Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

Empan Papan

Woko Utoro  Hal menarik dari kondisi terkini perihal demokrasi terkhusus bagi para pejabat adalah empan papan. Empan papan adalah pesan khusus dari Ngarso Dalem X untuk menjaga kondusifitas. Karena bagaimanapun juga stabilitas di tiap wilayah adalah hal utama. Terutama pasca terjadi kerusuhan di berbagai tempat akibat protes dengan kebijakan DPR yang nir-empati. Empan papan berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Sesuatu tersebut harus disesuaikan dengan tempat, waktu dan kondisi. Orang boleh bicara, tidak dilarang berjoget atau euforia. Tapi ingat lihat kondisi, di saat suasana rakyat terhimpit perkataan kasar berubah jadi nyala api. Ketika kondisi ekonomi sulit jogetan berubah jadi ancaman. Hingga rakyat menjerit segala macam euforia menjelma duka. Dari itulah terkhusus untuk pejabat sadar diri adalah kunci. Bahwa relasi mereka dan rakyat harusnya harmoni bukan menguasai. Mengapa menunggu rakyat marah bahkan anarki untuk introspeksi. Harusnya semua elemen p...

Kekuatan Kata-kata

Woko Utoro  Sejak ribuan tahun silam Islam melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan berhati-hati dalam ucapan. Karena akibat kata-kata yang kurang tepat dampaknya bisa berbahaya. Kata-kata selalu punya daya ledak luar biasa. Maka dari itu pepatah Arab berkata, "Tergelincirnya kaki bisa diobati tapi tergelincirnya lisan dibawa mati". Hal itulah yang akhir-akhir ini dialami para pejabat kita. Mereka lupa bahwa kata-kata dan perilakunya diawasi rakyat. Jadi sekali saja berbuat blunder apalagi menyakiti perasaan rakyat maka lihat saja aksi massa terjadi di mana saja. Mereka harus tahu bahwa dengan kata "tolol" atau "jangankan 5000 ribu, 50.000 ribu saja saya hadapi" itu adalah pernyataan bodoh. Karena dengan begitu bisa menyulut api yang lebih besar. Ingat bahwa kata-kata yang mengandung arogansi bisa membuat anak SMA meledak turun ke jalan. Apalagi dengan kata-kata kasar bisa saja seisi gedung DPR hangus terbakar. Jadi jangan main-main...

Makna Berlomba-lomba dalam Kebaikan

Woko Utoro  Dalam Al Qur'an surah Al Baqarah 148 dan Al Maidah 48 terdapat kata fastabiqul khairat yang diartikan berlomba-lomba dalam kebaikan. Ketika ditanya kebaikan seperti apa yang dimaksud Al Qur'an tersebut. Bukankah baik saja belum tentu benar. Atau mengapa tidak fastabiqul haq, justru malah tentang kebaikan. Dr. Muhammad Ridho menjelaskan bahwa kata khairat dalam ayat tersebut termasuk isim ma'rifah yang artinya kebaikan di sana spesifik merujuk pada agama. Prof Mujamil Qomar juga demikian bahwa kebaikan menurut agama sangat berbeda dengan kebaikan ala sosial ataupun hukum positif. Terkadang kita salah arti untuk memukul rata segala kebaikan. Padahal kebaikan satu dengan lain pasti sangat berbeda. Pacaran itu baik bagi pelakunya. Tapi mereka lupa jika agama memberi rambu-rambu jangan dekati zina. Sebab pacaran bisa berpotensi ke arah sana. Membunuh itu dianggap kriminal oleh hukum negara, yang notabene berlaku hukum positif. Membunuh itu hukum keluarga ...

