Woko Utoro
Kata orang untuk bahagia itu sederhana. Padahal bahagia itu sederhana bukan kata orang tapi kata agama. Yang membuat bahagia nampak sulit dan jauh adalah ekspektasi manusia. Coba saja manusia sadar akan proses penciptaan dari Tuhan pastinya akan memahami arti bahagia. Walaupun ternyata bahagia itu jika didefinisikan ternyata tidak sederhana.
Eric Weiner bahkan pernah berkelana ke banyak negara cuma hanya ingin mengerti arti bahagia. Eric melalui buku The Geography of Bliss menyimpulkan bahwa bahagia itu memiliki banyak makna. Setiap negara memiliki arti bahagianya tersendiri. Misalnya kata orang Belanda bahagia itu angka, Amerika bahagia itu rumah, Qatar bahagia itu menang lotre, Inggris bahagia itu saat proses bekerja dan Thailand bahagia itu saat tidak berpikir. Bagi warga Thailand hidup tinggal jalani saja, mengapa harus banyak mikir. Jadi dari itulah bahagia adalah makna yang kita ciptakan sendiri.
Berbeda dengan para filsuf seperti Socrates atau Plato bahwa bahagia itu tidak ada. Sebab jika bahagia itu ada maka ia bukan bahagia sejati, melainkan hanya sekadar materi. Tentu kita tahu kebahagiaan yang disandarkan pada materi tak akan pernah menemukan rasa puas. Sebaliknya bahagia itu subjektif tapi bisa kita rasakan. Bahwa bahagia itu memastikan kebaikan harus tetap ada.
Mungkin jika ditanya ke setiap orang pun pasti akan berbeda bagaimana bahagia diartikan. Bagi penyair bahagia adalah ketika romantis bersamanya. Karena ia adalah puisi yang tak pernah habis dibaca. Bagi orang pinggiran mungkin bahagia adalah saat menikmati secangkir kopi sambil duduk di pinggir jalan, mendengar bisingnya kendaraan. Bagi penulis bahagia adalah saat rangkaian kata menjelma kalimat lalu menyelinap menjadi bacaan. Lantas bahagia seperti apa yang kita cari? atau memang benar bahwa bahagia itu harus kita ciptakan sendiri. Tapi bukankah bahagia itu adalah kesadaran bahwa nikmat hidup ini harus disyukuri.[]
the woks institute l rumah peradaban 11/8/25
Komentar
Posting Komentar