Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Gus Lik Tetap Kharismatik

Woko Utoro Semalam tepat 40 hari Gus Lik atau biasa kita sapa Pak Lik berpulang. Kiai nyentrik bernama KH Douglas Thoha Yahya itu memang sudah tiada tapi warisannya terus dilestarikan. Di penghujung Oktober 2024 para santri, murid dan muhibbin beliau masih setia duduk lesehan sepanjang jalan HOS Tjokroaminoto, Jamsaren Kediri. Memang sepeninggal beliau berpesan pada keluarga agar ngaji malam Rabu (PMR), malam Jum'at (PMJ) dan malam Sabtu (PMS) dapat diteruskan. Ternyata Alhamdulillah hingga kini jama'ah tidak surut karena betapa mencintai nya mereka pada Gus Lik. Bahkan justru jama'ah semakin membludak. Adapun pengampu pengajian tersebut diserahkan pada KH Anwar Iskandar, KH Nanang Darunnajah, Gus Zaky dan Ning Ummy. Acaranya pun tetap sama yaitu pembacaan maulid, tahlil, kirim doa fatihah, dan ngaji kitab. Walaupun pengampunya bukan Gus Lik tapi rasanya tetap sama. Karena semua pengampu masih keluarga Gus Lik. Yang membedakan tentu beberapa pengajian di selenggarakan di se...

Menjadi Bermanfaat Untuk Umat

Woko Utoro Cetak biru dalam sejarah bahwa Nabi Muhammad SAW ditugaskan oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak. Selain itu beliau juga ditugaskan menyampaikan risalahnya. Risalah itu tersemai dengan melahirkan ilmu, akhlak dan teladan. Yang jelas Kanjeng Nabi Muhammad SAW mengajak umatnya ke jalan kebenaran. Salah satu pesan beliau yang relevan hingga akhir jaman yaitu menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Minimal bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarga. Sedangkan orang yang bermanfaat dunia akhirat tentu beliau Kanjeng Nabi Muhammad SAW. KH Anang Darunnajah mengatakan bahwa kebermanfaatan itu adalah hal utama. Karena menjadi bermanfaat itu tidak menunggu kaya, memiliki jabatan atau berilmu tinggi. Jelaslah bahwa bermanfaat itu dimulai dari niat dan diawali sejak dini. Karena menjadi bermanfaat itu sederhana dan tidak harus bermewah-mewah. Bermanfaat itu disesuaikan dengan kadar kemampuan. Sehingga dengan begitu setiap orang bisa bermanfaat atas orang lain. Jika bisa membantu...

Opium Itu Bernama Pacaran

Woko Utoro Selain tawuran dan miras yang paling dekat dengan remaja adalah pacaran. Tiga hal tersebut seolah menjadi lingkaran setan yang sulit diputus. Padahal beragam kampanye dan upaya preventif sudah sering digalakkan. Yang tak kalah memprihatinkan yaitu perihal pacaran. Soal pacaran memang belum ada obatnya. Karena soal yang satu ini bukan termasuk kriminalitas. Lebih kepada hak asasi yang kadang disalahpahami. Bagaimana tidak bahwa kecenderungan mengagumi, mencintai hingga menyayangi adalah bentuk alami yang ada pada diri manusia. Bagaimana bisa kita menghakimi mereka yang saling tertarik pada lawan jenis. Perihal pacaran memang sulit terlebih mereka yang sudah sama-sama saling memiliki dan nyaman. Memiliki dan rasa nyaman itulah yang kadang jadi pedoman. Padahal pedoman tersebut tidak tepat dengan alasan tidak ditemui di dalam keluarga. Bagaimana cara mengingatkan orang yang tengah kasmaran. Tentu sangat sulit sekali dan hal itu percis kata pepatah bahwa yang sulit diberi nasiha...