Pemuda Akhir Zaman

Woko Utoro  Gus Baha pernah digoda oleh Mbah Sahal Mahfudz. "Lek soal pinter, yo pinter aku Ha. Soale biyen ngaji kitab ae kangelan", kata Mbah Sahal. Gus Baha pun menimpali, "Yo pinter kulo mbah soale akhir zaman akeh godaane". Dari dialog tersebut jelas bahwa akhir zaman orang yang tahan godaan adalah manusia luar biasa. Godaan akhir zaman tentu kian hari semakin berat. Bahkan godaan tersebut bertranformasi begitu cepat dan sangat dekat. Hampir tiap hari berita terkait kriminalitas, korupsi, hingga pembunuhan seperti akrab di telinga. Belum lagi problem digital melalui smartphone kian hari makin mengkhawatirkan. Sehingga dari itu setiap orang harus memiliki strategi untuk setidaknya nge-rem, mengelola diri dan berpikir jernih. William Kay menyebutkan, tugas masa remaja akhir adalah mampu beradaptasi dan memiliki falsafah hidup. Problemnya kini di era distribusi manusia secara umum seolah kehilangan kendali. Terlebih para pemuda yang mayoritas kini terk...

Dunia dan Cara Pandangnya

Woko Utoro  Dunia itu ruwet sejak dulu Ù„ِÙŠَبْÙ„ُÙˆَÙƒُÙ…ْ اَÙŠُّÙƒُÙ…ْ اَØ­ْسَÙ†ُ عَÙ…َÙ„ًاۗ. Tapi tempat yang nyaman bagi orang-orang kafir. Sekaligus penjara bagi orang-orang mukmin. Tapi walaupun begitu tetap saja dunia juga penting sebelum menuju akhirat. Karena dunia adalah tempat menanam dan akhirat tempat memanen. Walaupun dunia nampak ruwet tapi kita ditanamkan untuk terus optimis. Bagaimanapun keadaannya kita harus tetap jalan. Karena bersama kesulitan ada kemudahan, Al Insyirah ayat 6. Termasuk jika ada pertumpahan darah kita tetap yakin selalu ada hal baik lain. Misalnya dalam An Nahl 66 toh sekalipun terdapat darah dan kotoran tetapi Allah juga menciptakan susu. Justru ketiga unsur itu ajaibnya tidak bercampur. Itulah dunia jadi tidak usah dirisaukan. Selalu saja ada hal unik yang membuat kita kagum. Walaupun misalnya dunia ini nampak berat, keras dan jahat. Toh pada akhirnya tugas kita adalah berikhtiar, berproses serta sabar. Dalam konteks memberi saran, petuah atau ...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...

Menghadapi Permasalahan Hidup

Woko Utoro  Rumusnya sudah jelas dan sejak dulu bahwa hidup ini menyajikan masalah. Sejak jaman Nabi Adam hingga kiamat kelak masalah itu selalu ada. Hanya saja bagaimana kita memperlakukannya. Kadang masalah yang dianggap musuh oleh kita ternyata bisa jadi sahabat. Bahkan seseorang membutuhkan masalah agar hidup jadi dewasa. Ibarat masakan tidak mungkin hidup kita manis terus. Bayangkan saja jika hidup manis saja mungkin kita mudah terkena diabetes. Hidup itu yang terkadang manis, pahit, asim, gurih, asam, pedas dll. Semua terkumpul jadi satu dalam wadah bumbu rujak. Rasanya pasti nikmat dalam ulekan sambal kacang, yang dipadukan dengan beragam sayuran. Lalu dimakan siang hari bersama orang tersayang. Demikianlah hidup sebenarnya hanya soal berbagi rasa. Hanya soal pergantian rasa antar satu sama lain. Masalah apapun itu tak ada istilah besar kecil. Semua hanya kembali pada sudut pandang kita sendiri. Masalah itu ibarat mata uang pasti ada dua sisi. Bahkan dalam Al Qur...

