Langsung ke konten utama

Catatan Bimtek Penguatan Pendidikan Inklusi




Woko Utoro

Beberapa waktu lalu saya mendapatkan pengetahuan baru. Kali ini saya menjadi delegasi untuk mewakili lembaga pendidikan dasar di Ringinpitu. Perwakilan tersebut yaitu dalam rangka Bimtek Penguatan Pendidikan Inklusi bertempat di Aula Lantai 2 Diknas Kabupaten Tulungagung.

Acara tersebut dihadiri oleh seluruh perwakilan guru dari 3 kecamatan yaitu Kedungwaru, Boyolangu dan Pagerwojo. Adapun narasumber pada acara tersebut ialah Miss Inne Debora (KS Nobel Elementary School), Ibu Sri Rahayu (KS TK ABA Pelangi) dan Pak Yos Yahyadi (KS SD Alam Mutiara Umat). Ketiga narasumber tersebut merupakan anggota dari Pokja Pendidikan Inklusi Kabupaten Tulungagung.

Ketika di dalam aula kebetulan saya duduk bersebelahan dengan guru dari SDN 1 Serut. Di sini kita berbincang hangat tentang pendidikan inklusi yang ternyata baru pertama kali diketahui sang guru. Alhamdulillah saya mengetahui beberapa walaupun tidak banyak dari pengalaman tempo hari. Bagi saya seperti yang disampaikan Miss Inne bahwa mempelajari anak berkebutuhan itu menarik. Karena kita dituntut untuk belajar lebih dalam. Sebab anak berkebutuhan tidak seperti anak pada umumnya dan memang selalu ingin perlakuan khusus.

Selain itu kata Miss Inne, mereka juga sama memiliki potensi dan masa depannya sendiri. Maka dari itu siswa yang berhasil selalu berada pada tangan guru yang tepat "You are the Great Teacher". Lalu selanjutnya Ibu Sri Rahayu menjelaskan banyak hal seputar penanganan dasar terhadap anak berkebutuhan. Kata beliau salah satu penanganannya adalah dengan terapi okupasi.

Terapi okupasi adalah bentuk layanan terhadap mereka yang memiliki keterbatasan dalam fisik maupun mental lewat latihan terstruktur. Tujuannya tak lain untuk membantu seseorang agar bisa mandiri dan mampu bersosialisasi. Salah satu hal yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus adalah mencari ilmunya dan menerapkan ilmunya.

Ibu Sri Rahayu juga berkisah mengapa beliau menerima anak berkebutuhan khusus. Tujuannya beliau selain membantu sesama karena ABK itu unik dan kita bisa belajar lebih darinya. Termasuk Pak Yos mengakhiri acara Bimtek menjelaskan bahwa dari ABK kita bisa tertantang untuk menemukan solusi. Seperti halnya Miss Inne bahwa mereka memendam potensi yang luar biasa. Maka dari itu kita perlu memahami secara lebih dalam pola kehidupan mereka. Tentu semua adalah rahasia Tuhan yang tidak setiap orang memahaminya.[]

the woks institute l rumah peradaban 28/11/23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...