Langsung ke konten utama

Makna Berlomba-lomba dalam Kebaikan

Woko Utoro 

Dalam Al Qur'an surah Al Baqarah 148 dan Al Maidah 48 terdapat kata fastabiqul khairat yang diartikan berlomba-lomba dalam kebaikan. Ketika ditanya kebaikan seperti apa yang dimaksud Al Qur'an tersebut. Bukankah baik saja belum tentu benar. Atau mengapa tidak fastabiqul haq, justru malah tentang kebaikan.

Dr. Muhammad Ridho menjelaskan bahwa kata khairat dalam ayat tersebut termasuk isim ma'rifah yang artinya kebaikan di sana spesifik merujuk pada agama. Prof Mujamil Qomar juga demikian bahwa kebaikan menurut agama sangat berbeda dengan kebaikan ala sosial ataupun hukum positif. Terkadang kita salah arti untuk memukul rata segala kebaikan. Padahal kebaikan satu dengan lain pasti sangat berbeda.

Pacaran itu baik bagi pelakunya. Tapi mereka lupa jika agama memberi rambu-rambu jangan dekati zina. Sebab pacaran bisa berpotensi ke arah sana. Membunuh itu dianggap kriminal oleh hukum negara, yang notabene berlaku hukum positif. Membunuh itu hukum keluarga bukan negara. Tapi dalam Islam ada istilah qishah yang efeknya lebih nyata ketimbang penjara. Mungkin hukum agama nampak kejam tapi dampaknya jelas.

Jadi intinya jelas bahwa kebaikan menurut agama lebih panjang jangkauannya. Agama memberikan solusi bukan tentang hari ini tapi hingga esok. Selalu ada manfaat yang diberikan oleh agama sekalipun nampak tidak disukai. Karena agama itu kadang melebihi batas pengetahuan kita. Justru kadang agama sudah memikirkan atas apa yang belum kita pikirkan.

Agama melalui Al Qur'an memberikan jalan bahwa kebaikan sosial terkadang menipu. Justru hanya kebaikan yang berasal dari Allah lah yang paling sesuai dengan kebutuhan hambanya. Bahwa apa yang digariskan oleh Allah ialah paling nikmat untuk disyukuri dan dijalani. Mari berlomba dalam kebaikan versi agama.[]

the woks institute l rumah peradaban 29/8/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...