Kepada Sang Kekasih

Woko Utoro  Mencintai permukaan itu umumnya orang tapi mencintai akar masih sedikit. Lebih lagi mencintai muasal hampir jarang yang memikirkan. Di sinilah kita belajar kepada Mbah Nun tentang arti cinta paling purba. Terkhusus kepada junjungan alam Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Mbah Nun mentadabburi Surah An Nur ayat 35 tentang penciptaan Nabi Muhammad SAW yang indah. Sebelum itu Mbah Nun juga terpesona dengan hadits yang diriwayatkan Jabir bin Abdillah Al Anshori ra. Bahwa ia bertanya siapa atau apa yang diciptakan Allah sebelum Dia menciptakan semua alam ini. Jawaban Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sebelum Allah menciptakan segala sesuatu Dia menciptakan aku ini kekasihmu (Muhammad SAW). Dari sanalah akhirnya bagi Mbah Nun kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu ada 3 yaitu saat dilahirkan oleh Ibunda Aminah di bulan Rabiul awal. Pada saat beliau diangkat menjadi nabi dan rasul dan yang paling jauh ketika beliau berupa cahaya. Yang cahaya itu bersanding dengan namaNya nan agu...

Padamu Kekasih

Woko Utoro  Dalam pengadilan Allah kelak setiap orang ewuh pakewuh. Mereka akan sibuk memikirkan nasib diri sendiri. Termasuk para nabi yang tidak bisa menyelamatkan umatnya. Padahal mereka datang meminta syafaat agar dapat selamat. Tapi faktanya tidak demikian karena pengadilan Allah merupakan puncak. Sang khalifatullah Nabi Adam tak bisa mensyafaati karena ingat kesalahan dulu ketika memakan buah khuldi. Sang khalilullah Nabi Ibrahim juga demikian ia tak berdaya ketika ingat saat berbohong soal kapak di leher berhala. Rerata para nabi saling melempar termasuk sang kalimullah Nabi Musa yang juga ingat dosa ketika memukul pemuda hingga mati. Juga sang ruhullah Nabi Isa termasuk yang tak bisa memberi syafaat umatnya. Dan satu-satunya yang diharapkan hanya kepada habibullah Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Menurut KH Said Aqil Siradj, Ibnu Abbas menjelaskan dalam Surah Ad Dhuha ayat 5 bahwa Nabi Muhammad SAW dijanjikan apa saja keinginannya dan Allah akan mengabulkannya. Dalam ...

Waspada Terhadap Jabatan

Woko Utoro  Nabi Muhammad SAW pernah berpesan jangan memberikan jabatan kepada orang yang memintanya. Sederhana saja kadang orang yang meminta jabatan akan sangat rawan disalahgunakan. Terlebih lagi di era saat ini jika sudah melihat gemerlap dunia orang mudah kalap. Maka dari itu pesan Baginda Nabi tersebut sangat relevan sepanjang jaman. Jabatan itu berat dan tidak setiap orang mampu mengembannya. Jabatan itu amanah dan mulia jika dijalankan dengan baik. Tapi sebaliknya terlalu banyak orang tergelincir karena jabatan. Setidaknya bisa kita saksikan di negeri ini. Hampir tiap hari kita dijejali berita pejabat menyalahgunakan jabatannya. Maka benar kata Mbah Nun, jika bicara pemerintah kita sudah putus asa. Tapi jika bicara rakyat kita masih optimis, kuat dan bermasa depan. Tentu tidak aneh juga sebab fenomena demikian sudah terjadi sejak lama. Logikanya sederhana orang jika sudah di hadapkan harta, tahta, wanita akan sulit selamat. Jaman Bani Umayyah sudah jelas yaitu s...

Hidup Harus Gembira

Woko Utoro  Saat menjelang wafat Kiai Nursalim pesan kepada Gus Baha. Jika esok jadi kiai, tolong saat ngajar dibuat gembira, yang enjoy dan ringan-ringan. Karena kasihan jika ngaji terlalu tegang, santri itu sudah susah dipaksa mencerna kajian pula. Demikianlah yang sering diutarakan Gus Baha dalam berbagai forum kajiannya. Memang benar dan fakta di lapangan bahwa kegembiraan itu mahal harganya. Jika bukan kita sendiri yang menghadirkan maka hendak membeli ke mana. Rasanya kegembiraan itu tidak di jual di toko manapun. Lantas mengapa bukan bahagia? sederhana saja jika bahagia itu lebih dalam, jauh dan subjektif. Sedangkan dengan hanya berbagi tawa hal tersebut sudah bagian dari kegembiraan. Nampaknya gembira itu sepele sekali. Akan tetapi jika kita amati tertawa, bercengkrama, tegur sapa, hingga berbagi cerita adalah momen yang penting. Dalam hidup itu semua diperlukan untuk menarik benang kusut. Karena tidak setiap orang beruntung hidupnya. Maka dengan tawa gembira ad...