Urgensi Pendidikan Dalam Sebuah Keluarga

Woko Utoro Kemarin saat saya rihlah ke Trenggalek untuk sebuah keperluan. Saya mampir ke Makam Mbah Mesir di Durenan. Entah, tidak ada niatan apapun. Yang jelas saya hanya ingin ziarah ke sana sampil numpang shalat Dzuhur. Sesampainya di sana saya berjumpa dengan seseorang namanya Pak Ari. Beliau berasal dari Madiun. Di sanalah akhirnya kami terlibat dialog. Kata Simbah juru kunci makam, "Sana lho kerjo-kerjo dadi seles mbuh opo". Padahal saya pada saat itu juga menjadi sales salah satu produk obat herbal. Uniknya lagi ternyata Pak Ari juga seorang sales produk rumah tangga seperti tawas, menyan hingga kapur barus. Singkat kisah Pak Ari bercerita tentang pekerjaan dan bahkan sekaligus menawarkan pada saya. Tapi sebelum itu kami pun melaksanakan shalat Dzuhur terlebih dahulu. Selepas shalat Dzuhur barulah cerita beliau berlanjut. Bahkan berlangsung seru. Pak Ari adalah seorang bapak paruh baya yang memiliki 3 orang anak. Beliau dan istri sama-sama alumni dari sekolah pertanian...

Menjadi Ikhlas Dengan Menjadi Guru TPQ

Woko Utoro Pada kesempatan kemarin saya bisa kembali hadir di acara rutinan pertemuan guru TPQ se Kecamatan Kauman. Hal yang saya tunggu tentu dawuh-dawuh dari poro kiai. Dalam hal ini ada Kiai Muallim. Tapi ternyata beliau langsung geser karena mengisi di acara Muslimat. Akan tetapi peran beliau digantikan oleh Ust Ahmadi. Pertemuan kali ini bertempat di TPQ Bustanul Ulum Bolorejo. Sedangkan acara dimulai sejak pukul 10:00 sampai dengan 12:00 siang. Dalam petuahnya Ustadz Ahmadi yang juga ketua MWC NU Kauman mengatakan bahwa kita harus mengamalkan "Ikhlas Tanpa Batas, Ikhlas Tanpa Balas". Jika dimaknai tentu sangat dalam sekali terkhusus untuk para guru TPQ. Tidak salah jika sampai hari ini guru TPQ masih di garda depan yang ikhlas membimbing santri. Karena sampai hari ini pula guru TPQ tidak pernah protes soal gaji. Guru TPQ selalu menjadikan santri dan al Qur'an sebagai bentuk pengabdian. Maka kata Ustadz Ahmadi ada kisah saat Kanjeng Nabi Muhammad SAW Isra Mi'raj....

Ngaji Itu Istimewa Walaupun Sederhana

Woko Utoro Alhamdulillah saat ini walaupun dunia gemerlap karena materi tapi sebagian orang masih melestarikan ngaji. Terlebih media turut membantu menyebarkan pengajian lewat konten-kontennya. Ngaji dibranding dengan begitu apik tanpa kehilangan esensinya. Orang jadi suka ngaji walaupun sebatas sami'in alias ngaji kuping. Perihal ngaji saya pernah ditanya bagaimana jika yang ikut hanya sedikit orang. Soal ini mudah saja dijawab bahwa esensi ngaji bukan kuantitas tapi kualitasnya. Ngaji tidak berpaku pada berapa orang yang mengikuti tapi kemampuan untuk konsisten menggelar pengajian tersebut. Karena menurut ulama orang baru berniat ngaji saja pahalanya luar biasa lebih lagi berangkat, hadir, mendengarkan, mencatat, menyebarkan hingga mengamalkan tentu sangat istimewa. Ngaji itu bukan perkara mudah. Ngaji itu berat makanya pahalanya surga. Jika ngaji itu ringan dan paling hanya berhadiah kipas angin atau jajanan pasar. Inilah keistimewaan ngaji yaitu orang dituntun untuk mengerti ak...

