Langsung ke konten utama

Etika dan Kritik Sosial 2




Woko Utoro 

Ada ungkapan kritik itu boleh selama mengedepankan etika. Pertanyaannya etika seperti apa yang diterapkan jika objek kritiknya sudah akut alias bebal. Bahkan selalu punya cara untuk menuduh dan saling melaporkan. Sehingga di negara kita kritik sudah tak lagi aman. Alih-alih melindungi kita justru malah jadi sasaran bully.

Medium kritik juga kian hari makin berkembang. Jika dulu kritik sering dalam bentuk tulisan tapi sekarang bertranformasi melalui musik, seni rupa, stand up comedy, mural hingga digital. Semua bertujuan untuk mengontrol gerak-gerik kekuasaan. Yang pada intinya penguasa tidak kebal hukum. Masyarakat juga bisa mengawasinya salah satunya dengan memberikan kritik yang membangun.

Kata Bung Rocky Gerung siapapun bisa menjadi objek kritik termasuk presiden. Intinya yang dikritik itu bukan orangnya sebagai individu karena menyangkut kehormatan. Tapi yang dikritik adalah jabatannya. Sekalipun kepala negara jika mereka salah langkah maka perlu diingatkan. Sehingga kekuasaan harus sadar diri bahwa peran masyarakat tidak boleh dihiraukan apalagi dikhianati.

Rakyat hanya ingin kekuasaan dijalankan dengan baik. Dengan mengedepankan aspek hukum, keadilan dan tujuan mensejahterakan. Bukan malah sebaliknya yaitu memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri. Jika hal itu terjadi maka jangan salah kekuasaan akan terus jadi objek kritik. Masalah atas nama simbol negara dan martabat kritik selalu jadi musuh. Padahal rakyat hanya ingin menanyakan kabar bagaimana kepercayaan yang selama ini diamanatkan? Apakah baik-baik saja atau justru sebaliknya. Di sinilah kritik bekerja dan akan terus hidup sampai berulang kali suksesi kepemimpinan.[]

2 Muharram 1447 H

the woks institute l rumah peradaban 28/6/25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...