Pernah dengar anekdot mengapa kiai/gus ada yang sedikit mbeling. Ternyata jawabannya kata Gus Dur, karena mereka mengerti caranya bertaubat. Pertanyaan itu senada dengan, mengapa huffadz Qur'an ngajinya begitu cepat. Lagi-lagi jawabannya berkaitan dengan jalan. Penghafal Al-Qur'an saking mengertinya isi dan ayat Qur'an maka mereka tahu caranya ngebut.
Bicara jalan tentu berkaitan dengan pengetahuan dan jam terbang. Orang yang pengetahuannya luas tak akan takut tersesat. Orang yang jam terbangnya tinggi tak akan pernah ragu menentukan keputusan. Contoh lain misalnya pembalap mengapa seolah putus urat takutnya sedangkan yang ada hanya keberanian. Tentu hal itu berdasarkan pengetahuan, teknik, penguasaan medan dan pastinya jam terbang. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik.
Berkaitan dengan hal itu tentu banyak sekali contohnya. Misalnya lagi sopir angkutan umum yang menantang maut dengan kecepatan tingginya itu pun akibat dari panjangnya perjalanan. Semakin mereka lama melakukan perjalanan, menaik dan turunkan penumpang maka makin tahu juga trayek yang dituju. Koki atau chef pun demikian, mereka sudah terlalu biasa menentukan bumbu atau perisa makanan baik itu garam, gula maupun kecap dan saus. Semua sudah menjadi hal biasa dan tanpa perlu adanya buku panduan atau alat ukur.
Begitulah kiranya dalam hal berguru. Seorang guru akan tahu kemampuan muridnya. Terutama guru ruhani mereka tidak hanya memastikan keselamatan murid di dunia tapi hingga ke akhirat. Guru-guru yang demikian tentu telah mengerti jalan ke mana harus melangkah. Sehingga jalan menuju Allah SWT mudah atau berliku. Semua bergantung dengan rabithah murid kepada gurunya. Semakin yakin murid dengan gurunya maka akan sangat mudah melewati jalan ketuhanan.
Orang yang sudah mengerti jalan maka tak akan takut tersesat. Bahkan cenderung berlari begitu cepat. Tinggal bagaimana penumpang apakah kuat atau menyerah. Inilah jalan yang selalu menyuguhkan pelajaran. Jika pun misalnya kita pernah tersesat toh pada akhirnya setiap perjalanan selalu menyuguhkan tempat tujuan. Tempat di mana kita akan berakhir dan berlabuh. Sedangkan jalan terakhir manusia adalah kembali kepadaNya. Maka dari itu agar selamat kita memerlukan pemandu sekaligus pengemudi untuk menghantarkan ke tempat kembali terbaik yaitu Allah SWT. Para juru kemudi itu tak lain adalah guru ruhani kita, ulama, kiai.[]
the woks institute l rumah peradaban
Komentar
Posting Komentar