4 Jurus Santri Hadapi Perubahan Global

Woko Utoro Pada peringatan Hari Santri Nasional kemarin saya bisa hadir di Pesantren Subulussalam Tulungagung. Di sana saya bersama Ustadz Saddad, dan Ustadz Saifulloh membersamai pengasuh dalam upacara HSN 2024. Adapun tema HSN tahun ini adalah, "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan". Dalam acara upacara tersebut tentu saya fokus pada amanat pembina. Dalam hal ini amanat pembina upacara disampaikan langsung oleh Abah Dr. H. Zainal Abidin Lc., MA. didampingi Bunda Dr. Hj. Salamah Noorhidayati, M. Ag. Kata Abah Zainal setidaknya ada 4 jurus agar santri dapat adaptasi di tengah gempuran zaman. Pertama, gerakan berakhlak mulia. Gerakan ini harus bahkan wajib ada bagi setiap santri. Karena akhlak adalah hal utama dan membuat seseorang bernilai. Orang yang dianggap bodoh justru lebih baik selama mereka memiliki akhlak. Sebaliknya sekalipun pintar tanpa akhlak justru dianggap rendahan. Akhlak adalah ciri utama yang harus melekat pada diri seorang santri. Karena bagaimana pun juga ...

Pengalaman Menjadi Juri Lomba Lalaran Nadhoman

Woko Utoro Di dunia santri, lalaran atau nadhoman adalah salah satu tradisi yang tak boleh absen. Lalaran sering disebut metode menghafal dengan cara bernyanyi. Sedangkan nadhom sendiri merupakan teks atau syair yang disusun sesuai dengan rima tertentu. Maka istilah nadhoman berarti juga aktivitas menyenandungkan syair. Dalam hal ini tentu bait syair yang dinadhomkan terdapat dalam kitab-kitab tertentu khususnya kitab nahwu dan shorof. Adapun kitab-kitab yang memuat nadhoman tersebut yaitu Kitab Imrithi' karya Syeikh Yahya Syarafuddin al-'Imrithi, Jurumiyah karya Syeikh Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-Shonhaji Abu Abdillah, Aqidatul Awam karya Sayyid Ahmad Al Marzuqi Al Maliki Al Hasani, Alfiyah karangan Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Al Andalusy atau Ibnu Malik dll.  Selain kitab-kitab tersebut tentu masih banyak lagi kitab lain yang sering dijadikan nadhoman oleh para santri misalnya Ta'lim Mutaalim dengan syair Alalanya, Kitab Fasholatan Kiai Asnawi Kudus, Kita...

Berproses Menjadi Santri

Woko Utoro Alhamdulillah setelah sekian purnama PSP atau Pusat Studi Pesantren UIN SATU Tulungagung kembali mengadakan acara rutinan Diba'an. Kali ini bertempat di PP Himmatus Salamah Srigading Plosokandang. Kebetulan acara tersebut dirangkai bersama peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Hari Santri Nasional dan Open Recruitment Anggota Baru. Yang jelas walaupun peserta hadir hanya beberapa tapi tidak mengurangi kualitas acara. Karena sejak awal PSP mengkader agar mengedepankan kualitas bukan kuantitas. Hal tersebut terbukti jika santri PSP sudah banyak yang sukses berkiprah di luaran sana. Mas Woko selalu koordinator acara mengatakan jika PSP ini membawa visi menjadi santri yang beramaliyah ilmiyah. Maka dari itu ia mengajak agar santri mau berkhidmah di PSP sesuai dengan bidangnya. Dalam sambutan dan arahannya, Abah Dr. H. Muntahibun Nafis, M. Ag juga menegaskan untuk bersama menghidupkan PSP. Karena PSP ini gaungnya di luar sangat besar. Maka rumah ini bisa dijadikan tempat untuk...

