Langsung ke konten utama

Pendidikan Kesadaran (2)




Woko Utoro

Memperjuangkan kesadaran adalah pekerjaan sepanjang hayat. Karena kita tahu kesadaran itu prosesnya amat panjang. Bisa sangat mungkin kesadaran adalah kekecewaan, atau perasaan yang diakui. Bagaimana pun juga sadar itu berlevel bisa jadi kesadaran kita hari ini masih sebatas kulit alias permukaan. Lantas kapan kesadaran itu lahir? bisa jadi ketika kematian tiba. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata manusia hakikatnya tertidur baru sadar bangun ketika kematian tiba.

Atas apa yang dijelaskan tersebut berarti manusia itu sebenarnya sadar. Akan tetapi kesadarannya masih terhalang oleh sesuatu. Sesuatu itulah bisa berupa apa saja seperti sikap, mental dan karakter. Maka jelas jika memperjuangkan kesadaran membutuhkan tenaga ekstra. Sebuah proses kesabaran yang tiada berujung atau meminjam istilah lain kesabaran revolusioner.

Bicara kesadaran seorang tokoh psikologi populer yaitu Sigmund Freud menyebutkan jika kesadaran itu terbagi atas 3 dorongan utama. Pertama, id yaitu kesadaran dasar atas dorongan kebutuhan misalnya rasa lapar. Kedua, ego yaitu kesadaran atas cara melakukan sesuatu misalnya cari makan. Ketiga, super ego yaitu kesadaran atas pertimbangan nurani misalnya makanan ini enak, halal, atau bodo amat. Dari ketiga itulah kesadaran memiliki fase tersendiri untuk matang.

Tapi kadangkala kesadaran memang memerlukan sugesti atau pancingan. Agar proses berpikir memiliki daya kejut untuk melakukan sesuatu. Di sinilah hasil proses membentuk karakter. Semakin banyak orang berproses dan berinteraksi maka kesadaran akan bertambah. Kesadaran memang harus didekatkan dengan akar permasalahan. Sehingga dari itu melahirkan gerakan.

Selama ini di balik fenomena mengapa orang tidak berempati atau tidak peka misalnya, karena bisa jadi mereka hidup di alam bawah sadar. Freud menyebutkan jika alam bawah sadar seperti sebuah gunung es yang muncul dari dasar laut. Bagian pucuk gunung es itulah kesadaran dan pastinya sangat kecil. Oleh karena itu tugas kita adalah memfungsikan kesadaran kecil itu dengan penuh.

Cara sederhana untuk membangkitkan kesadaran adalah dengan menceburkan pada masalah. Dalam hal ini subjek harus dekat dengan objek. Agar subjek tahu bahwa apa yang dialami akan berbeda dengan apa yang dilihat. Karena bagaimana pun juga mengalami pasti merasakan berbeda dengan hanya praduga. Misalnya orang akan sadar betapa berharganya sebulir nasi jika merasakan lelahnya menjadi petani.

the woks institute l rumah peradaban 1/6/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...