Langsung ke konten utama

Ngaji Ngopi Edisi Kapitalisasi Dunia Pendidikan




Woko Utoro

Senang rasanya bisa berjumpa dengan Ki Darmaningtyas salah seorang tokoh pendidikan dan transportasi Nasional. Beliau yang pernah menjadi anggota majelis luhur Taman Siswa tersebut hadir di Angkringan Ngaji Ngopi untuk berdiskusi. Di sinilah saya juga bisa berinteraksi dengan peserta lain sekaligus silaturahmi kawan lama. Selain dapat ilmu saya juga dapat berjumpa dengan beberapa teman baru.

Selama di acara diskusi ini saya mencatat banyak hal. Kebetulan Ki Darmaningtyas menjelaskan panjang lebar tentang sengkarut di dunia pendidikan. Padahal kita tahu pendidikan merupakan tulang punggung bagi kemajuan suatu bangsa. Beberapa hal penting yang saya catat yaitu :

Pertama, Ki Darmaningtyas secara pribadi tidak setuju ketika Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai mentri pendidikan. Alasannya sederhana yaitu ia melanggar etik saat tidak hadir diskusi dengan Kemenhub terkait Gojek. Ia Juga datang ke forum di kampus dengan mengenakan celana Jeans. Ki Darma juga menyayangkan seperti yang diketahui kini kebijakan Nadiem justru sangat berbau kepentingan pasar. Yang terbaru kenaikan UKT serta percepatan alih status PTN menjadi PTNBH.

Kedua, saya mengkonfirmasi pada beliau terkait polemik kebudayaan Ki Hadjar dan Sutan Takdir Alisjahbana tahun 1936 apakah benar Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa sistem pendidikan yang cocok untuk bangsa Indonesia adalah pesantren. Ternyata jawaban beliau benar. Bahkan Ki Hadjar memang pernah mondok di Pondok Kalasan. Ki Hadjar ketika mendirikan Perguruan Taman Siswa juga mengadopsi sistem ala pesantren mewakili adat Timur dan sistem Barat dengan rasionalitasnya.

Ketiga, Ki Darma menjawab Keresahan beberapa ibu terkait menyekolahkan anaknya. Kata beliau kalau bisa sekolahkan saja di sekolah terdekat. Syukur-syukur yang jam pelajarannya tidak terlalu padat. Nah selebihnya pendidikan utama diserahkan oleh kedua orangtuanya. (Di sinilah sebenarnya saya juga turut menjawab bahwa keadaan saat ini orang tua sibuk. Akhirnya mereka menitipkan anak di sekolah full day yang jam pulangnya hingga sore hari. Jadi ibarat kata sekolah berfungsi mendidik sekaligus penitipan anak).

Keempat, Ki Darma mengafirmasi pernyataan Mba Fafa terkait ajaran Ki Hadjar yang terlupakan. Benar bahwa Ki Hadjar tidak dikenal dengan Sistem Among nya saja melainkan ada ajaran lain yang luar biasa. Ki Hadjar selain tokoh pendidikan yang berkarakter beliau juga memiliki literatur terkait dunia sufisme dan kepemimpinan. Ajaran luhur Ki Hadjar itulah yang kini absen dari percaturan pendidikan bangsa kita. Ki Hadjar hanya dikenal dan diperingati dengan ucapan-ucapan belaka tapi tidak menyentuh esensinya.

Kelima, Ki Darma mengakui jika pendidikan kita tidak baik-baik saja. Terutama pasca pandemi covid-19 seharusnya sektor kesehatan dan pendidikan lah yang harus dipulihkan bukan pembangunan infrastruktur. Tapi pemerintah justru malah abai dengan kondisi tersebut. Akhirnya orientasi pembangunan berupa fisik (kita sebut saja IKN) justru lebih diutamakan daripada dunia pendidikan.

Terakhir ini bersifat rekomendasi, kata Ki Darma kita adalah kumpulan orang resah terutama orang tua terhadap pendidikan anak. Maka dari itu seringlah berdiskusi terbuka semacam di Ngaji Ngopi ini. Dengan diskusi kita akan tahu jalan keluarnya atau diartikan bahwa kita tidak sendiri.

Ingat bahwa bangsa ini salah satunya didirikan oleh orang-orang yang dibentuk lewat club atau kelompok diskusi, misalnya kelompok diskusi Jogja, Ciputat dan Bandung. Orang-orang itulah yang kini mengisi jabatan penting di pemerintahan. Selanjutnya saran saja harus ada diskusi buku kata Ki Darma. Karena lewat buku kita bisa tercerahkan dan tak akan tercerabut dari akar masyarakat. Kita hanya bisa berharap semoga saja pendidikan kita segera pulih dan membaik.[]

Dokumentasi:




 
the woks institute l rumah peradaban 28/5/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...