Woko Utoro
Malam 23 Ramadhan atau telu likur merupakan momentum penutupan pondok Ramadhan PP Himmatus Salamah Srigading. Seperti tahun sebelumnya acara ini harus ditutup sebelum para santri pulang ke kampung halaman. Acara itu tentu yang diidamkan oleh mayoritas santri. Sebab mereka akan mudik dan bertemu keluarga. Ya, keluarga adalah stasiun terakhir atau tempat ternyaman untuk kembali.
Di momen penutupan kali ini acara dimulai di sore hari. Para santri buka puasa bersama dengan menu utama sego lodho yang ayamnya dari pemanggangan Pak Dar. Acara ini tentu sangat meriah dan menyenangkan karena santri bisa makan enak. Setelah itu rehat, shalat isya dan dilanjutkan dengan shalat tarawih. Selepas tarawih barulah acara inti penutupan dan sungkeman.
Acara sungkeman merupakan tanda bahwa santri memohon restu selama di pondok. Dengan harapan ilmu yang didapat bermanfaat di masyarakat. Acara ini tentu diawali dengan dawuh Abah Sholeh. Di antaranya beliau berpesan untuk menjaga adab dan kesopanan selama di rumah. Hormati orang tua dan membaur dengan masyarakat. Jangan lupa menjaga shalat dan perbanyak bersholawat terutama ketika di perjalanan.
Setelah itu barulah acara sungkeman dengan cara musyafahah, bersalaman melingkar. Acara ini nampak sederhana tapi sakral. Tiap tahun kami harus melewatinya sebagai simbol saling memberi keridhoan. Karena selama berproses kami tidak tahu bisa jadi ada kesalahan sekecil lubang jarum yang pernah diperbuat. Maka akhir sudah acara malam itu dengan doa dan foto bersama.[]
the woks institute l rumah peradaban 3/4/24
Komentar
Posting Komentar