Langsung ke konten utama

Catatan Pra Haul Muassis PPHS 2024




Woko Utoro

Tahun ini PP Himmatus Salamah Srigading berkesempatan memperingati kembali haul muassis pondok yaitu Bapak Haji Slamet bin Mbah Tarni. Sebelum puncak acara pada malam hari biasanya di pagi hari diadakan khotmil Qur'an dan srakalan. Dalam acara pagi itu pun biasanya Abah Sholeh memberikan dawuh-dawuh nya. Adapun dawuh-dawuh beliau pada majelis pagi tersebut adalah :

Soal etika mengirim doa fatihah untuk arwah leluhur. Beliau menjelaskan pada para santri untuk menuliskan nama arwah sesuai dengan urutan, nama orang tua serta tempat. Hal tersebut menandakan jika arwah tidak sembarangan dalam mengirimkan doanya. Sebab tidak semua arwah berada di alam kubur. Sesungguhnya arwah itu berada di luar kubur. Salah satu hal yaitu bahwa wali Allah melihat kita ketika berziarah. Kita saja yang tidak mengetahuinya. Arwah juga bisa sangat mungkin berada di laut, bumi, gunung dll.

Soal jamaah jangan sampai ditinggalkan. Sebisa mungkin shalat itu jamaah. Karena shalat jamaah bisa membawa kita kepada Allah dengan cepat. Jamaah juga menjadi indikator kesuksesan seseorang. Bisa jadi kendala kuliah misalnya disebabkan karena melalaikan jamaah.

Soal tirakat dan dzikir. Sebisanya kita harus memiliki amalan dalam hal ini aurad dzikir atau misalnya baca Qur'an dll. Karena hal itu sebagai senjata kita esok ketika pulang ke rumah. Termasuk amalan Waqiah dan surah Yasin dibaca dan diistiqamahkan dalam upaya membentengi diri dari kesulitan hidup.

Soal belajar tentu harus serius. Dalam hal kuliah maupun mondok harus fokus. Jangan sampai terganggu oleh apapun terutama yang sudah punya pacar. Sebab jika kita tidak serius belajar dalam rangka menghilangkan kebodohan bersiaplah esok akan menyesal.

Demikianlah catatan sederhana dari dawuh-dawuh Abah Sholeh. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk menjalankannya. Amiin.

the woks institute l rumah peradaban 17/5/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...