Langsung ke konten utama

Kecerdasan Verbal


Woko Utoro 

Bahwa komunikasi itu lebih luas dari sekadar bicara. Sebab cara berkomunikasi itu beragam. Sedangkan bicara adalah informasi yang diutarakan melalui kata-kata, dan kalimat. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi. Tapi sedikit sekali yang memahami komunikasi setiap orang. Seperti berkedip, menangis, senyum, garuk-garuk kepala hingga menggulung kabel itu juga bagian dari komunikasi.

Di sinilah letak di mana saya berbincang dengan para guru bagaimana agar mereka percaya diri untuk berbicara di depan umum. Rerata kendala utama orang sulit bicara di depan umum misal menjadi MC, Host atau Moderator adalah karena kurang percaya diri. Selain itu bingung apa yang perlu diomongkan atau demam panggung dan problem psikologis. Problem itulah yang sebenarnya bisa kita taklukkan dengan rajin berlatih.

Semua orang pasti bisa menjadi speaker. Asalkan mau open minded dan berlatih pasti bisa. Sebab sesuatu yang masih bisa diindera pasti bisa ditiru. Apalagi saat ini contoh teknis dan bantuan teknologi memudahkan kita untuk belajar. Kita hanya perlu memberdayakan kecerdasan verbal setelah kecerdasan pendengaran dan rajin membaca. Bacaan itulah sebagai amunisi utama pengetahuan. Semakin kaya akan bacaan dan pengalaman maka bicara itu begitu mudah.

Kita harus percaya proses bahwa malu, insecure, demam panggung hingga tremor bisa ditaklukkan. Bahwa audiens itu kita perlakukan sebagai teman. Agar tidak ada jarak antara narasumber, pemandu acara dan audiens. Jika sudah begitu maka public speaking bisa dikondisikan. Intinya semua hal berdasarkan intuisi, jam terbang dan kemauan untuk belajar. Jangan lupa speaker itu bukan sekadar bicara tapi ada, nilai, muatan ilmu dan seninya.[]

the woks institute l rumah peradaban 11/8/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...