mereka sekolah tidak demi ilmu akan tetapi demi selembar ijazah yang kata Iwan Fals hanya untuk mencari kerja. Padahal maksud awal pendidikan tak lain demi ilmu yang akan menjadi penerang bagi peserta didik di masa depan.

Dunia pendidikan kini bahkan menjadi ironis yaitu menjadi lajur arus transaksional berupa jual beli ijazah dan gelar. Akibatnya pendidikan kehilangan marwahnya dan kini apa mau dikata, selain melihat fenomena itu begitu nyata. Akan tetapi apakah salah jika pendidikan memiliki relasi baik dengan dunia kerja. Tentu tidak salah karena dengan pendidikan yang baik dunia kerja bisa menyerap tenaga ahli dan terampil.

Saya punya kisah soal ini di mana beberapa hari lalu seorang teman datang lalu berbagi cerita. Malam itu teman lama tiba-tiba mengajak ngopi sembari mendengarkan cerita saya pun menjamunya tipis-tipis. Ia bercerita panjang lebar seputar dunia kerja utamanya di bidang hukum, instansi hingga perusahaan. Katanya dunia saat ini sangat kompetitif dan kejam. Bisa menyingkirkan siapa saja yang tak ikut arus. Bahkan ia masih meyakini pepatah Jawa, "yen ora rebutan ra bakal keduman" jika tidak berebut tak akan mendapatkan.

Selepas kuliah ia memberanikan diri untuk melamar pekerjaan ke sana-sini. Untungnya dari banyak lamaran itu ia berhasil menjebol instansi hingga perusahaan. Kota besar dari mulai Gresik, Sidoarjo hingga Surabaya sudah ia taklukkan bahkan ia sudah kenyang dengan gaji besar. Akibatnya ia hanya melampiaskan lamaran lain alias berpindah dari satu tempat kerja ke tempat lainya. Alasannya sederhana yaitu karena rasa nyaman. Baginya kerja dengan gaji dan posisi mentereng sekalipun jika tidak sesuai di hati untuk apa.

Lantas beberapa saya tanya lalu apa yang sebenarnya kamu cari jika demikian. Ia menjawab katanya yang dicari adalah sesuatu yang nyaman di hati. Akhirnya ia pun memilih kerja di Tulungagung akan tetapi masih sempat ia mendaftar di lembaga lain salah satunya milik BUMN. Entah apa yang dicari yang jelas lewat pendidikan itu ia terus semangat walau saat ini karier yang dituju belum tampak. Cuma ia meyakinkan pada saya bahwa pendidikan itu sangatlah penting. Dengan pendidikan seseorang nampak berharga di mata orang lain. Setidaknya ia mampu bersaing di dunia kerja selebihnya faktor skill, sikap dan keberuntungan.

Kita memang tidak naif bahwa karier itu penting bagi kelangsungan hidup. Tapi hal itu bukan menjadi hal utama yang harus dicari mati-matian. Karena masih ada hal lain yang juga perlu dipertimbangkan seperti halnya keluarga, lingkungan dan keilmuan. Yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu bukan untuk pekerjaan. Justru lewat pendidikanlah seseorang bisa berdaya melihat potensi diri lalu mengaplikasikan skill dan keilmuan di masyarakat. Dengan begitu pendidikan tak akan usang dan tidak menjadi instruktuksi pasar.

the woks institute l rumah peradaban 16/5/22

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...