Langsung ke konten utama

Merenungi Batin Santri di Era Modern




Woko Utoro

Dalam hal belajar seorang santri wajib untuk mengulang-ulang materi yang sudah dipelajari. Pengulangan tersebut bertujuan agar ilmu yang didapat lebih tahan lama dan bermanfaat. Tahan lama berelasi dengan waktu sedangkan santri kini lebih menitipkan ilmunya di smartphone. Sedangkan bermanfaat berkaitan dengan kondisi batin. Orang bisa saja ilmunya banyak tapi batinnya kotor maka tak akan memunculkan cahaya.

Santri saat ini dan lebih lagi pelajar modern mungkin lebih canggih dan pintar tapi belum tentu bermanfaat. Sedangkan santri dulu lebih bermanfaat ilmunya walaupun sedikit. Lantas ada faktor apa sehingga terjadi ketimpangan dalam mencari ilmu tersebut. Sederhana saja salah satu faktor vitalnya yaitu berkaitan dengan kondisi batin. Mengapa harus batin? bukankan batin adalah dimensi yang sulit dimengerti.

Justru itu dimensi batin bagi seorang santri adalah hal utama. Ibarat buah, saripati dan vitaminnya lebih penting daripada daging dan kulitnya. Nah, di era modern ini banyak pelajar yang kehilangan saripati dan lebih menekankan pada kulit. Maka tidak ayal jika Syeikh Burhanul Islam Zarnuji dalam Kitab Ta'lim Muta'alim menyebut jika santri saat ini tidak salah dalam menimba ilmu. Hanya saja mereka kekurangan adab sehingga ilmunya tidak bermanfaat.

Dalam Kitab Ta'lim Muta'alim dijelaskan bahwa keberhasilan santri menimba ilmu adalah terletak pada dimensi batinya. Bukankah adab adalah dimensi batin yang menghasilkan laku. Sehingga tidak salah jika 98% persen dalam Kitab Ta'lim Muta'alim berisi tentang etika menimba ilmu. Bagi Ta'lim Muta'alim pintar dalam hal kognitif tidak lebih tinggi daripada adab yang baik.

Banyak orang modern kini yang pintar hingga bergelar, jabatan tinggi tapi korupsi. Apa yang salah dalam pendidikan mereka? sederhana saja salah satunya kemerosotan dalam dimensi batin. Dimensi yang gersang dan jarang disiram dengan tradisi spritual. Maka dari itu kesucian batin di pesantren lebih ditekankan daripada ilmu.

Jika batin sudah suci lir ibarat cahaya akan mudah menempati ruang. Jika batin gelap maka yang ada para dedemit mudah menguasai. Tidak aneh jika banyak orang pintar tapi busuk karena rumah batinya sudah dikuasai syeitan. Dari itulah kondisi batin harus diperbaiki agar ilmu tidak sekadar mampir di kepala tapi menjadi etika, tata krama.[]

the woks institute l rumah peradaban 15/4/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...