Langsung ke konten utama

Sebuah Reuni Kecil




Woko Utoro

Sore itu selepas aktivitas yang cukup padat saya menyempatkan untuk hadir dalam acara walimah. Kebetulan seorang teman kelas kembali naik pelaminan untuk melepas masa lajangnya. Setelah undangan disebar saya memang segera mengatur jadwal untuk dapat hadir dalam acara tersebut. Salah satu motivasi tentu selain hadir memenuhi undangan juga karena bertemu kawan lama.

Sore itu selepas asyar saya meluncur menuju Panggungrejo yaitu sebuah desa sebelah Barat Pinka. Ketika sampai di sana beberapa teman telah menunggu untuk masuk ke acara secara bersamaan. Akhirnya kami pun tiba di TKP dan langsung menyantap hidangan. Kami melepas rindu sambil mengingat kembali masa-masa kuliah. Di sinilah momen keakraban kembali dibuka setelah sekian lama tidak berjumpa. Kehangatan kembali diseduh setelah beberapa waktu tak bertemu.




Selepas acara di rumah Mba Alfi tersebut kami pun langsung bergegas pulang. Akan tetapi sebelum itu para Emak-emak meminta kami untuk mampir ngopi. Kebetulan kali ini tempat ngopi tidak jauh hanya beberapa meter dari Barat Masjid Agung Al Munawwar. Di momen ini saya sempat minder karena sejak awal hanya membawa uang pas. Kita tentu tahu kafe di wilayah kota harganya tidak ramah di kantong serabutan seperti saya. Tapi akhirnya seorang teman membayari kekurangan saya.

Ketika sajian kopi sudah tertata rapi kami pun cipika-cipiki. Maklum sudah berapa purnama pertemuan tak kunjung terjadi. Dan kali ini pertemuan jangan disiakan anggap saja sebagai reuni kecil. Kata Rocky Gerung rindu memang tak pernah menetap tapi selalu ingin kembali. Begitupun keadaan yang tidak bisa dibohongi. Maka dalam pertemuan singkat itu kita berbincang tentang apapun termasuk masa depan dan karir.

Walaupun saya menyadari bahwa topik yang diperbincangkan tidak selalu memihak. Kadang kata-kata yang terlontar adalah fakta bahwa kita merasa nyaman. Tapi walaupun begitu di antara kita sudah saling memahami. Maklum orang yang sudah lama berteman akan cenderung memahami bahwa kita tidak akan sakit hati. Kita akan selalu belajar bahwa hidup memang keras. Bahwa hidup itu realistis dan penuh ukuran. Bahwa hidup adalah tentang saling memberi pesan. Semoga kita bertemu lagi.[]

the woks institute l rumah peradaban 12/11/23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Zakat Sebagai Sarana Ritual dan Kesehatan

Woks Secara bahasa zakat berarti suci, berkembang, dan berkah. Dalam istilah fikih zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan orang-orang kaya untuk disampaikan kepada yang berhak menerimanya dengan aturan syariat. Dalam agama apapun zakat telah disyariatkan walaupun cara dan subjek wajib zakatnya sedikit berbeda. (Syahruddin, 2014:73) Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah, zakat baru disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah walau dalam al Qur'an telah dijelaskan sebelum Islam datang, umat-umat terdahulu juga telah mengenal zakat. Setiap Nabi memiliki cara zakatnya tersendiri seperti zaman Nabi Musa yang memerintahkan menzakati hewan ternak seperti unta, kambing dan lembu. Bahkan Nabi Musa juga pernah meminta agar Qorun mengeluarkan zakatnya. Zaman Nabi Isa pun tak jauh berbeda yaitu meminta orang-orang yang kaya untuk mengeluarkan zakatnya kepada yang miskin. Saat ini kita masih mengikuti syariat zakat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan penje...