Langsung ke konten utama

Kekuatan Kata-kata

Woko Utoro 

Sejak ribuan tahun silam Islam melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan berhati-hati dalam ucapan. Karena akibat kata-kata yang kurang tepat dampaknya bisa berbahaya. Kata-kata selalu punya daya ledak luar biasa. Maka dari itu pepatah Arab berkata, "Tergelincirnya kaki bisa diobati tapi tergelincirnya lisan dibawa mati".

Hal itulah yang akhir-akhir ini dialami para pejabat kita. Mereka lupa bahwa kata-kata dan perilakunya diawasi rakyat. Jadi sekali saja berbuat blunder apalagi menyakiti perasaan rakyat maka lihat saja aksi massa terjadi di mana saja. Mereka harus tahu bahwa dengan kata "tolol" atau "jangankan 5000 ribu, 50.000 ribu saja saya hadapi" itu adalah pernyataan bodoh. Karena dengan begitu bisa menyulut api yang lebih besar.

Ingat bahwa kata-kata yang mengandung arogansi bisa membuat anak SMA meledak turun ke jalan. Apalagi dengan kata-kata kasar bisa saja seisi gedung DPR hangus terbakar. Jadi jangan main-main dengan kata-kata. Terlebih bagi kita yang pernah mengenyam bangku sekolah. Seharusnya berhati-hatilah dalam berkata. Kata adalah api yang tersembunyi dan bisa melahap siapa saja.

Maka dari itu Islam menawarkan solusi jika berpotensi menyakiti lebih baik jangan berkata alias diam. Diam itu lebih baik daripada berkata-kata tapi chaos. Diam itu emas ketika yang lain berebut benar. Dan berkata itu baik jika kita bijaksana. Sebab dari kata-kata bisa menjadi kutukan atas sebuah ketimpangan. Atau kata-kata adalah tamu pembawa teror bagi mereka yang berbuat kedzaliman.

Kata Widji Thukul, jika penguasa terus menutup mata atas ketimpangan sosial atau berbuat menindas rakyat maka kata-kata jangan segera beristirahat. Tapi lawan, lawan untuk mengingatkan mereka yang dilupakan jabatannya.[]

the woks institute l rumah peradaban 31/8/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...