Menunggu Kiprah 2 Menteri Jangkar Pengetahuan

Woko Utoro Tanpa menafikan peran menteri yang lain misalnya kementerian ESDM, perdagangan, investasi hingga keuangan tentu 2 menteri ini menarik ditunggu kiprahnya. Pasca diumumkan pada 20 Oktober 2024 oleh Presiden Prabowo Subianto 2 menteri ini masuk dalam kabinet Merah Putih. Kementerian tersebut adalah menteri pendidikan dinahkodai Prof Abd Mu'ti (PP Muhammadiyah) dan menteri agama ditukangi Prof Nasaruddin Umar (PBNU/Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta). Mengapa saya tertarik dengan 2 menteri tersebut? Banyak hal sebenarnya yang menjadi harapan terhadap dua kementerian tersebut. Mengingat ketokohan pemimpin di kementerian tersebut tentu berpengaruh besar untuk ke depannya. Misalnya kita merasa terpukul saya menteri pendidikan tahun lalu ternyata bukan berlatar pendidikan yang diidamkan. Karena soal kementerian pendidikan ini jangan dibuat percobaan. Sebab sejarah dulu kita pernah punya menteri pendidikan yang menurut hemat saya luar biasa sosoknya yaitu Ki Hadjar Dewantara dan ...

Menulis Melancarkan Sirkulasi Pengetahuan

Woko Utoro Kemarin seorang teman terus men-support saya agar terus menulis. Entah kesambet apa sehingga teman saya itu mendorong agar tetap di jalur tulis menulis. Alasannya sederhana bahwa dunia saat ini didominasi oleh peradaban oral yang makin masif. Maka dari itu menulis adalah jalur kesunyian yang tidak setiap orang mau memasukinya. Menulis adalah penyeimbang sekaligus pembeda dengan tradisi lain. Mengapa demikian, kata teman saya orang banyak wawasan dan kaya pengetahuan bedanya hanya di posisi menulis. Sedangkan orang yang banyak ilmu sebenarnya juga harus menulis. Jadi bisa saja orang pandai bicara tapi belum tentu pandai menulis. Menulis adalah keterampilan yang perlu dilatih. Orang yang banyak wawasan tapi tidak mentradisikan menulis juga tidak otomatis bisa menulis. Menulis itu persoalan minat dan pembiasaan. Sehingga dengan menaruh perhatian pada tulisan berarti kita selangkah lebih maju. Alasannya untuk menekan tradisi orang yang terkadang tidak terkontrol. Semua sepakat b...

Pintu-pintu Hidayah

Woko Utoro Dalam pengajian rutin Tafsir Al Ibriz Gus Mus atau KH Ahmad Mustofa Bisri menjelaskan surah Al An'am ayat 23. Dalam penjelasan itu beliau berkisah seputar kehidupan Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang sangat menarik. Salah satunya menyoal tentang turunnya hidayah. Hidayah seperti yang kita ketahui merupakan hak prerogatif Allah SWT. Soal hidayah tidak bisa diprediksi atau bahkan dianggap hal biasa. Kita juga tidak bisa menganggap hidayah bersifat turunan. Misalnya orang tuanya Muslim otomatis anaknya Muslim. Belum tentu. Bisa jadi di awal Muslim akan tetapi dalam proses perjalanan bisa saja berubah. Maka dari itu hidayah adalah kenikmatan terbesar yang harus disyukuri. Hidayah selalu berkaitan dengan keyakinan dan kebenaran. Jadi soal hidayah itu hak Allah dan kita juga terus memohonkan agar selalu mendapatkannya. Karena hidayah itu akan bisa berubah selama seseorang masih berproses. Sebelum final seseorang tidak bisa menyebut orang lain baik atau buruk. Bicara soal hidayah t...

