Woko Utoro
Ada ungkapan kritik itu boleh selama mengedepankan etika. Pertanyaannya etika seperti apa yang diterapkan jika objek kritiknya sudah akut alias bebal. Bahkan selalu punya cara untuk menuduh dan saling melaporkan. Sehingga di negara kita kritik sudah tak lagi aman. Alih-alih melindungi kita justru malah jadi sasaran bully.
Medium kritik juga kian hari makin berkembang. Jika dulu kritik sering dalam bentuk tulisan tapi sekarang bertranformasi melalui musik, seni rupa, stand up comedy, mural hingga digital. Semua bertujuan untuk mengontrol gerak-gerik kekuasaan. Yang pada intinya penguasa tidak kebal hukum. Masyarakat juga bisa mengawasinya salah satunya dengan memberikan kritik yang membangun.
Kata Bung Rocky Gerung siapapun bisa menjadi objek kritik termasuk presiden. Intinya yang dikritik itu bukan orangnya sebagai individu karena menyangkut kehormatan. Tapi yang dikritik adalah jabatannya. Sekalipun kepala negara jika mereka salah langkah maka perlu diingatkan. Sehingga kekuasaan harus sadar diri bahwa peran masyarakat tidak boleh dihiraukan apalagi dikhianati.
Rakyat hanya ingin kekuasaan dijalankan dengan baik. Dengan mengedepankan aspek hukum, keadilan dan tujuan mensejahterakan. Bukan malah sebaliknya yaitu memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri. Jika hal itu terjadi maka jangan salah kekuasaan akan terus jadi objek kritik. Masalah atas nama simbol negara dan martabat kritik selalu jadi musuh. Padahal rakyat hanya ingin menanyakan kabar bagaimana kepercayaan yang selama ini diamanatkan? Apakah baik-baik saja atau justru sebaliknya. Di sinilah kritik bekerja dan akan terus hidup sampai berulang kali suksesi kepemimpinan.[]
2 Muharram 1447 H
the woks institute l rumah peradaban 28/6/25

Komentar
Posting Komentar