Langsung ke konten utama

Meneruskan Pesan Abah Sholeh Perihal Dzikir Jahr




Woko Utoro 

Di tengah-tengah ngaji kitab Tafsir Jalalain, Abah Sholeh menghentikan pengajian sejenak seraya memberi pesan. Beliau menginstruksikan agar para santri melaksanakan dzikir jahr setelah shalat fardu. Bahkan bila perlu membaca Qur'an dengan suara keras juga tidak masalah.

Apa yang beliau instruksikan bukan tanpa alasan. Justru hal itu berdasarkan dawuh KH Zainuddin Djazuli ketika masih hidup bahwa dzikir itu kalau bisa yang keras (jahr) agar tidak dikira tidur oleh malaikat. Apalagi jika di Ploso memiliki tradisi membaca ayat kursi dengan lantang. Jika satu orang membaca ayat kursi bisa menjadi tameng gaib bayangkan jika 13.000 santri membaca ayat yang sama. Bagaimana berkahnya pondok dan tentunya bisa menjadi wasilah keselamatan untuk semua penghuninya.

Demikianlah pesan beliau tentang dzikir jahr. Berdasarkan hal itu saya pun mencari tahu. Ternyata dzikir jahr bisa diartikan dengan suara keras, lantang, nyaring dll. Dzikir jahr bisa ditemukan dalam Kitab Miftahus Shudur juz 1 pasal 2 fi bayani dzikril jahri karya Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin atau Abah Anom. Bahkan dzikir dengan suara keras memang menjadi ciri khas aurad dzikir Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Setelah saya selami ternyata dzikir jahr itu banyak manfaat dan hikmahnya. Di antara manfaat dzikir jahr adalah bisa menjadi psikoterapi alami bagi tubuh. Seperti kita tahu tubuh sering mengalami kecemasan, lelah, stres hingga depresi. Hal itu menandakan bahwa tubuh menyesuaikan pola pikir dan sikap pemiliknya. Menurut penelitian Lindenthal (1970) dan Star (1971) orang yang rajin beribadah, berdoa dan berdzikir sangat kecil kemungkinannya terkena stres daripada yang tidak rajin beribadah dll.

Pakar Psikologi UGM, H.M. Subandi juga mengatakan bahwa dzikir jahr mampu memecahkan masalah baik bersifat sosial, ekonomi, maupun spiritual. Menurut Hawari (1997) terapi dzikir juga mampu membangkitkan harapan hidup dan rasa percaya diri individu. Bahkan dzikir jahr mampu menekan resiko terkena gangguan mental, depresi, gagal jantung hingga bunuh diri. Hal itu juga telah banyak dibuktikan berdasarkan publikasi ilmiah baik berupa jurnal, buku maupun seminar.

Tidak hanya itu hikmah dzikir jahr terbilang banyak. Di antaranya menurut Abah Anom bisa menjadi tashfiyatul qulub (membersihkan hati) dan tazkiyat an nufus (membersihkan jiwa). Dari sanalah akhirnya melahirkan sifat ikhlas dan karomah. Tidak hanya itu dzikir jahr juga dapat melahirkan karakter positif seperti, percaya diri, ikhlas, sabar, optimis, pemurah, mawas diri, berani, tenang, khusyu, fokus dan disiplin. Jadi jelas bahwa dzikir jahr berfungsi tidak hanya soal spiritual tapi juga sebagai penyembuhan.[]

Bahan Bacaan :

Dadang Hawari, Psikiater Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis, (Dana Bakti Primayasa Yogyakarta 1997).

Rojaya, Aceng Wandi, Khaeruman Azam, Dzikir Jahar Sebagai Psikoterapi, Istiqamah: Jurnal Ilmu Tasawuf, 2019.

the woks institute l rumah peradaban 19/11/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Pecinta Amatiran

Woko Utoro  Kiai M. Faizi pernah ditanya apa yang ingin beliau lakukan setelah memahami sastra. Kata beliau, "Saya ingin menjadi amatir". Bagi Kiai M. Faizi menjadi amatir berarti tidak akan disebut mahir. Orang amatir akan selalu dianggap masih belajar. Orang belajar bisa saja salah. Walaupun begitu salah dalam belajar akan disebut wajar. Berbeda lagi ketika orang disebut mampu alias mumpuni. Masyarakat menganggap jika orang ahli bahkan profesional haruslah perfect. Mereka selalu dianggap tak pernah salah. Dan memang sesuai dengan pikiran kebanyakan orang jika sempurna itu harus tanpa noda. Akibat stigma ahli dan profesional masyarakat berespektasi harus sempurna. Masyarakat lupa bahwa setiap orang tidak bisa menghindar dari celah. Dalam arti bahwa setiap orang bisa saja pernah salah. Soal ini tentu yang terbaru adalah kasus Gus Miftah. Kasus Gus Miftah dianggap menghina pedagang es teh karena umpatan gobloknya menjadi viral. Pertanyaan kita mengapa netizen selalu brutal dal...

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun...