Langsung ke konten utama

Pengalaman Naik Bus Malam




Woks

Selain kereta, pesawat dan kapal, bus barangkali satu moda transportasi yang populer. Bicara soal bus tentu banyak pengalaman ketika menggunakan jasa rayap darat tersebut. Sebenarnya saya tidak canggung naik bus karena sejak kecil sudah sering diajak bapak mudik ke Magelang Jawa tengah.

Cuma uniknya setiap perjalanan selalu menyuguhkan beragam kisah yang berbeda. Perjalanan kali ini adalah balik ke Tulungagung dengan armada bus Indotrans Handoyo. Sebelumnya ketika pulang ke Indramayu saya menggunakan bus Harapan Jaya dan tahun kemarin dengan bus Gunung Harta. Apapun bus nya saya pastikan ada pengalaman unik disuguhkan di dalam maupun di jalanan.

Kali ini kisah datangnya dari penumpang yang arogan. Selain arogan ia juga egois. Ketika perjalanan malam ia seperti tidak memiliki perasaan menyetel video di IG dengan kerasnya. Entah apa motifnya yang jelas suara video IG tersebut sangat menggangu. Tidak ada satupun orang yang berani menegur orang tersebut. Nampaknya yang lain memilih diam membiarkan pemuda tersebut. Hingga akhirnya ia mungkin berpikir bahwa yang dilakukannya sangat menggangu orang lain. Itu karena salah seorang bapak menatapnya dengan garang.

Arogansi orang-orang di dalam bus juga sering diperlihatkan oleh kernet, pedagang asongan, pengamen maupun sesama penumpang. Tapi tentu tidak semua dan adanya keramahan terbangun selama di dalam bus. Hal itu sekaligus mematahkan argumen bahwa di bus itu keras. Banyak orang kerja di sana dan pastinya memiliki hajat tersendiri. Supir ugal-ugalan, serta pengendara lain yang tidak tertib juga sering kita jumpai. Di sanalah hukum jalanan sama dan setiap orang harus memahaminya.

Soal pembatalan tiket yang membuat saya lemas tentu sering dirasakan. Tidak hanya itu melihat kecelakaan lalu lintas di depan mata juga pernah saya jumpai. Pencopetan dan penjambretan juga sering terjadi. Sehingga potensi apapun selalu datang dan di sinilah pepatah Jawa mengingatkan kudu tetep eling lan waspodo.

Cuma dari semua rangkaian itu kita juga belajar pada ketabahan pedagang asongan yang turun naik bus untuk menjajakan dagangannya dengan cara apapun. Belajar pada pengamen akan arti kesetiaan pada seni dan tanggungjawab mencari nafkah. Belajar pada pengemis tentang arti ketidakberdayaan. Belajar pula pada supir yang membawa penumpang ke setiap tempat. Ibarat guru mursyid setiap penumpang bergantung pada petunjuk gurunya. Serta banyak hal lain yang dapat kita ceritakan dari sebuah bus.




Tol Mojokerto -Jombang
Islamic Center Masjid Moeldoko, 14 Januari 2023

the woks institute l rumah peradaban

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...