Woko Utoro
Saya iseng saja berselancar di internet dengan keyword cita-cita apa yang paling diminati. Ternyata sesuai dugaan saya bahwa guru bukan pilihan pertama. Padahal sebelum digitalisasi masif guru selalu favorit menjadi pilihan anak-anak akan cita-citanya. Menjadi guru hanya bertengger di posisi ketiga setelah dokter dan polisi. Bahkan di beberapa web profesi guru hanya di peringkat ke-10 di bawah YouTubers dan desainer.
Hal itu tentu wajar saja apalagi setiap orang memiliki passion nya tersendiri dalam menentukan pilihan. Soal menjadi guru menurut saya ada 2 hal. Pertama sekadar menjadi guru dan kedua guru asli atau guru beneran. Sekadar menjadi guru berarti bersifat formalistik. Artinya menjadi guru karena profesi, tingkat jabatan hingga mencari tunjangan fungsional. Guru tipe pertama ini banyak sekali jumlahnya. Bahkan tipe pertama tersebut bisa menghantarkan siapa saja menjadi guru.
Sedangkan yang kedua guru asli bisa dilihat dari kepribadiannya. Atau bahasa kita adalah terlihat dari aura serta penghayatan nya pada ilmu dan mengajar. Kata Mendiknas Prof Abdul Mu'ti guru itu biasanya menjiwai keilmuannya, berkarakter, dan pastinya mencintai dunia anak. Guru tipe ini biasanya tidak melihat kekurangan sebagai problem tapi bagaimana merubah tantangan menjadi peluang.
Motivasi utama seorang guru tipe ini tak lain karena cinta murid, cinta ilmu. Berapapun gajinya tak akan bahagia jika tidak mencintai murid dan ilmu. Maka dari itu personifikasi ilmu dalam diri seorang guru sangatlah penting. Bahkan kehebatan seorang guru terletak pada personifikasi ilmu dan kepribadian. Seorang guru yang baik sudah bisa dilihat dari cara mengajar, menyikapi masalah, manajemen kelas, berkarakter dan berintegritas.
Hanya saja menjadi guru di era saat ini tantangannya begitu besar. Selain persoalan media pembelajaran dan target pendidikan. Guru saat ini dihadapkan dengan menurunnya moralitas siswa serta dampak digitalisasi masif. Belum lagi soal kesejahteraan kondisi guru begitu memprihatinkan. Maka dari itu guru selalu punya kisah menarik antara profesi dan pengabdian.
Bagi orang yang mencari kesejahteraan dari profesi guru tentu tidak semua bisa merasakan. Karena ada proses panjang yang harus dilalui. Satu-satunya hal yang dapat membahagiakan adalah mengajar itu sendiri. Bagi orang yang senang mengajar anak-anak adalah tujuan utama. Sehingga mengajar adalah jalan hidup, jalan ninja yang dapat menghasilkan kebahagiaan batin. Kita pasti tahu kebahagiaan batin tidak bisa dibeli dengan apapun apalagi sekadar materi.
Maka dari itu aktivitas mengajar menjadi guru hanya bisa dilakukan dengan hati lapang. Dengan kondisi itu seorang guru tak pernah merasa mengajar menjadi beban. Karena bagi mereka melihat anak-anak berlari, mendengar coletah dan keriang gembiraan adalah terapi alami. Mungkin lelah tapi faktanya menjadi guru itu asyik. Ada hal yang selalu dirindukan terutama ketika kita takluk dengan senyum tengil mereka. []
the woks institute rumah peradaban 26/11/24
Komentar
Posting Komentar