Keywordnya : Allah, Enter

Woko Utoro  Nabi Musa pernah sakit gigi. Beberapa hari tak kunjung sembuh. Akhirnya beliau berdo'a kepada Allah. Lalu Allah memberi tahu Nabi Musa untuk mengambil sejumput rumput dan mengunyahnya. Sejak saat itu sakit gigi Nabi Musa sembuh. Beberapa waktu sakit gigi Nabi Musa kambuh. Lalu Nabi Musa berinisiatif mengunyah kembali rumput sesuai pengalamannya dulu. Setelah dikunyah ternyata sakit giginya justru tak kunjung sembuh. Hingga Nabi Musa mengadu kepada Allah mengapa dengan cara yang sama tapi tidak membuat sakit giginya sembuh. Dalam riwayat Nabi Musa lupa bahwa yang menyembuhkan adalah Allah bukan inisiatifnya apalagi rumput. Lupa mungkin manusiawi. Yang terpenting jangan sampai kufur nikmat. Misalnya dulu Bani Israil pernah diberi nikmat berupa Manna dan Salwa. Menurut keterangan Manna dan Salwa disebut tiga kali dalam Al Qur'an yaitu Al Baqarah 57, Al A'raf 160 dan Thaha 80. Manna adalah hidangan yang rasanya manis menyerupai madu, sedangkan Salwa yait...

Jaga Diri dari Amarah

Woko Utoro  Emosi dalam diri manusia itu banyak ragamnya. Kita memang perlu belajar mengenali satu persatu, secara bertahap dan perlahan. Dalam kaidah psikologi emosi sering disebut dorongan dari dalam diri. Sedangkan disiplin agama emosi dikenal dengan amarah, hawa nafsu. Salah satu hal penting dalam diri manusia adalah keberadaan emosi marah dan kecewa. Saat marah dan kecewa tiba kita tidak perlu mengutuknya. Kita hanya perlu memvalidasi mengapa, apa dan bagaimana bisa terjadi dll. Serta bagaimana cara meredamnya. Dari sanalah akhirnya kita bijak memutuskan atas segala emosi yang muncul. Benar kata Nabi Muhammad SAW pada pemuda yang meminta nasihat. Bahwa kita harus pandai menahan amarah, la taghdob walakal jannah. Orang yang pandai mengelola amarah maka hadiahnya surga bukan kipas angin apalagi voucher belanja. Sehingga soal amarah ini bukan perkara mudah. Kita perlu perjuangan menaklukkannya. Maka tidak salah jika urusan amarah harus dikelola dengan baik. Lebih lagi...

Ketakwaan Kang Ajip Rosidi

Woko Utoro  Bicara takwa tentu tidak setiap orang memahami. Mungkin mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Padahal jelas bahwa puncak beragama adalah menjadi manusia bertakwa. Soal ketakwaan inilah kita bisa belajar dari Kang Ajip Rosidi. Sosok sederhana, sang begawan literasi yang lahir di Majalengka dan menjadi guru besar di Jepang. Dalam Buku Surat-surat Ti Jepang, Kang Ajip Rosidi mengatakan bahwa tidak setiap orang bisa memahami arti takwa. Terutama dalam hal rezeki misalnya masih banyak orang yang ketakutan. Padahal soal rezeki, jodoh dan mati semua sudah diatur oleh yang maha kuasa. Kang Ajip sendiri dalam hal ini yakin saja bahwa rezeki sudah diatur bahkan sangat teratur. Dalam surat-surat nya Kang Ajip berkisah jika dulu untuk makan saja susah. Tapi Kang Ajip percaya dengan semangat gigih dan keyakinan pada Allah selalu ada saja jalan yang tersedia. Di jaman itu sekitar tahun 1961 Kang Ajip tidak bekerja selain mengarang alias menulis. Faktanya gaji yang pas-pas...