Kesetiaan Menghidupi Dunia Menulis

Woko Utoro Setia terhadap sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil. Karena kesetiaan selalu menyediakan jalan. Seperti halnya istikomah selalu menyuguhkan kemuliaan. Begitu pula dalam dunia tulis menulis. Dunia yang tidak setiap orang mau menggelutinya. Pasti selalu ada hikmah di balik segala proses dan pergulatannya. Mengapa menulis nampak begitu sulit. Padahal kita tak pernah absen untuk selalu mengikuti seminar kepenulisan. Bahkan rela merogoh kocek demi memiliki kemampuan menulis. Tapi apakah benar demikian bahwa menulis bisa diwariskan. Apakah menulis bisa ditularkan pada setiap orang? AS Laksana, tempo hari pernah menjawab pertanyaan tersebut melalui kolom opini di koran Jawa Pos edisi 18 Oktober 2018. Ia berkesimpulan jika menulis tidak bisa diajarkan. Padahal sederhana saja jika menulis adalah keterampilan seharusnya bisa diajarkan. Pernyataan AS Laksana tersebut memang bermakna pesimis tapi sepertinya benar. Fakta di lapangan memang demiki...

Penyebab Kemunduran Dunia Akademik di Kampus

Woko Utoro  Mungkin jika kita menyebut kemunduran umat Islam disebabkan karena pintu-pintu ijtihad tertutup. Barangkali hal demikian terlalu tinggi bagi kita jika ditarik di ranah akademik kampus. Bicara umat Islam tentu lebih kompleks ketimbang bicara kampus ukuran beberapa meter persegi. Dan inilah kenyataan bahwa kampus kita tengah mengalami stagnasi. Perihal kemajuan dan kemunduran dunia kampus khususnya di Kota Marmer ada analisis menarik yaitu merujuk pada kondisi mahasiswanya. Pertama, menurut Beni Kusuma Wardani (2024) bahwa kemunduran di dunia kampus kemungkinan karena kampus didominasi mahasiswa pekerja. Kata Beni, dominasi mahasiswa pekerja memungkinkan mereka menarik diri dari lingkungan akademik. Awalnya mungkin terkesan keren karena mahasiswa pekerja dianggap memiliki kelebihan dalam hal kemandirian. Tapi lambat laun kita disuguhkan bahwa mahasiswa tersebut tak lagi ideal. Bisa dibayangkan mereka nyambi kerja dan kuliah dalam waktu bersamaan. Kerja setidaknya menghabiskan...

Melihat Dari Dekat Keikhlasan Para Kiai

Woko Utoro Bicara keikhlasan di pesantren jangan ditanya. Di pesantren keikhlasan adalah gudangnya dan memang harus menjadi ruh utama. Karena keikhlasan sebenarnya ada di manapun dan menjadi dasar ibadah kepada Allah SWT. Tanpa keikhlasan ibadah kurang diperkenankan. Karena ibadah tanpa keikhlasan ibarat buah tanpa vitamin. Jika berbincang tentang keikhlasan para kiai tentu sangat banyak ditemui. Sebab keikhlasan adalah indikator mengapa pondok pesantren masih eksis hingga kini. Eksistensi itulah ditopang karena kiai begitu ikhlas mentarbiyah santri dan sabar mengayomi masyarakat. Dari keikhlasan itulah Allah SWT selalu mengajak ke perjamuanya. Dari keikhlasan itulah orang-orang digerakkan. Bahkan keikhlasan membuat orang diundang sekalipun sang kiai telah pergi, perpulang. Coba kita bayangkan begitu banyak kiai pejuang yang mewakafkan hidupnya untuk bangsa negara. Banyak kiai yang jiwa raganya rela mati demi kemerdekaan. Tapi tak ada sedikit pun di antara mereka berharap pamrih atau b...

Sholawat Apakah Aktivitas Spiritual atau Intelektual?

