Langsung ke konten utama

Sepeda Ria Waduk Wonorejo




Woko Utoro

Sore itu suasana terik masih menjadi momok untuk ditaklukkan. Pasalnya sudah beberapa hari hujan belum juga turun. Tapi aktivitas kita tak bisa dibendung. Kali ini saya diajak teman sebut saja namanya Pepy. Ia mengajak saya jalan-jalan sore. Tujuan kami adalah waduk Wonorejo.

Sebenarnya perjalanan kali ini merupakan tugas di mana teman saya adalah seorang guru PJOK. Katanya ia disuruh untuk membuat tugas bersepeda dari rumah menuju waduk Wonorejo. Perjalanan dari rumah ke waduk Wonorejo tentu diukur berdasarkan nilai di aplikasi khusus. Akhirnya kami pun berangkat dengan sepeda motor dan sepeda gowes yang disurung (derek).

Kami berangkat melewati perempatan TT atau barat alun-alun Tulungagung. Kami melewati Pinka, Gor Lembu Peteng, Tiudan Gondang, hingga Kedungcangkring Pagerwojo. Asyiknya ke Wonorejo adalah karena kita bisa menikmati pemandangan yang indah. Di sepanjang jalan kita menikmati berjejeran bata merah yang dibuat oleh warga. Selain itu ketika akan sampai ke TKP kita lihat jalan berkelok berbalut pohon-pohon hijau. Tak lupa di bawahnya sungai jernih mengalir dan sawah-sawah yang menghijau.

Ternyata ketika akan sampai di waduk kami juga menyaksikan ramai-ramai pelajar IPNU IPPNU sedang asyik dalam perlombaan Festival Banjari. Suara merdu dan kostum yang menawan membuat suasan sore menjadi syahdu. Tentu tidak aneh jika sepanjang jalan menuju waduk kita juga mendapati muda mudi berkencan. Bagi yang jomblo tentu hal ini membuat kejang-kejang haha.

Singkat kisah kami sampai di Waduk Wonorejo. Sebuah waduk yang mengaliri ribuan hektar sawah warga. Sebelumnya kami juga sudah mengabdikan momen di mana foto adalah hal utama. Kami berswa foto di jembatan, air terjun dan tentunya waduk nn indah. Kami juga menikmati segelas es coklat dengan pemandangan sore yang sendu. Setelah itu kami langsung pulang karena suasana magrib akan segera tiba.[]

The woks institute l rumah peradaban 9/11/23








Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...