Berdiri di Atas Keilmuan

Woko Utoro  Sudah banyak para bijak bestari mengingatkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Baik dari kalangan cendekiawan, ulama maupun filsuf dengan rendah hati mengajak kita untuk belajar. Karena tantangan masa depan semakin deras menyeret kita untuk tenggelam. Maka dari itu belajar adalah solusi utama agar kita kuat bertahan. Tidak ada orang lahir langsung jadi mahir. Sehingga belajar adalah kondisi di mana seseorang netral dalam menggapai sesuatu. Tapi kalangan ahli hikmah berpesan jika menimba ilmu untuk memperluas cakrawala dan menghaluskan hati bukan cari materi. Karena ilmu itu cahaya dan akan menyukai cahaya pula. Di sinilah niatnya harus benar jika tidak maka ilmu tidak manfaat. Dalam Ta'lim Muta'alim bahkan ada redaksi ekstrim di mana orang yang disebut manusia atau bukan adalah kecenderungannya pada ilmu. Jika orang sudah tidak peduli dengan ilmu dan belajar maka ia hakikatnya bukan manusia. Ilmu itulah hiasan utama yang membedakan manusia dengan hewan...

Perlawanan Kaum Tarekat

Woko Utoro  Dalam sejarah yang tak pernah ditulis salah satu kelompok yang berjasa buat bangsa ini adalah kaum tarekat. Melalui kelompok massa ahli dzikir mereka menolak segala bentuk penindasan. Terlebih lagi mereka di garda depan dalam menghalau penetrasi Belanda dan Jepang. Salah satu puncaknya terjadi di peristiwa 10 November 1945. Terlepas dipercaya atau tidak yang jelas kaum tarekat telah membuktikan bahwa untuk bela negara adalah kewajiban bersama. Ketika stabilitas negara diganggu semua warga negara wajib melawan. Puncak dari tragedi ini tentu dengan adanya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 dari Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy'ari. Ketika ditanya mengapa kaum tarekat berani? sederhana saja karena dalam hati mereka ada taqwallah, taqwa kepada Allah. Jadi rasa takut itu hanya kepada Allah bukan pada mahluk dalam hal ini penjajah. Sehingga dari itulah ulama dan santri Jawa Madura bersatu, berkumpul dan melawan hingga akhirnya Indonesia merdeka. Kata Gus Mus, seandainya ...

Be Prepared Pramuka

Woko Utoro  Rerata orang mengira jika Pramuka mengajarkan permainan dan tepuk-tepuk tangan. Padahal tidak hanya itu saja melainkan cinta alam, menguatkan sosial, menghargai perbedaan dan mengembangkan kemampuan. Pramuka sebenarnya lebih dari sekadar organisasi kepanduan. Hanya saja lagi-lagi meminjam istilah Jonathan Haidt berubah ketika dikuasai kepentingan politik. Hingga hari saya merasakan banyak manfaat yang didapat ketika mengikuti Pramuka. Tanpa di sadari ajaran serta nilai-nilai Pramuka membentuk pola keseharian. Salah satu pesan menarik dari Pramuka adalah motto "be prepared" atau selalu siap sedia. Motto itulah saya maknai hari ini sebagai dua hal. Yaitu pertama, siap sedia akan sesuatu yang kita tinggalkan esok dan kedua, siap sedia tentang masa depan. Kesiapan itulah yang membutuhkan ilmu, pengalaman serta kesetiaan untuk terus belajar. Siap sedia tentang hari kemarin adalah berkaitan dengan sejarah. Di sinilah tantangan utama terutama bagi anak muda b...

