Woko Utoro
Seperti biasa catatan tentang pertemuan tak terbilang banyaknya. Bagi saya pertemuan atau perpisahan sama saja terasa nikmat. Tapi tentu pertemuan lebih menggugah selera. Para penyair sepakat bahwa pertemuan adalah puncak kerinduan. Setiap pertemuan dengan orang baru akan saya abadikan dalam catatan. Karena pertemuan adalah sejarah. Atau sebuah momentum yang esok akan kita kenang bersama.
Tentu pertemuan dari beragam orang telah saya lalui termasuk sore itu. Awal yang baik ketika kami sepakat untuk memilih sebuah warung makan di tepi selatan jalan. Awal di mana kami diterpa bingung karena melabuhkan pilihan. Sebab tempat makan di era modern ini begitu variatif. Menu makanan pun begitu heterogen bahkan membuat kami berpikir dua kali. Tapi yang jelas bingung itu tak masalah. Toh pada akhirnya laki-laki memilih dan perempuan yang memutuskan.
Sejak awal kami sepakat untuk makan bersama dan bicara. Seperti pada sebuah reklame tertulis, "Mari Bicara" dengan tujuan relationship menjadi cair. Sebab tidak ada orang yang mampu menerjemahkan perasaan dalam hati. Jika pun ada maka semua hanya praduga. Oleh karena itu lewat makanan kita dipaksa untuk sama dan mengerti akan selera. Setelah itu kami akan mencatat rumus bahwa makan nikmat itu bukan dengan apa tapi dengan siapa.
Sore itu di suasana akhir Ramadhan tentu di luar dugaan kami warung akan seramai itu. Sehingga kami dipaksa untuk bersabar lebih lama. Tapi tak mengapa ini akan jadi pelajaran bahwa menunggu memang tak menyenangkan. Cuma kata Gus Dur jelas bahwa sabar itu tak ada batasnya. Jika sabar ada batasnya maka itu bukan sabar. Dari hal itulah kuncinya adalah menikmati segala proses yang ada.
Dengan kesabaran menunggu menu yang matang akhirnya hikmah turun. Yaitu kami bisa bercengkrama dengan lebih lama. Walaupun saya sadar tidak semua orang bisa diajak bicara. Akan tetapi momen di sore itu begitu berkualitas. Kata Ebiet G Ade pertemuan tak usah lama dengan banyak kalam. Justru dengan hanya sekilas melihatnya tersenyum sudah cukup mengobati dahaga. Apalagi di momen puasa kita sudah diajarkan untuk terbiasa menahan termasuk melihat yang manis.
Bagi kalangan motivator bertemu memang penting. Karena pertemuan akan menghindari kita dari prasangka. Pertemuan adalah terjemahan atas apa yang kita duga selama ini. Sehingga kata Bang Haji Rhoma Irama pertemuan adalah obat bagi mereka yang lama tak berjumpa. Lewat pertemuan kita menjadi yakin sekaligus mengikis benang kusut salah paham. Pertemuan adalah jembatan penghubung akan arti komunikasi. Sebuah cara agar tak lupa bahwa kita pernah berjumpa.
Apalagi pertemuan tersebut merupakan yang pertama pastinya terasa istimewa. Katanya pandangan pertama jangan coba-coba. Sehingga selanjutnya selalu ingin bersama. Dari pertemuan kita selalu belajar bahwa bertemu atau berpisah memiliki tempatnya sendiri. Kita hanya perlu menjalani dengan sepenuh hati. Kita hanya perlu mendudukkan akan sebuah rasa syukur. Kadang Tuhan menghadirkan seseorang sama halnya seperti rezeki selalu datang tak disangka-sangka. Atau memang benar pertemuan seperti hutang yang melahirkan rindu dan di suatu hari harus dibayar tuntas. Suatu saat kita harus bertemu lagi. haha[]
the woks institute l rumah peradaban 7/4/24
Komentar
Posting Komentar