Langsung ke konten utama

Ibadah Sosial




Woko Utoro

Sebagai pekerja yang menghabiskan waktunya di jalan tentu kita berpikir bagaimana caranya agar ibadah mahdloh tetap berjalan. Tanpa berpikir bahwa bekerja alias mencari maisyah juga bagian dari ibadah. Tentu salah satu caranya yaitu aktif dalam ibadah-ibadah sosial. Pertanyaan, apakah ibadah sosial itu?

Ibadah sosial adalah aktivitas yang dilakukan di masyarakat baik berupa organisasi maupun kerjasama lainnya. Ibadah sosial tentu bersifat horizontal. Di mana terbentang antara manusia dan sesamanya. Tapi jangan disepelekan bahwa ibadah sosial juga bisa bernilai ritual. Syarat nya hanya pada kemurnian niat. Dengan niat yang baik ibadah dunia bisa bernilai akhirat dan sebaliknya.

Lantas bagaimana bentuk ibadah sosial serta apa alasan kita harus melakukannya. Mudah saja bahwa bentuk ibadah sosial itu banyak ragamnya misalnya: menghidupi organisasi desa, aktif dalam majelis ilmu, gotong rotong, terlibat dalam bakti sosial, rukun dengan tetangga hingga ngajar ngaji anak-anak kecil. Sederhana saja semua kegiatan sosial tersebut minimal harus ada satu yang kita lakukan sebagai bentuk syukur atas nikmat Allah SWT berupa kesempatan.

Sebagai mahluk sosial kegiatan tersebut memungkinkan kita berbagi untuk sesama. Kita tidak mungkin mengandalkan ibadah ritual yang rapuh itu. Sehingga harus didompleng salah satunya dengan ibadah sosial. Bukankah dalam pesan Nabi Muhammad SAW jelas bahwa dosa-dosa bisa diampuni salah satunya dengan tidak berbuat keburukan, berbuat baik pada sesama dan melunasi hutang saudaranya (Nashoihul Ibad). Maka jelas lah bahwa relasi ibadah ritual juga harus diimbangi dengan ibadah sosial.

Ibadah ritual memungkinkan kita selamat sendiri tapi ibadah sosial memungkinkan kita selamat bersama. Oleh karena itu pajak terbaik atas tubuh yang aktif adalah mewakafkan diri di tengah-tengah masyarakat. Menjadi baik atau jahat adalah pilihan. Selebihnya terserah anda.[]

the woks institute l rumah peradaban 12/10/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...