Woko Utoro Emha Ainun Najib pernah ditanya apakah orang yang melantunkan shalawat adalah bagian dari kerja-kerja intelektual atau spiritual. Pertanyaan tersebut dilatarbelakangi oleh banyak kalangan di mana ketika bershalawat selalu ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Misalnya perasaan rindu, sedih hingga sesak di dada. Jika perasaan itu muncul mengapa aktivitas melantunkan shalawat tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Lantas adakah hal paling sederhana untuk menjelaskan fenomena ini. Menurut Mbah Nun seraya menyetir pernyataan Sabrang MDP bahwa aktivitas bershalawat adalah pekerjaan batiniah. Alasannya sederhana karena orang tidak membutuhkan logika mapan untuk menyesap makna dalam teks shalawat. Sekalipun misalnya seseorang tidak mengerti artinya tetap saja bacaan shalawat seolah menyimpan daya magis. Bahkan kadang ketika srakal atau mahalul qiyam orang-orang berdiri dan tanpa disadari tangis pecah sepanjang puncak maulid tersebut. Di sanalah kadang intelektualitas seperti tida...

Pekerjaan Membaca Buku

Woko Utoro Suatu hari seorang teman berkisah begini: Ada seorang bapak sepuh berpesan banyak hal di sebuah forum diskusi. Entah apa yang dipikirkannya. Nanar bola mata seolah berkaca-kaca menyiratkan tentang sesuatu. Kata si bapak tersebut, "Nak, jangan tinggalkan aktivitas membaca buku. Jika bukan kita lantas pada siapa lagi tugas tersebut diamanatkan?". Dari pernyataan bapak sepuh tersebut teman kami terhentak. Sontak saja membuat seisi ruangan terkaget jika pesan tersebut seperti yang terakhir. Seolah isyarat jika pesan tersebut adalah hal penting yang tak boleh dilupakan. Apalagi jika ditarik di era kekinian kita punya cita-cita menyambut generasi emas di 2045. Apakah hal itu jadi harapan nyata ataupun hanya utopia. Karena diakui atau tidak masyarakat kita bukan tipe pembaca buku. Kita sendiri tentu tidak tahu soal hari esok. Yang jelas apakah generasi saat ini gemar membaca. Tentu kita tahu jawabannya. Jika soal urusan buku barangkali masyarakat Indonesia masih tertingga...

Cara Mengingatkan Orang Yang Salah

Woko Utoro Di sebuah kelompok masyarakat pasti moralitas berlaku. Walaupun mungkin tak pernah dijumpai kesepakatan secara pasti yang jelas kebenaran itu mudah dimengerti. Misalnya dalam tradisi mana pun orang sepakat bahwa mencuri atau menghilangkan nyawa adalah perbuatan buruk. Sehingga tanpa ada peraturan tertulis pun semua orang paham. Dalam berbagai hal kita jumpai di mana kebaikan selalu bersinggungan dengan tradisi atau adat setempat. Misalnya di Eropa hubungan lawan jenis LK-PR yang belum berstatus suami istri di tempat umum atau rumah pribadi adalah hal biasa. Akan tetapi di Indonesia khususnya Jawa yang memegang budaya timur hal demikian adalah tabu. Tidak elok dan memang menyalahi aturan. Misalnya ada orang yang memasukkan perempuan asing ke dalam rumah yang di sana terdapat laki-laki. Sedangkan hal demikian menimbulkan kecurigaan tetangga sekitar. Maka dari peristiwa itu kita sebagai yang mengetahui wajib untuk mengingatkan. Bahwa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjun...

Ibadah Sosial

Woko Utoro Sebagai pekerja yang menghabiskan waktunya di jalan tentu kita berpikir bagaimana caranya agar ibadah mahdloh tetap berjalan. Tanpa berpikir bahwa bekerja alias mencari maisyah juga bagian dari ibadah. Tentu salah satu caranya yaitu aktif dalam ibadah-ibadah sosial. Pertanyaan, apakah ibadah sosial itu? Ibadah sosial adalah aktivitas yang dilakukan di masyarakat baik berupa organisasi maupun kerjasama lainnya. Ibadah sosial tentu bersifat horizontal. Di mana terbentang antara manusia dan sesamanya. Tapi jangan disepelekan bahwa ibadah sosial juga bisa bernilai ritual. Syarat nya hanya pada kemurnian niat. Dengan niat yang baik ibadah dunia bisa bernilai akhirat dan sebaliknya. Lantas bagaimana bentuk ibadah sosial serta apa alasan kita harus melakukannya. Mudah saja bahwa bentuk ibadah sosial itu banyak ragamnya misalnya: menghidupi organisasi desa, aktif dalam majelis ilmu, gotong rotong, terlibat dalam bakti sosial, rukun dengan tetangga hingga ngajar ngaji anak-anak kecil...

