Langsung ke konten utama

Semakin Jauh Semakin Merindu




Woko Utoro

Ingat ya bahwa jauh dan menjauh itu berbeda. Jauh hanya soal jarak sedangkan menjauh adalah soal sikap. Maka jauh itu sejatinya semakin dekat. Sedangkan menjauh adalah upaya untuk tidak ingin dekat. Berbeda dan pastinya bukan menjadi isi pokok tulisan ini.

Berkaitan dengan jauh ada ungkapan bahwa semakin jauh justru semakin merindu. Dalam konteks ini tentu rindu pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Pada orang-orang yang mencintai beliau termasuk juga kekasih. Tapi apakah demikian bahwa rindu dilahirkan oleh jarak jauh atau mereka yang pernah dekat.

Menurut Gus Faiz Syukron Makmun Jakarta bahwa jarak jauh itu menyebabkan rindu. Semakin jauh semakin ada semacam ghiroh untuk bertemu. Misalnya dalam perayaan maulid nabi atau haul waliyullah mengapa selalu banyak dipenuhi jama'ah. Salah satu faktor tentu kerinduan yang digerakkan oleh Allah untuk menghadiri majelis.

Jadi kerinduan karena jarak itu lir ibarat cinta nya Qais pada Laila. Saking rindunya semua hal berkaitan dengan Laila akan terus diingat. Bahkan jika itu benda maka akan diciumnya. Karena dalam benda tersebut tanda jejak Laila bersemayam di sana. Hal ini pula mengapa Madinah selalu dirindukan oleh umat Muslim dunia. Salah satunya tentu karena adanya jasad manusia paling mulia yaitu Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Karena beliaulah apapun dan siapapun menjadi mulia.

Kemuliaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW menyebar ke segala hal salah satunya melalui majelis yang disebut nama beliau. Jadi sebuah majelis dimulai bukan karena siapa penceramahnya atau hidangan nya melainkan faktor Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Termasuk kota atau tempat tersebut dirindukan bukan karena tanahnya, kondisi sosial, iklim maupun objek wisata melainkan karena faktor Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Intinya segala macam kerinduan muaranya akan bertemu pada kemuliaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Orang yang merindu akan mendekat sekalipun dia juh. Orang yang mencintai akan cenderung berkorban dan banyak mengingat kekasih. Orang yang mencintai sekaligus merindu akan terus bersyukur tanpa pernah banyak alasan.[]

the woks institute l rumah peradaban 1/10/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...