Langsung ke konten utama

Belajar Sejarah Untuk Warisan Masa Depan





Woko Utoro

Belajar Sejarah I

Ungkapan Bung Karno, Jasmerah atau jangan sekali-kali melupakan sejarah. Merupakan ungkapan yang paling populer di antara pesan lainnya. Ungkapan tersebut mengabadikan diri. Selain karena pesannya luar biasa sekaligus melegenda. Salah satunya karena orang sering mengingatnya.

Sesuatu yang sering diingat, dikaji dan didiskusikan pasti akan bertahan lama. Setidaknya untuk beberapa waktu orang tak akan lupa. Walaupun digempur oleh kuatnya media sosial tapi ingatan kolektif sifatnya lebih kuat. Begitulah sejarah seharusnya dipelajari sambil diingat dan dilestarikan.

Di sinilah saya sangat senang mengapa masih banyak anak muda yang menyukai sejarah. Karena diam-diam ada semacam kekhawatiran jika sejarah benar-benar hilang. Maka beberapa pemuda belajar, berdiskusi dan terjun ke lapangan setidaknya untuk mengingatkan tentang fakta masa lalu yang menyimpan kekayaan.

Saya tidak khawatir jika sejarah ditulis ulang atau mungkin dimanipulasi. Selama ingatan kolektif masih lestari maka sejarah akan terus hidup. Yang saya khawatirkan hanya jika sejarah sudah mati dalam sanubari orang-orang dan tergantikan oleh dunia gawai yang melenakan. Itulah yang paling menyedihkan sehingga peninggalan sejarah hanya tinggal bendawi semata.

Belajar Sejarah II

Sejarah itu bukan sekadar tentang peninggalan bendawi masa silam, tapi lebih dari itu. Sejarah adalah tentang ingatan, nilai, serta falsafah hidup. Sejarah masa lampau adalah amunisi yang melahirkan masa depan. Orang yang benar-benar dewasa adalah mereka yang peduli akan masa lalu. Sambil belajar bahwa masa depan tercipta dari masa lalu yang panjang.

Jika kita belajar sejarah maka salah satu hal yang perlu dicatat adalah tentang terimakasih. Baik itu sejarah kelam maupun gemilang toh semuanya adalah guru. Sejarah bagaimana pun itu adalah penunjuk jalan. Kita hanya benar-benar bisa belajar saat sejarah dibuka kembali, dibaca dan diwariskan. Sejarah juga bisa sebagai pesan, amanat, petuah hidup dan rambu-rambu.

Orang yang tidak mau belajar sejarah berarti mengubur dirinya hidup-hidup. Karena sejarah sejatinya hidup dan terus hidup. Sejarah tidak akan pernah mati. Ibarat pohon dalam bahasa Arab, syajaratun, syajarah yang berarti terus diwariskan. Karena di sana ada akar yang menguat, ada batang yang kokoh, ada bunga mewangi, ada buah yang masak dan ada daun nan rimbun. Itu pun syaratnya harus terus digali, terus dipelajari dan diwariskan. Tanpa upaya kebaikan maka sejarah hanya akan menguap paling sesekali diperingati sebagai simbol.

Kita tidak ingin sejarah hidup sekali. Kita ingin sejarah hidup berkali-kali dan itu dimulai dari diri sendiri. Kita yang akan meneruskan cita-cita luhur para pahlawan. Sejarah membuat kita belajar bahwa baik buruk adalah soal mengerti. Bahkan kebaikan dan keburukan pasti ada. Dan kita yang akan memilih mana yang akan terus diwariskan.

Belajar Sejarah III

Sejarah masa depan adalah tanggungjawab orang-orang masa kini. Salah satunya terletak di pundak anak muda. Anak muda adalah harapan masa depan. Anak muda diharapkan dapat merawat sejarah dengan baik. Karena masa lalu adalah pelajaran dan masa depan adalah harapan.

Jika anak muda sudah malas belajar sejarah maka bersiap saja sejarah akan mudah dikaburkan. Kata Juri Lina (2004) untuk meruntuhkan sebuah negara sangat mudah yaitu dengan kaburkan sejarahnya. Hancurkan bukti-bukti sejarahnya dan putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya. Cara itulah yang saat ini sudah kita alami dan diam-diam efektif akibat adanya digitalisasi.

Anak muda lebih memilih hidup yang dipenuhi hiburan. Salah satu hambatan mereka berproses soal sejarah masa lalu adalah karena adanya jargon food, fashion dan fun. Dampaknya anak muda enggan mempelajari warisan budaya era lampau dengan alasan tidak keren. Di sinilah tugas kita semua bagaimana sejarah menjadi bagian hidup. Sejarah harus dihidupkan lagi. Salah satu caranya adalah dengan datang ke situs sejarah.

Hidupkan kembali sejarah dengan menarik salah satunya lewat bantuan media digital. Sejarah harus tampil lebih menarik ala anak muda. Mungkin bisa sejarah hidup dalam bentuk hologram tapi tentu muatan utamanya tidak berubah. Hanya saja jika ingin mendapatkan energi dari sejarah itu kita harus turun ke lapangan. Datangi, amati, catat dan pelajari. Bahwa di balik peninggalan sejarah pasti ada banyak nilai, petuah dan ingatan masa lalu yang kaya. Kita berhutang kepada sejarah dan tak akan bisa ditunaikan jika masih abai. Mari rawat sejarah dengan baik dan terus lestarikan.[]

the woks institute l rumah peradaban 5/8/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...