Di mana Letak Kebahagiaan

Woko Utoro  Kata orang untuk bahagia itu sederhana. Padahal bahagia itu sederhana bukan kata orang tapi kata agama. Yang membuat bahagia nampak sulit dan jauh adalah ekspektasi manusia. Coba saja manusia sadar akan proses penciptaan dari Tuhan pastinya akan memahami arti bahagia. Walaupun ternyata bahagia itu jika didefinisikan ternyata tidak sederhana. Eric Weiner bahkan pernah berkelana ke banyak negara cuma hanya ingin mengerti arti bahagia. Eric melalui buku The Geography of Bliss menyimpulkan bahwa bahagia itu memiliki banyak makna. Setiap negara memiliki arti bahagianya tersendiri. Misalnya kata orang Belanda bahagia itu angka, Amerika bahagia itu rumah, Qatar bahagia itu menang lotre, Inggris bahagia itu saat proses bekerja dan Thailand bahagia itu saat tidak berpikir. Bagi warga Thailand hidup tinggal jalani saja, mengapa harus banyak mikir. Jadi dari itulah bahagia adalah makna yang kita ciptakan sendiri. Berbeda dengan para filsuf seperti Socrates atau Plato b...

Kecerdasan Verbal

Woko Utoro  Bahwa komunikasi itu lebih luas dari sekadar bicara. Sebab cara berkomunikasi itu beragam. Sedangkan bicara adalah informasi yang diutarakan melalui kata-kata, dan kalimat. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi. Tapi sedikit sekali yang memahami komunikasi setiap orang. Seperti berkedip, menangis, senyum, garuk-garuk kepala hingga menggulung kabel itu juga bagian dari komunikasi. Di sinilah letak di mana saya berbincang dengan para guru bagaimana agar mereka percaya diri untuk berbicara di depan umum. Rerata kendala utama orang sulit bicara di depan umum misal menjadi MC, Host atau Moderator adalah karena kurang percaya diri. Selain itu bingung apa yang perlu diomongkan atau demam panggung dan problem psikologis. Problem itulah yang sebenarnya bisa kita taklukkan dengan rajin berlatih. Semua orang pasti bisa menjadi speaker. Asalkan mau open minded dan berlatih pasti bisa. Sebab sesuatu yang masih bisa diindera pasti bisa ditiru. Apalagi ...

Personal Calling

Woko Utoro  Saya paling sebal ketika seseorang meremehkan profesi guru. Salah satunya karena gaji guru tidak cukup menunjang kehidupan. Jika guru semata mungkin iya, tapi pastinya guru juga memiliki sampingan lain di mana orang lain tak mengetahuinya. Intinya jangan begitulah. Bahwa semua profesi selain maling dan merampok adalah terhormat, kata Pram. Harusnya kita berpikir bahwa profesi apapun selama itu baik dan bermanfaat harus dihormati. Karena kita yakin tidak ada orang yang ingin menjadi seperti dalam benak mayoritas orang. Yang jelas setiap orang pasti memiliki angan-angan kesejahteraan bahkan kebahagiaan. Tapi faktanya dunia memiliki caranya sendiri agar kita belajar sekaligus memahami akan arti menerima. Menurut saya alasan seseorang menekuni sesuatu hal adalah karena panggilan jiwanya atau personal calling. Tanpa kesadaran akan arti tanggungjawab rasanya kita merasa berat. Berbeda dengan orang yang merasa diundang oleh nuraninya pasti akan melakukan sesuatu de...

Jadilah Mata Air

Woko Utoro  Ada ungkapan populer, jadilah jalan setapak yang menunjukkan ke mata air. Mungkin ungkapan tersebut terasa sederhana akan tetapi jika dihayati ternyata maknanya dalam. Di tengah modernisasi dan dunia serba digital banyak orang justru terobsesi menjadi jalan raya. Jalan yang dianggap keren karena menjadi tujuan utama. Tapi apakah faktanya demikian? Mungkin obsesi menjadi jalan raya tidak sepenuhnya salah. Hanya saja perlu untuk berpikir ulang. Bahwa hidup bukan siapa cepat tapi siapa selamat. Di jalan raya seperti kita tahu selalu menyediakan keselamatan yang begitu kecil. Sebab arus kendaraan melintas ke sana. Bahkan orang-orang berebut cepat sampai tanpa tahu ke mana arah tujuan. Padahal ada prinsip lain bahwa perjalanan menuju Tuhan sebanyak buih di lautan. Jika kita tak mampu merebutkan jalan raya setidaknya jalan setapak pun masih ada. Jalan setapak itulah yang hari ini nampak diremehkan. Padahal jalan setapak, jalan alternatif atau jalan terabas sangat ...

