Langsung ke konten utama

Berdiri di Atas Keilmuan


Woko Utoro 

Sudah banyak para bijak bestari mengingatkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan. Baik dari kalangan cendekiawan, ulama maupun filsuf dengan rendah hati mengajak kita untuk belajar. Karena tantangan masa depan semakin deras menyeret kita untuk tenggelam. Maka dari itu belajar adalah solusi utama agar kita kuat bertahan.

Tidak ada orang lahir langsung jadi mahir. Sehingga belajar adalah kondisi di mana seseorang netral dalam menggapai sesuatu. Tapi kalangan ahli hikmah berpesan jika menimba ilmu untuk memperluas cakrawala dan menghaluskan hati bukan cari materi. Karena ilmu itu cahaya dan akan menyukai cahaya pula. Di sinilah niatnya harus benar jika tidak maka ilmu tidak manfaat.

Dalam Ta'lim Muta'alim bahkan ada redaksi ekstrim di mana orang yang disebut manusia atau bukan adalah kecenderungannya pada ilmu. Jika orang sudah tidak peduli dengan ilmu dan belajar maka ia hakikatnya bukan manusia. Ilmu itulah hiasan utama yang membedakan manusia dengan hewan. Sehingga kita bisa melihat orang bodoh mudah emosi sedangkan orang berilmu berpikir sebelum bertindak.

Di sinilah pentingnya menimba ilmu bahkan sampai mati. Dengan ilmu manusia begitu berharga bahkan dibandingkan malaikat. Itulah sebabnya Adam sebagai simbol ilmu diberikan penghormatan sujud oleh malaikat atas perintah Allah SWT. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah bahwa orang berilmu akan ditinggikan derajatnya. Bahwa dengan ilmu itu kita bisa selamat dunia dan akhirat. Bahkan mencintai pun harus dengan ilmu. Tanpa ilmu hidup adalah kegelapan dan kita selalu tersesat di sana.[]

the woks institute l rumah peradaban 17/8/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...