Mentalitas Kuat dan Semangat Kunci Menghadapi Masa Depan

Woko Utoro Tepat 10 Oktober 2024 diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Se-dunia (HKJS). Momentum tersebut tidak hanya sekadar mengingatkan kita pentingnya kesehatan mental. Akan tetapi mengajak kita untuk merawat kesehatan mental itu sendiri. Saking pentingnya banyak istilah berkaitan dengan kesehatan mental ini. Kesehatan mental sering disebut mental health, ada juga kekuatan mental (mental strength) dan ketangguhan mental (mental toughness). Istilah tersebut tentu dalam rangka menjadi tameng atas problem mental illness atau mental disorder. Mental disorder seperti yang kita ketahui sudah terjangkit ke banyak orang khususnya muda mudi. Apalagi saat ini media sosial menjadi pemicu utama orang mengalami gangguan mental setelah tekanan sosial. Anda tahu saat ini banyak pemuda begitu rapuh, gampang trauma, menyakiti diri sendiri, emosian hingga bunuh diri. Semua itu bisa jadi karena mentalitasnya terganggu. Mentalitas tidak hanya berkaitan dengan cara berpikir melainkan cara memutuskan,...

Khidmah di Organisasi

Woko Utoro Seorang teman pernah mengira jika khidmah hanya terdapat di pondok pesantren. Khidmah dimaknai proses mengaji, mengajar hingga membantu kebersihan pesantren. Baginya khidmah tidak terdapat di tempat lain. Padahal khidmah itu bermakna luas dan terdapat di manapun termasuk dalam organisasi. Bahwa khidmah itu pelayan, pelayanan atau melayani. Sehingga di manapun khidmah itu berlaku. Karena khidmah adalah aplikasi tertinggi dari pengetahuan. Khidmah adalah bagian dari aplikasi. Sedangkan aplikasi merupakan amal. Maka ilmu yang disertai amal adalah keutamaan tertinggi. Setinggi apapun ilmu jika tidak dibarengi amal maka tak ada artinya. Bicara khidmah di organisasi tentu sederhana. Bahwa seseorang memberikan segenap waktu, pikiran, tenaga dan harta untuk menjalankan organisasi juga merupakan khidmah. Seseorang melayani audience dengan baik ketika di sebuah acara juga merupakan khidmah. Menjamu narasumber dengan ramah dalam kegiatan seminar juga bagian dari khidmah. Maka khidmah i...

Berpisah Untuk Bertemu Lagi

Woko Utoro Resiko pertemuan adalah perpisahan. Telah menjadi rumus bahwa berpisah adalah kondisi paling riil ketika seseorang memutuskan bertemu. Disadari atau tidak nyatanya pertemuan selalu menyisakan luka terutama di sesi akhir kehidupan. Mungkin perpisahan bukan akhir dari segalanya akan tetapi awal perjalanan panjang. Bicara perpisahan kemarin saya sedikit nelangsa karena ada teman santri yang boyongan. Padahal santri tersebut tergolong santri lama dan banyak membantu terutama soal hadrah. Dari momen itu saya selalu berpikir mengapa berpisah selalu menyesakan dada. Di sana perasaan emosional bekerja dengan rapi mengoyak batin terdalam. Mungkin laki-laki tidak menangis menumpahkan air mata. Akan tetapi kata Rudy Mathari batin mereka teriris. Mungkin itulah kondisi alamiah perpisahan. Bahwa kadang hasil perjumpaan yang lama membuat seseorang memiliki ikatan emosional. Ikatan yang ketika berpisah terlepas untuk melahirkan rindu. Karena bagaimana pun juga hal itu sisi alamiah manusia ...

