Langsung ke konten utama

Kepada Sang Kekasih

Woko Utoro 

Mencintai permukaan itu umumnya orang tapi mencintai akar masih sedikit. Lebih lagi mencintai muasal hampir jarang yang memikirkan. Di sinilah kita belajar kepada Mbah Nun tentang arti cinta paling purba. Terkhusus kepada junjungan alam Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Mbah Nun mentadabburi Surah An Nur ayat 35 tentang penciptaan Nabi Muhammad SAW yang indah. Sebelum itu Mbah Nun juga terpesona dengan hadits yang diriwayatkan Jabir bin Abdillah Al Anshori ra. Bahwa ia bertanya siapa atau apa yang diciptakan Allah sebelum Dia menciptakan semua alam ini. Jawaban Kanjeng Nabi Muhammad SAW, sebelum Allah menciptakan segala sesuatu Dia menciptakan aku ini kekasihmu (Muhammad SAW).

Dari sanalah akhirnya bagi Mbah Nun kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW itu ada 3 yaitu saat dilahirkan oleh Ibunda Aminah di bulan Rabiul awal. Pada saat beliau diangkat menjadi nabi dan rasul dan yang paling jauh ketika beliau berupa cahaya. Yang cahaya itu bersanding dengan namaNya nan agung. Dalam kelahiran yang paling awal inilah Mbah Nun ingin mengajak semua orang untuk kembali mencintai kekasihnya dengan utuh. Karena dewasa ini Mbah Nun risau sebab umat Muhammad semakin jauh dari kekasihnya.

Mbah Nun ingin agar orang-orang tidak sekadar bersholawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Tapi juga pelan-pelan meneladani akhlak serta kesehariannya. Karena hanya dengan itu kita bisa membangun dunia dengan penuh penghayatan. Dunia ini makin hari hanya membuat orang silau, buta dan lupa. Sehingga hanya gondelan lewat jubahnya Rasulullah SAW kita memohon keselamatan. Sungguh tak ada yang bisa diandalkan dari diri kita selain hanya melalui Kanjeng Nabi Muhammad SAW sang penghulu alam, yang mampu memberikan syafaat.[]

the woks institute l rumah peradaban 25/8/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...