Pelantun Mahalul Qiyam

Woko Utoro  Di Jawa, mahalul qiyam, indal qiyam sering disebut srakal atau srakalan . Sebuah momen pembacaan qasidah dalam kitab maulid yang ditandai dengan berdiri. Bacaan mahalul qiyam sendiri sering didendangkan tidak hanya di perayaan maulid akan tetapi sebagai pengiring pengantin, penjemputan jemaah haji hingga acara khitanan dan nikahan bahkan ada juga sebagai simbol pemberangkatan jenazah. Karena mahalul qiyam banyak digunakan dalam berbagai acara maka cara melantunkannya pun perlu penyesuaian. Penyesuaian itulah yang akan membuat suksesnya acara. Prinsipnya sederhana bahwa mahalul qiyam berfungsi sebagai syair penyambutan sekaligus sarana penggambaran kedatangan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Sebagai pelantun mahalul qiyam tentu saya sendiri belajar dari para munsid. Karena pasti segala sesuatu itu ada pakemnya. Tidak boleh kita membuat pakem sendiri yang dikhawatirkan merusakan kesakralan syair tersebut. Sebab mahalul qiyam adalah puncak para pecinta. Berdiri menyambut yang dic...

Belajar Sejarah Untuk Warisan Masa Depan

Woko Utoro Belajar Sejarah I Ungkapan Bung Karno, Jasmerah atau jangan sekali-kali melupakan sejarah. Merupakan ungkapan yang paling populer di antara pesan lainnya. Ungkapan tersebut mengabadikan diri. Selain karena pesannya luar biasa sekaligus melegenda. Salah satunya karena orang sering mengingatnya. Sesuatu yang sering diingat, dikaji dan didiskusikan pasti akan bertahan lama. Setidaknya untuk beberapa waktu orang tak akan lupa. Walaupun digempur oleh kuatnya media sosial tapi ingatan kolektif sifatnya lebih kuat. Begitulah sejarah seharusnya dipelajari sambil diingat dan dilestarikan. Di sinilah saya sangat senang mengapa masih banyak anak muda yang menyukai sejarah. Karena diam-diam ada semacam kekhawatiran jika sejarah benar-benar hilang. Maka beberapa pemuda belajar, berdiskusi dan terjun ke lapangan setidaknya untuk mengingatkan tentang fakta masa lalu yang menyimpan kekayaan. Saya tidak khawatir jika sejarah ditulis ulang atau mungkin dimanipulasi. Selama ingatan kolektif ma...

Sinau Kedalaman

Woko Utoro  Saya tidak tahu mengapa orang mudah terjebak dengan kegelapan. Padahal kitab suci, buku dan pengalaman masa silam adalah cahaya. Seperti halnya pendidikan kata Pak Toto Raharjo, kita harus memiliki niat yang baik yaitu jika sekolah niat cari ilmu. Jika kerja niat ingin berdaya guna. Dan jika cari uang niatkan untuk berbagi. Jadi dari semua itu kita menuju kedalaman. Karena hidup bukan tentang yang didapat tapi yang ditinggalkan. Mengapa saat ini banyak orang terjebak dengan sesuatu yang fisik. Mengapa saat ini orang tenggelam dengan gebyar media sosial. Sederhana saja karena saat ini orang lupa dengan kedalaman. Sesuatu yang berada tersembunyi dalam diri. Sifatnya begitu halus dan penuh esensi. Tapi sayangnya kita tidak menyadari dan mudah melupakannya. Hal yang substansial dianggap tidak relevan. Sehingga dari itu kita mudah percaya empirisme daripada dunia batin sendiri. Makna kedalaman memang tidak bisa dicari sehari dua hari. Atau tidak bisa ditemukan dalam postingan me...