Perjuangkan Nasib Bukan Nasab

Woko Utoro Mengikuti hiruk-pikuk perdebatan nasab seperti tak berkesudahan. Masyarakat awam seperti kita terpaksa menonton orang-orang pandai berdebat dengan segala macam logika dan teori. Media sosial juga seperti tak pernah sepi dengan perdiskusian tersebut. Sampai-sampai kita bosan sekaligus bertanya apakah nasab mesti dibela sedemikian? Memilih perbeda nampaknya sebuah fitrah dari Tuhan. Akan tetapi terpecah belah adalah kebodohan yang terstruktur. Dari sana kita ingat Jonathan Haidt dalam bukunya The Righteous Mind (2020) seraya bertanya mengapa orang baik bisa dipecah belah oleh agama dan politik. Pecah belah tersebut tentu kini merambah pada persoalan nasab, makam palsu hingga hingga gelar habib. Padahal persoalan nasab juga sudah banyak dikomentari oleh banyak tokoh misalnya Gus Faiz Syukron Makmun, KH Afifuddin Muhajir hingga KH Muhammad Najih Maemun Zubair. Menurut Gus Faiz orang yang mempermasalahkan nasab itu aneh. Sebab mereka akan menolak logika kalangan alim allamah sepe...

Dampak Membaca Bagi Kepribadian

Woko Utoro Sudah terlalu sering kita dengar bahwa membaca itu aktivitas luar biasa. Dari bacaan seseorang dibentuk pola pikir dan kepribadiannya. Dalam hal ini tentu soal membaca buku. Tidak sedikit tokoh bangsa dibentuk atas apa bacaannya. Maka di beberapa kesempatan pertanyaan muncul sudah baca buku apa hari ini. Lebih lagi sudah kah menulis hari ini?  Walaupun membaca memiliki dampak luar biasa. Akan tetapi masyarakat belum sepenuhnya sadar bahwa membaca bagian tradisi peradaban. Hal itu buktikan dengan minimnya kepemilikan buku di rumah. Soal ini kita tentu belajar pada para pendahulu bahwa membaca adalah aktivitas utama mengasah ketajaman berpikir. Dari bacaanlah segala inspirasi hidup dilahirkan.  Kita tentu tidak bosan menyebut dwi tunggal bangsa ini, Ir Soekarno dan Drs Mohammad Hatta adalah sosok pembaca ulung. Dari bacaan segala mempengaruhi jalan hidupnya. Tentu yang paling kentara adalah kepribadian, cara mengambil keputusan, dan logika berpikir. Dari bacaan itulah para tok...

Hidup Harus Berpihak

Woko Utoro Hidup itu tidak boleh memilih netral apalagi masih muda. Kita harus memihak, entah itu di pihak yang mana. Yang jelas memilih dan memutuskan itu penting. Tidak penting pilihan itu salah atau benar. Yang pasti pilihan dan keputusan sejak dulu mengandung resiko. Sedangkan sejak lama resiko hanya 2 untung atau rugi, baik atau buruk, pas atau tidak cocok. Mengapa kita harus berpihak? sederhana saja bahwa di ranah ijtihad memilih itu pasti baik daripada tidak alias golput. Sebab jika salah pun Tuhan mengapresiasi satu pahala lebih lagi jika benar tidak hanya 2 pahala tapi ada kebaikan lain. Memihak itu penting karena akan dicatat sejarah. Bisa jadi keberpihakan kita mungkin nampak tidak berguna. Tapi bagi sejarah hal itu lebih berharga daripada tidak sama sekali. Misalnya dulu semut-semut dicemooh hewan-hewan semacam ular dan cicak dengan alasan membawa setetes air untuk memadamkan api di tubuh Nabi Ibrahim AS. Kata hewan lain apa mungkin air setetes bisa memadamkan api. Dengan b...